Pagi itu mereka bertiga berjalan mengelilingi desa, mereka menuju kebun teh milik keluarga besar Wiska. Semua mata gadis desa yang sedang mencuci di pinggiran sungai serentak melihat ke arah Zafran, dengan memakai kaos hitam polos, celana pendek dan sepatu berwarna putih, ia terlihat seperti model majalah. Wiska pun risih melihat banyak orang yang memandang ke arah mereka, Farel hanya tersenyum ramah kepada mereka sedangkan Zafran justru memasang muka genitnya.
"Jangan genit deh bang, malu." Cletuk Wiska lalu menggandeng siku Zafran.
"Biasa aja, perasaan lo aja kali." Zafran menjulurkan lidahnya ke Wiska, Farel tersenyum melihat tingkah mereka berdua.
Sesampainya di kebun teh, Zafran membantu Farel memetik daun teh. Mereka terlihat sangat akrab satu sama lain, sedangkan Wiska duduk dengan handsetnya di bawah salah satu pohon disana. Wiska pun melamun.
"Coba aja bang Zafran tau kalau cowo itu mantan gue, pasti gak mungkin mereka sedekat itu," pikiran Wiska tiba-tiba mengingat yang sudah berlalu.
Setelah matahari sudah di atas kepala mereka bergegas untuk istirahat di bawah pohon, namun Zafran bingung mencari cari adiknya yang sedari tadi tidak terlihat batang hidungnya.
Sangking asiknya mereka berdua sampai-sampai mereka lupa memperhatikan Wiska, Zafran dan Farel pun berlari menyusuri perkebunan itu, sudah bermenit-menit mereka mencari Wiska namun tidak ada. Zafran pun menghubungi hp nya namun tidak ada jawaban, mereka berdua sangat panik, bahkan Zafran pun sampai ingin menangis.
"Wiska tau jalan pulang gak Rel?" memegang bahu Farel.
"Wiska itu gak pernah hafal kak, soalnya setiap kesini dia selalu gue temenin," kemudian Farel pun duduk lemas karena efek panik.
Zafran melihat sekeliling dan mengacak rambutnya dengan kasar. Setelah beberapa menit Farel ingat bahwa Wiska sangat senang berteduh di bawah pohon dekat sungai, kemudian mereka berdua berlari menuju kesana. Selang beberapa menit akhirnya mereka pun sampai.
"Wiska." Teriak Zafran, namun Wiska pun memejamkan matanya, kemudian Zafran menghampirinya. Dan ternyata telinga Wiska terpasang sebuah handset, Zafran pun melepas earphone itu lalu Wiska membuka matanya.
"Ada apa sih bang?" Wiska melihat ke arah Zafran, Zafran pun langsung memeluk erat adiknya. Farel yang sangat khawatir pun langsung terduduk lemas sembari menutupi kedua wajahnya dengan tangan.
"Lo itu bikin gue kuatir tau gak?" Teriak Zafran.
"Wiska kan dari tadi disini, terus Wiska ketiduran,"
"Jangan diulangi lagi, kalo mau apa-apa itu bilang,"
***
Setelah kejadian itu mereka memutuskan untuk balik kerumah karena sudah akan memasuki waktu dhuhur. Wiska pun dengan manja meminta gendong abangnya melewati jalanan tanah itu, meski Zafran sangat capek namun ia tetap bersedia menggendong adiknya.
Farel yang melihat tingkah Wiska hanya tersenyum, dan ia berfikir bahwa Zafran sangat menyayangi adiknya. Kedekatan mereka berdua membuat orang-orang yang melihatnya akan iri.
Sesampainya dirumah ternyata sudah sekitar sepuluh panggilan tak terjawab dari Vino, Wiska pun langsung membersihkan diri di kamar mandi dan menuju ranjang tidurnya untuk menelpon Vino
"Hallo kak,"
"Kemana aja kamu Wis, aku khawatir," suara Vino terdengar cemas.
"Tadi ke kebun teh sama bang Zafran kak, maaf ya!"
"Iya Wis asal kamu ngga apa-apa, Oh iya aku udah dirumah Nenek ini, kebetulan Mamah juga ada. Kamu mau ngomong gak sama Mamah aku?"
"Ng - ng ngga kak, jangan ... Wiska malu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh Tidak (END)
Teen FictionSeorang gadis manja yang penuh cinta dan kasih sayang. Kisah kehidupan cintanya yang begitu dramatis dan membuat orang yang menyimaknya terhanyut untuk ikut merasakan suka dan dukanya. Kisah cinta yang terbilang dini, dimulai sejak duduk di bangku S...