Perjalanan yang begitu melelahkan membuat mereka akhirnya sampai di tempat perkemahan terakhir, tanpa menunggu lama mereka langsung mendirikan tenda disana. Wiska langsung tertidur pulas di pundak Zafran sedangkan yang lainnya sibuk dengan aktifitas masing-masing.
Loli yang sibuk merebus air bersama dengan Fahri, Leon dan empat kawannya lagi asik main kartu dan bercanda seperti biasa. Zafran pun memilih membaca novel sembari menemani adiknya tidur, maklum disana tidak ada sinyal jadi ia tidak bisa main game online.
"Ri, pacar Wiska itu Zafran atau Leon sih?" Loli melirik ke arah Zafran dan Wiska.
"Lo suka sama Zafran?"
"Munafik banget kalau sampe ada cewe yang gak tertarik sama dia." Loli menghela nafas panjang.
"Lo ga mungkin jadian sama dia, gue tau banget dia. Zafran ga mungkin nglirik cewe lain,"
"Mereka bukan suami istri beneran kan?"
"Ya gak mungkin lah, Wiska masih 16 tahun kali Lol,"
"Terus..." Loli mendesak Fahri, Fahri hanya tersenyum tanpa menjawab apa-apa dan Loli pun cemberut.
Tak lama setelah itu air pun mendidih, Loli langsung menyeduh sembilan gelas kopi untuk mereka semua. Akhirnya Wiska bangun dan minum kopi bersama mereka. Tak lama kemudian hari sudah larut, sebuah api unggun besar menjadi tujuan utama mereka yang kemping disana, karena memang udaranya sangat dingin jadi semua mendekat pada api unggun itu.
Makan malam mereka lagi-lagi hanya dengan pop mie, karena memang tidak ada bekal yang lain selain beberapa pop mie serta roti yang mereka bawa dari bawah.
***
Alarm pun berbunyi, Zafran yang mendengar suara itu langsung terbangun dan membangunkan semua temannya serta adiknya. Semua barang-barang harus ditinggal di tenda, kecuali barang yang penting seperti handphone, dompet dan juga air minum.
Mereka dilarang membawa barang selain itu, karena mengingat medannya sulit untuk dilewati. Inspektur pendakian memimpin doa serta meminta kerja samanya untuk saling membatu antar pendaki lain, mengingat perjalanan yang tidak mudah ia menekankan agar hati-hati.
Perjalanan pun dimulai mereka berjalan dengan menggunakan senter di kepala masing-masing karena masih sangat gelap. Mereka melewati batu-batu bekas longsoran dan juga tanah yang begitu mudah merosot jika terinjak. Wiska sangat takut dan memegang tangan Zafran tanpa berniat untuk melepaskan, Leon pun siap siapa berada di belakang Wiska.
Loli yang sudah dua kali mendaki Mahameru membuatnya seperti sudah hafal dengan jalanan tersebut, dan kali ini ketiga kalinya ia akan berdiri lagi dipuncak tertinggi Jawa itu.
Lika liku perjalanan membuat mereka sangat lelah, ditambah udara yang sangat dingin membuat Wiska seperti membeku, Leon dan Zafran pun lagsung memeluk Wiska secara bersamaan agar tubuh Wiska menjadi hangat.
"Dingin banget." Ucap Wiska sembari menggigil.
"Kamu pasti kuat sayang." Zafran mengeratkan pelukannya, disisi lain Leon pun demikian.
Mereka semua kedinginan, bahkan Loli pun meminta Fahri untuk memeluknya karena ia sudah tak tahan.
Dan beberapa jam kemudian, akhirnya mereka sampai dipuncak Mahameru sebelum matahari terbit, mereka tersenyum sangat lebar. Perjuangan mereka tidak sia-sia, saat ini mereka sudah berdiri diatas awan. Sebuah bendera dikibarkan di puncak Mahameru, mereka hormat kepada sang merah putih.
Tak lupa mereka berfoto ria bersama disana, sembari melihat sunrise yang begitu cantik tersaji di depan mata, gumpalan awan terlihat seperti ombak lautan diatas sana. Saat ini mereka benar-benar berada diatas awan, senyum bahagia mereka terlihat sangat jelas tidak bisa dipungkiri, pengorbanan mereka ber hari-hari terbayarkan dengan keindahan dari atas sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh Tidak (END)
Teen FictionSeorang gadis manja yang penuh cinta dan kasih sayang. Kisah kehidupan cintanya yang begitu dramatis dan membuat orang yang menyimaknya terhanyut untuk ikut merasakan suka dan dukanya. Kisah cinta yang terbilang dini, dimulai sejak duduk di bangku S...