Bagian 8. Perkemahan

90 55 32
                                    

Mobil sport itu memasuki halaman sekolah SMP Pelita, Zafran bergegas akan turun namun dicegah oleh Wiska.

"Gak usah ganjen, sana berangkat!"

Wiska pun turun dari mobil dan langsung berjalan menuju kelas, namun sebelum ia sampai di kelasnya seorang cowo menghalangi jalannya.

"Lo dianter siapa?" muka Leon terlihat sangat marah.

"Bang Zafran." Jawab Wiska singkat tanpa melihat ke arah Leon sama sekali, ia hanya menunduk menatap sepatunya.

"Anak-anak bilang lo dianter pake mobil,"

"Terus?" Wiska mengerutkan keningnya lalu memberanikan diri memandang ke arah Leon.

"Tumben, bang Zafran biasa nganter lo pakai motor?"

"Minjem mobil bokap. Puas lo?" Sergah Wiska.

"Ok, gue percaya sama lo,"

***

Malem minggu ini SMP Pelita mengadakan perkemahan selama satu malam, yang akan diikuti murid kelas tujuh sampai kelas sembilan. Karena SMP Pelita memiliki lapangan sepak bola yang sangat luas, acara itu diselenggarakan disekolah agar menghemat biaya.

Perkemahan itu tidak boleh dihadiri orang luar, bahkan keluarga murid pun tidak boleh menjenguk anak-anaknya, ya mungkin karena memang acara itu hanya berlangsung semalam dan bertujuan sebagai quality time antara murid dan guru.

Malam itu semua orang sedang asik menikmati api unggun dan berbagai rangkaian acara seperti pensi, Yana pun sangat antusias untuk berpartisipasi mengharumkan nama kelasnya. Berbeda dengan Wiska yang lebih memilih duduk di depan tenda dengan diterangi lampu senter dan membaca sebuah novel kesukaannya.

Tak disangka Leon pun datang menghampiri Wiska dengan membawa sebuah gitar coklat ditangan kananya kemudian duduk di samping gadis itu, namun kali ini ia sendiri tanpa empat kawannya itu.

"Ngapain disini?"

"Pengen duduk aja, lagian di tenda juga sendirian."

"Temen lo kemana?" tanya Wiska dengan nada sewot.

"Lagi pada caper noh ikut pensi."

"Terus kenapa lo ga ikut?" Kini Wiska menoleh ke arah Leon duduk.

"Lo sendiri kenapa ga ikut?" bukanya menjawab Leon justru melontarkan pertanyaan.

"Males aja,"

"Nyanyi yuk, gue iringin!" ajak Leon.

"Gak mau gue, suara gue jelek."

"Udahlah ayo santai aja, suara gue juga jelek kok,"

Setelah beberapa bujukan dari Leon, akhirnya Wiska mau dan kini Leon pun mulai memetik senar gitarnya. Sebuah lagu dari Justin Biber yang berjudul "Love Yourself" itu terdengar sangat merdu ketika Leon mulai melantunkan bait demi bait nya. Dan tanpa disadari, Wiska ikut terhanyut dan bernyanyi bersama dengan Leon sembari tersenyum dan sesekali tertawa karena nada dan irama tidak singkron.

Mereka tertawa sangat lepas, tak menghiraukan orang-orang disekitarnya dan mungkin dunia terasa milik mereka ber dua. Hingga entah kapan datangnya Pak Anang guru BP sudah berdiri tepat didepan mereka.

"Ehem ... "

"Kalian ngapain disini? semua murid harus kumpul di depan api unggun," sergah Pak Anang.

"Kita lagi latihan Pak buat pensi, iya kan Wis?" Leon menyenggol lengan Wiska. Wiska yang bingung harus apa dan takut dimarahi Pak Anang, akhirnya gadis itu mengangguk pelan dan melirik Leon.

Oh Tidak (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang