PROLOGUE: The Last Show

14.4K 940 43
                                    

Tubuh tegap seorang pria terbayangi oleh matahari sore yang menusuknya. Ia berdiri dengan tegap-bersama dua orang lain di belakangnya. Sebuah kapal tanker mendekati pelabuhan yang mengangkut beberapa penumpang dengan pakaian serba gelap. Namun salah satu dari mereka ada yang terlihat memakai pakaian merah bata yang dipadukan dengan kemeja hitam. Sangat mencolok.

Segerombolan orang itu turun dari kapal setelah memastikan kendaraan air itu berhenti dengan sempurna.

"Marius Lee!" Sapa pria berpakaian mencolok itu, ia memeluk ramah pria bernama Marius tersebut yang tentunya terbalaskan.

"Lama tak jumpa, Jaehyun." Marius membuka obrolan dengan santai.

"Ya, sudah lama sekali." Balas pria bernama Jaehyun itu. Mereka berdua berjalan beriringan menjauhi pelabuhan.

"Kuharap kau membawa apa yang disuruh tuan Suho."

"Tentu, semuanya ada di kapal dan sisanya sudah di transferkan melalui rekening. Ngomong-ngomong, dimana Suho? Kukira dia selalu datang jika sudah urusan bisnis."

Marius tersenyum kecil, "ah! Tuan Suho baik-baik saja. Hanya sedikit tidak enak badan, jadi dia menyuruhku untuk menggantikannya."

"Tidak salah lagi, kau adalah kaki tangan terbaik yang dimiliki Suho, ia tidak perlu mengkhawatirkan bisnisnya jika kau yang menanganinya."

"Kau terlalu melebih-lebihkan, Jae. Terlalu melebih-lebihkan sampai negera harus rugi 250 triliun won berkat bisnis minyak bumi terlarang kalian ini!"

Dalam hitungan detik, Jaehyun dapat mendengar bunyi pompaan pistol yang tertodong ke arah kepalanya. Ia mati beku saat merasakan dinginnya ujung revolver tersebut menyentuh kulitnya. Refleks kedua tangan Jaehyun terangkat.

Sebuah helikopter melintasi pelabuhan dan menurunkan orang-orang berseragam lengkap dengan senjata mereka. Tak hanya itu, bahkan sebuah kapal polisi juga menurunkan begitu banyak pasukan.

Mereka berhamburan mengepung dan menodongkan senjatanya pada Jaehyun serta anggotanya yang langsung pucat pasi. Jaehyun dan anggotanya refleks berlutut saat pasukan itu semakin mengerubunginya.

"Ambil barang-barangnya dan bawa ke markas. Jangan ada yang tersisa sedikit pun." Titah Marius dan beberapa orang langsung melaksanakan suruhannya.

"Geledah juga seluruh harta benda yang dimiliki Jaehyun dan Suho. Amankan mereka dan anggotanya juga. Kita harus membuat tikus-tikus ini jatuh miskin." Marius memerintah lagi sebelum ia beralih memandang Jaehyun yang terlihat mengumpatinya.

"Oh, hai!" Ia tersenyum dan berjongkok menyamakan tubuhnya dengan Jaehyun, "namaku Marius Lee. Kaki tangan kepercayaan Suho, ia sudah mendekap di penjara sejak kemarin."

"Kau menyusup selama dua tahun untuk menyelidiki kami?" Geram Jaehyun, nadanya terdengar marah.

Marius tampak menimang-nimang dengan wajahnya yang ingin sekali rasanya Jaehyun tinju barang sekali dua kali pukulan, kemudian Marius mengangkat kedua alisnya.

"Aku tidak bisa banyak bicara padamu karena aku tidak bisa berbahasa tikus," Marius tersenyum miring, setelah menepuk sekali bahu Jaehyun, ia pun berdiri dan berjalan meninggalkannya. Setelah agak menjauh, Marius langsung mendecak kesal.

"Sial, dua tahun aku terkurung dengan nama norak ini. Kenapa mereka tidak memberikanku nama yang lebih keren?!"

🐯🐯🐯

"15 tahun kau mengabdi pada negara, hasil kerjamu tak pernah membuatku kecewa, Kim. Bisnis ilegal para mafia itu sangat parah, mereka hampir membuat negara ini bangkrut."

Pria bertubuh gempal khas para pejabat itu bergerak. Ia mendekati tubuh pria dewasa di hadapannya dan menepuk pelan bahu tegap itu.

"Kau sangat berjasa pada negara ini, Mingyu. Terimakasih banyak."

Pria yang dipanggil Mingyu itu hanya tersenyum, "anda terlalu berlebihan, tuan Park. Saya hanya menjalankan apa yang disuruh saja."

"Bagaimana jika aku mempromosikanmu bekerja pada presiden? Kau akan mendapat untung lebih dan tingkat mengamankanmu lebih tinggi." Pria bermarga Park itu berujar semangat, ia tampak menunggu reaksi Mingyu yang sebenarnya sangat keluar dari harapannya.

"Saya ingin mengambil pensiun dini saya, tuan."

Tuan Park terkejut, "Ada apa, Kim? Apa pekerjaan ini sudah tidak membuatmu nyaman lagi? Masih banyak waktu sampai kau benar-benar pensiun nantinya."

Mingyu lagi-lagi mengulum senyum, "saya hanya ingin hidup normal dan punya satu identitas, tuan. Jika anda berkenan, tolong berikan saya satu identitas baru untuk saya tekuni selama sisa hidup saya." Ujarnya menatap lurus pada tuan Park yang sudah terduduk di kursi kebesarannya.

Tuan Park tidak langsung menjawab, ia menghela nafasnya perlahan sebelum berjalan menuju rak penyimpanan berisi berkas-berkas data pribadi. Ia menarik sebuah map dan memberikannya pada Mingyu. Mingyu langsung membuka map tersebut.

"Di tengah-tengah kota Seoul ada sebuah kafe, kau bisa menjadi Kim Mingyu atau siapapun yang kau mau, tapi tetap tekunilah pekerjaan barumu sebagai seorang barista"

Mingyu terdiam menunggu kelanjutan omongan tuan Park yang terjeda.

"Dan jadilah seorang pria tangguh yang menikahi laki-laki. Itu saja tugas pensiunmu yang aku berikan."

Mingyu mengerjap, ia berusaha menalar tugas yang diberikan oleh tuan Park. Namun perkataannya tersebut masih sulit diserap oleh otak cerdas Mingyu.

"S-saya harus m-menikahi laki-laki?" Ulangnya lagi terbata-bata. Tuan Park mengangguk mantap.

"Kau bisa menolaknya jika tidak menginginkan identitas aman yang kami berikan padamu sebagai jaminan pensiun dinimu."

🐯🐯🐯

Tes ombak aja dulu malem-malen, siapa tau ada yang baca.

Dilanjutin atau engga, liat nanti aja deh. Lagi stres banget pengen ngetik-ngetik lagi hhh.

Welcome back boonony! Iya, iya makasih😙

***

Author's important note :

Jika kamu makhluk hidup, bukan sebuah robot dan sedang membaca work ini, dimohon untuk meninggalkan jejak selama membaca.

Segala macam jenis plagiarisme seperti isi cerita, dialog, plot, ide dan sebagainya, akan selalu ditindak lanjuti. Terimakasih.

(✔) The Greatest Showman × MEANIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang