Bagian 17. Tanjakan Cinta

55 37 3
                                    

Keesokan harinya mereka makan bersama di tempat makan dekat penginapannya itu. Wiska dan Leon menikmati makanan mereka dan sesekali tertawa, Zafran pun sesekali memberi suapan pada Wiska seperti kerupuk atau gorengan yang tersaji.

Teman-temannya pun tak heran melihat adegan itu, karena itu sudah biasa sejak dulu seperti itu, memang Zafran terlihat romantis dengan adik kandungnya. Loli terheran-heran melihat itu, ini kali pertama Loli melihat cinta segitiga yang akur.

"Kalian bertiga itu cinta segitiga ya?" Loli menatap mereka, ia sudah tidak tahan untuk mengetahuinya. Serentak mereka yang ada disana tertawa berbahak-bahak.

"Yang ini suami pertamanya dan yang ini suami keduanya." Rasya menunjuk Zafran dan kemudian Leon secara bergantian, selera humornya yang tidak bisa dipungkiri membuat ia ngomong asal-asalan.

"Emang iya?" Loli melirik ke Fahri dengan kaget, Fahri hanya tersenyum dan mengangkat kedua tangan serta bahunya.

"Iya kak, itu bang Zafran sama Leon udah janji bakal jadi suami Wiska yang paling akur sedunia," sambung Gery menambahi ucapan Rasya, serentak mereka tertawa kencang hingga dilirik oleh para pengunjung yang ada disana. Loli masih menggeleng-gelengkan kepalanya.

Wiska tertawa melihat muka Loli yang kebingungan, Zafran pun ikut tersenyum. Loli masih belum percaya karena ia tahu Zafran adalah teman sekelas Fahri, mana mungkin ia sudah menikah dan mana ada suami yang bisa seakur mereka?

Tetapi, mereka semua masih menyembunyikan identitas Zafran yang notabenya adalah kakak Wiska. Mereka suka melihat muka polos Loli itu sehingga sepakat untuk mengerjai Loli dan akan memberitahunya jika sudah perjalanan pulang. Mereka memang sangat jail sesekali, Rasya mencandai Loli lagi, lagi dan lagi, sehingga membuat suasana menjadi pecah.

***

Setelah sarapan mereka istirahat sejenak sembari packing barang-barang, lalu mereka bergegas memulai perjalanan mereka. Sepanjang perjalanan menuju pos pertama pendakian Wiska menggandeng tangan Leon, Zafran pun tidak melarangnya.

Perjalanan mereka masih mulus belum menuju jalan yang terjang dan menanjak sehingga membuat mereka tidak mudah lelah, setelah sampai di pos pertama mereka istirahat sejenak.

Setelah merasa cukup mereka melanjutkan menuju pos selanjutnya dan seterusnya hingga sampailah di titik perkemahan yang sudah ditentukan, kebetulan hari sudah mulai sore dan mereka memutuskan untuk membuat tenda disana. Mereka memasang dua tenda, satu untuk lima orang dan yang satunya untuk empat orang.

"Terus gue nanti tidur dimana?" Loli cemberut dan duduk disamping tenda yang sudah berdiri itu.

"Sama gue aja, kebetulan gue jomblo kok," ejek Rasya sembari tertawa.

"Sama gue aja kak, yang masih seratus persen perjaka," Gery mengacungkan tangan.

"Ih amit-amit ogah." Loli melempar batu kecil kearah Gery, dan mereka semua tertawa.

"Sama Arfan aja, dia ga bakal punya nafsu sama cewe kok!" Reno mendorong lengan Arfan.

"Gue normal bego." Arfan melotot pada Reno.

"Udah jangan ganggu kak Loli. Kak Loli tidur sama aku aja gimana?" Wiska menyela gurauan mereka.

"Masa gue tidur sama suami-suami lo sih?" tanya Loli datar.

"Dia itu baru lulus SMP, masa lo percaya kalo gue sama Leon suaminya sih?" Zafran tertawa.

"Jadi..." belum sempat meneruskan omongannya Loli pun terdiam.

"Udah gak usah ribut. Arfan, Reno, Rasya sama Gery sama Leon di tenda merah, Zafran, Wiska, gue sama lo di tenda biru. Keputusan tidak bisa diganggu gugat," Fahri memandang kearah mereka satu persatu. Mereka pun setuju dengan pembagian Fahri.

Oh Tidak (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang