Bagian 22. Kelulusan Wiska

46 20 0
                                    

Hari pun begitu cepat berlalu tak terasa sudah hampir satu tahun, dan ini adalah hari kelulusan Wiska. Sebagai surprise kelulusan gadis manja itu, Leon dan Zafran sepakat pulang ke Indonesia untuk memberi kado pada Wiska, karena gadis itu mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliahnya ke UGM.

Hari ini Wiska bangun dari tidurnya sangat pagi, ia akan bersiap untuk menghadiri acara perpisahan sekolahnya. Ketika ia membuka matanya sosok Zafran pun sudah duduk di samping ia tidur dengan senyum yang begitu khas.

Seketika Wiska langsung memeluk abangnya itu, ia tidak menyangka bahwa laki-laki yang ada di depannya itu adalah Zafran, kakak kesayangannya.
Wiska memeluk erat Zafran dan tidak ingin melepaskannya, Zafran pun hanya tertawa geli karena tingkah adiknya yang manja itu.

Setelah beberapa saat akhirnya Wiska pun mandi dan bersiap untuk acara hari ini, dengan ditemani Zafran Wiska pun berangkat ke sekolah. Sesampainya disana ia kembali menjadi pusat perhatian, karena kehadiran Zafran dengan memakai jas setelan abu-abu membuat semua Wanita terpanah melihatnya.

Dari kejauhan, Leon terlihat mengenakan jas setelan hitam berdiri terpaku memandang Wiska yang menghampirinya, Leon terpana dengan aura Wiska yang memakai kebaya biru muda dipadu corak batik yang membuat elegan, dan tak lupa sepatu hak tinggi yang melekat di kakinya membuat gadis itu terlihat lebih tinggi.

"Leon." Wiska melambaikan tangannya tepat di depan wajah Leon, namun Leon masih belum berkedip.

"Woy sadar!" Teriak Zafran.

"Perfect bang," ucap Leon tanpa sadar.

"Kalian janjian ya, pulang gak ada yang ngabarin?" Wiska memukul dada bidang Leon, seketika Leon langsung merangkulnya. Wiska tersenyum sangat lebar, ia menjadi pusat perhatian orang-orang disekelilingnya.

"Udah malu. Nanti lagi kangen-kangenan nya!" Zafran menarik Wiska dari pelukan Leon.

Takk lama, Yana pun datang. Yana memberi salam kepada Zafran dan Leon karena sudah lama tidak bertemu.
Tempat duduk Wali murid dan siswa siswi pun berbeda. Leon dan Zafran menuju tempat mereka dan Wiska bersama Yana menuju ke barisan para murid.

Acara demi acara berjalan dengan lancar, hingga akhirnya tiba pemberian penghargaan bagi siswa berprestasi. Wiska yang mendapat juara pertama di angkatannya serta mendapat beasiswa untuk kuliah di UGM ia pun dipanggil naik ke atas panggung untuk memberikan pesan kesan dan juga menerima penghargaan dari yayasan sekolah mereka.

Dengan didampingi wali murid Wiska pun berdiri dia atas panggung bersama Zafran, orang tuanya tidak bisa hadir karena mereka sudah dua minggu berada di Prancis. Pemberian penghargaan pun diserahkan oleh pemilik yayasan.

Kebetulan, yayasan itu milik keluarga Leon, karena orang tua Leon tidak bisa hadir maka Leon lah yang menggantikan Ayahnya sebagai pemilik sekaligus Ketua yayasan itu.

Leon dengan penuh wibawa menuju atas panggung, ia menyerahkan piagam penghargaan itu. Ia menyalami Wiska dan Zafran secara bergantian, serentak murid-murid disana histeris melihat Leon, karena ia adalah kakak kelasnya dulu.

Mereka semua tidak menyangka bahwa Leon lah pemilik yayasan ini, padahal ketika sekolah Leon bersikap seperti layaknya murid biasa tidak ada yang tahu-menahu tentang ini selain empat kawannya itu dan juga dua kakak seniornya dulu yang pernah hampir menindas nya.

"Ternyata kak Leon itu orang tajir," ucap salah satu murid wanita.

"Gue juga gak nyangka. Beruntung banget ya Wiska dikelilingi cowo-cowo ganteng," saut murid lainnya.

"Itu kakaknya apa pacarnya ya?" seorang murid ikut menyambar.

"Itu mah artis kali," saut salah seorang murid lalu tertawa.

"Ngaco, dia abang kandungnya. Udah jangan ngomongin sahabat gue mulu deh!" Yana menyela obrolan mereka, mereka pun langsung terdiam.

***

Setelah acara itu selesai tak lama Wiska berpamitan bersama teman-temannya, tak lupa mereka berfoto ria sebagai kenang-kenangan. Zafran dan Leon pun tidak ingin ketinggalan untuk berfoto dengan Wiska, Yana yang ingin sekali foto dengan Zafran akhirnya terwujud.

Yana akan melanjutkan ke Universitas di Jakarta, itu tandanya ia akan pisah dengan Wiska, mereka berpamitan dengan penuh kesedian. Air mata mereka tak bisa dibendung, Yana memeluk Wiska sangat erat seperti tidak ingin kehilangan.

Setelah selesai berpamitan Wiska, Leon dan Zafran  langsung menuju salah satu kafe untuk merayakan kelulusan ini, mereka pun mengajak Wiska berbelanja di salah satu Mall di Jakarta sebagai hadiah, Wiska bebas memilih apa pun yang ia inginkan.

Selesai berbelanja, mereka berencana untuk langsung kerumah Wiska dan melanjutkan mengobrol, Leon pun untuk malam ini akan menginap disana.

"Nginep sini aja! ... Dua hari lagi kita anter Wiska ke Jogja dan abis itu gue langsung balik, jadi gak ada waktu lagi buat kita ngobrol," ajak Zafran pada Leon.

"Iya bang. Lagian gue cuma dapet cuti tiga hari doang, abis anter Wiska gue langsung balik juga." Jawab Leon sembari membaringkan tubuhnya di sofa rumah Wiska.

"Makasih ya kalian berdua udah bela-belain pulang demi Wiska,"

"Selow kali Wis, kaya sama siapa aja. Oh iya, Om sama Tante pulang kapan?" tanya Leon.

"Besok sampe sini kayaknya, tapi gak tau sih belom ngabarin lagi." Jawab Zafran sembari berjalan menuju kulkas di dapur dan mengambil air minum.

***

Setelah selesai mengobrol, mereka lalu mandi dan membersihkan diri, Leon yang tidak membawa baju ganti akhirnya ia meminjam milik Zafran, untung saja postur tubuh mereka hampir sama, hanya saja Zafran lebih tinggi lima jengkal daripada Leon.

Malam ini mereka makan malam ber empat di sebuah kafe, Robert pun ikut dengan mereka. Beberapa menu tertata rapi berjejer di sana, Robert merasa tidak enak karena ia harus satu meja dengan majikannya, namun Zafran sudah menganggapnya sebagai teman sendiri dan meminta Robert agar bersikap selayaknya teman.

Mereka mengobrol sangat asik hingga tak terasa hari sudah larut malam, mereka bergegas pulang lalu istirahat. Wiska pun langsung pulas tertidur karena seharian tidak istirahat sama sekali, berbeda dengan Leon, Zafran dan Robert mereka justru memilih bermain PS di ruang keluarga lantai dua hingga pagi hari.

Mereka semalaman tidak tidur karena sangking asiknya bermain, giliran sehabis subuh mereka baru tertidur. Wiska hanya bangun untuk sholat subuh, setelah itu ia tidur kembali hingga siang hari.

Tiga lali-laki itu pun sampai siang tidak ada yang siuman. Sekitar pukul tiga sore mereka dikagetkan dengan suara telepon Robert yang terdengar sangat nyaring, mereka bertiga pun bangun lalu Robert mengangkatnya. Ternyata itu adalah telepon dari majikannya untuk menjemput ke bandara pukul lima sore, Robert pun langsung mandi dan bersiap menuju bandara.

Sore itu orang tua Wiska pun sampai dirumah dengan selamat, Wiska langsung merangkul mereka.

"Kangen." Memeluk Papah dan Mamahnya secara bergantian.

"Papah sama Mamah bangga sama Wiska." Papahnya mengelus kepala Wiska, Wiska hanya tersenyum. Mamahnya terharu mencium kening Wiska sembari meneteskan air mata.

"Yang ganteng-ganteng dilupain deh," teriak Zafran.

"Kirain Zafran aja, ternyata Leon juga pulang?" Papah Ali menghampiri mereka berdua dan memeluknya secara bergantian.

"Iya, Om." Leon tersenyum, Mamah Sava pun menghampiri mereka dan memeluknya serta mencium Zafran sehingga Zafran malu karena dilihat oleh Leon dan Robert.

Setelah itu mereka mengobrol hingga larut malam, serta merencanakan keberangkatan Wiska besok sore ke Jogja. Mereka sepakat untuk mengendarai mobil, kedua orang tua Wiska akan diantar oleh Robert. Sedangkan Leon, Zafran dan Wiska akan membawa mobil sendiri.

Ini adalah malam terakhir Wiska tidur di kamar ternyaman nya itu, ia masih memikirkan tempat tinggalnya besok disana. Apakah ia akan mendapat kejutan rumah serta mobil seperti yang didapat Zafran ketika lulus, atau justru ia dibiarkan tinggal di kos-kosan kecil, atau justru ia di sewakan apartemen. Wiska pun memikirkan itu sepanjang malam.

Oh Tidak (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang