Bagian 15. Bersama Leon

56 36 3
                                    

Satu bulan setelah Wiska jadian dengan Leon, Wiska pun berniat untuk memberi tahu Zafran tentang hal itu, dan mungkin untuk kali ini Zafran tidak akan melarang Wiska lagi karena ia sepertinya mendukung Leon. Malam itu Zafran sedang berada dikamar nya, kebetulan diluar hujan jadi ia tidak nongkrong bersama Black Lion. Tanpa mengetuk pintu Wiska pun langsung masuk begitu saja dan duduk di dekat abangnya yang sedang memainkan gitar legendarisnya itu.

"Bang Wiska mau bilang." Sembari membolak-balikkan ponsel yang dipegangnya.

"Apa?"

"Tapi janji jangan marah ya!"

"Emm."

"Gue jadian sama Leon," Wiska memandang Zafran.

"Udah tau, dia bilang sama gue udah satu bulan yang lalu. Brita lo basi." Pandangannya masih tertuju pada senar dan kunci gitar.

"Abang ga marah?" Tanya Wiska, dan Zafran hanya menggeleng pelan. Lalu Wiska pun langsung memeluk abangnya dan tersenyum sangat lebar. Ia tidak menyangka bahwa Zafran merestui hubungannya dengan Leon.

Setelah mengetahui hal itu Wiska pun menelpon Leon untuk menanyakan semuanya, dan Leon pun menjelaskan bahwa rencana itu sebenarnya Zafran sudah mengetahui sejak awal. Leon mentertawakan kepolosan Wiska selama ini, karena ia sama sekali tidak sadar tentang hal itu. Mana mungkin Leon berani menembak Wiska tanpa persetujuan Zafran, yang ada Leon akan babak belur dihajarnya.

Wiska sudah pernah berpacaran tiga kali sebelumnya, namun ia tidak pernah sebahagia saat ini. Perlakuan Leon yang sangat membuat Wiska seolah seperti ratu, membuat Wiska menjadi orang yang paling beruntung dan bahagia menjadi pacar sekaligus cinta pertamanya. Selama sebulan ini mereka sama sekali tidak pernah berantem, Leon selalu mengalah dengan sifat egois dan juga kebiasaan manja yang sudah melekat pada diri Wiska.

***

Pagi ini masih seperti biasa, Wiska sarapan bersama keluarganya. Namun kali ini ada yang beda, Wiska yang turun dari kamarnya menuju tempat makan dikagetkan dengan kehadiran Leon yang pagi-pagi sekali sudah sampai dirumahnya. Orang tua nya, Zafran dan Leon sedang tertawa mengobrolkan sesuatu, Wiska pun tidak mengerti apa yang sedari tadi mereka obrolkan karena memang ia baru saja dari kamarnya yang berada dilantai dua.

"Lho Leon, ngapain pagi-pagi disini?" Wiska tampak kebingungan, mereka yang ada disana hanya tersenyum memandang Wiska, Leon pun tak menjawab pertanyaan itu.

"Ayo sayang sarapan dulu, keburu kesiangan!" Mamanya menyodorkan susu dan nasi goreng sea food kesukaan Wiska.

"Leon sengaja jemput kamu kesini, Zafran hari ini mau pergi sama Mama." Saut Papahnya sembari mengelus kepala Wiska.

"Lo mau kemana bang?" Wiska memandang Zafran, dan Zafran hanya menjulurkan lidahnya.

"Zafran mau anter mama ke Papua dua hari, kebetulan Mama ada praktik disana. Mama takut kalau sendiri," timpal mamanya.

"Kok dadakan?" Wiska cemberut.

"Hasil metting nya baru keluar tadi malam sayang," Mamanya membelai rambut Wiska.

"Papah juga mau ke Amerika lima hari, jadi untuk nanti malam kamu tinggal dirumah Leon ya. Papa udah bilang sama Nenek dan juga Kakek Wijaya," ucap Papahnya.

"Tapi Pa ... " belum sempat melanjutkan ucapannya, Papah nya pun sudah memberi isyarat tidak boleh ada penolakan, Wiska hanya diam kemudian pasrah akan keadaan. Leon dan Zafran hanya tertawa melihat ekspresi muka cemberut Wiska.

Setelah itu Wiska berangkat ke sekolah, keluarganya pun semua bergegas menuju bandara. Wiska heran kenapa keluarganya begitu percaya dengan Leon, bahkan ia sampai dititipkan di keluarganya. Ini adalah pertama kali Wiska menginap dirumah orang asing. Tak perlu menunggu lama Wiska pun sampai disekolah, setelah menghantar Wiska Leon langsung bergegas ke SMU.

Oh Tidak (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang