"M-mingyu.. a-aku ingin ke toilet sebentar."
"Duduk."
Wonwoo membeku. Tungkainya yang sudah bergerak untuk mengejar Samuel tertahan. Mingyu menarik lengan kurus Wonwoo dan mendorongnya untuk kembali menduduki kursi.
Lutut Wonwoo langsung terasa lemas. Darahnya berdesir hingga membuat wajahnya memucat setelah melihat kehadiran singkat Samuel tadi.
Wonwoo tak bisa memandang Mingyu yang hanya duduk diam di hadapannya. Samar-samar yang Wonwoo lihat, Mingyu memandangnya dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Jangan menggunakan alibi apapun lagi di depanku, Wonwoo. Apa yang ingin kau lakukan? Mengejarnya dan mencincang tubuhnya?" Tuduhan Mingyu yang begitu dingin membuat jantung Wonwoo berdegup tidak tenang. Rahangnya terjatuh dan kepalanya terangkat saat Mingyu membuka mulutnya lagi.
"Aku tahu siapa kamu sebenarnya."
"Gyu--"
"Jangan katakan apapun! Kumohon."
Mingyu menghela nafasnya kasar membuat perasaan Wonwoo tergetar. Wonwoo merasakannya, helaan nafas itu seakan menyiratkan bahwa Mingyu menahan amarah dan perasaan kecewanya.
"Anak itu.. Samuel, kau menculiknya dan dia mengatakan semuanya padaku. Tidak hanya Samuel saja, beberapa orang juga mengatakan hal yang sama buruknya tentangmu."
Kedua siku Mingyu bertumpu pada meja, ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan mengusapnya dengan frustasi. Pandangannya lurus ke depan melihat Wonwoo yang kembali tertunduk dan berusaha mati-matian menahan tangisnya.
Tidak, seharusnya Mingyu yang menahan tangisnya saat ini. Merasakan gemuruh tak enak yang menghantam hatinya dan itu benar-benar terasa ngilu sampai rasanya Mingyu sangat ingin menangis sekarang juga.
"Aku lelah harus berhadapan dengan orang sepertimu lagi, Wonwoo." Ucap Mingyu dengan suara parau. Pandangannya seketika kabur karena air mata yang ia tahan menumpuk di bola matanya.
"Aku membiarkanmu untuk berbicara jika semua yang kudengar bahwa kau adalah seorang ketua gangster itu tidak benar."
Wonwoo menggigit bibir bawahnya dengan kuat, menahan suara isakan tangisnya yang sudah mengalir dengan deras.
"M-maaf.."
"Aku tidak butuh permintaan maaf-mu, Wonwoo! Tolong, katakan saja itu semua tidak benar. Kumohon!" Mingyu tak kuasa menahan air matanya lagi. Melihat Wonwoo menangis dan terus bungkam malah membuat hatinya semakin sakit bukan main.
Mingyu lelah menangis, sungguh.
Persetan dengan semua hal buruk yang ia dengar tentang Wonwoo. Mingyu hanya ingin mendengar bahwa semuanya adalah kebohongan besar. Mingyu ingin Wonwoo membantah semuanya hal buruk yang berkaitan dengannya dan meyakinkannya bahwa ia sudah difitnah.
Namun Wonwoo tidak menyalahkannya seakan semua yang orang-orang katakan adalah benar.
Mingyu marah, kesal, sedih, dan jijik. Perasaan buruk itu menyatu mengotori hatinya.
"Kenapa.. kenapa aku harus merasa bersalah dengan pekerjaan lamaku sedangkan yang kau lakukan melebihi terhina, Wonwoo?! Kau jahat! Kau yang selama ini bermain peran dengan baik di depanku!" Mingyu semakin terisak. Nafasnya juga terdengar sesak dan berhembus tidak teratur.
"Kau benar-benar sudah jauh melampaui batasku, Jeon Wonwoo. Maaf, tapi aku sudah lelah."
Wonwoo mengangkat kepalanya. Dilihatnya tempat duduk Mingyu sudah kosong dan mau tidak mau ia segera berlari menyusul suaminya yang sudah hampir menuruni tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
(✔) The Greatest Showman × MEANIE
FanfictionEverything untold between each other and about their marriage. ❝ I seemed to feel that you're the greatest showman and our marriage is like your bigger show. ❞ _____ [BxB Content | Marriage Life | Mafia x Spy AU] ⚠️𝗧𝗛𝗜𝗦 𝗦𝗧𝗢𝗥𝗬 𝗖𝗢𝗡𝗧𝗔𝗜𝗡...