CHAPTER 3: The Duality

5.5K 691 114
                                    

Pukul enam pagi. Wonwoo membuka matanya dan merasakan ada yang melingkari pinggangnya. Itu lengan Mingyu, merengkuhnya dengan posesif sementara dirinya terbaring memunggungi Mingyu yang tertidur. Tubuh telanjangnya bergerak perlahan mengubah posisi tidurnya menjadi menghadap Mingyu.

Setelah meringis pelan saat merasakan perih pada lubang analnya sebab-pada akhirnya-digempur Mingyu semalam, Wonwoo beralih memandang lamat-lamat wajah menawan suaminya yang masih saja terlihat tampan walau sedang terlelap seperti ini.

Setelah satu tahun lebih menikah ia masih tidak menyangka hal itu sudah terjadi. Mengingat perjuangan mereka dulu saat masih baru di kota dan menganggap bahwa hubungan mereka hanya sebatas sahabat, ia tak tahu bahwa perasaannya tiba-tiba bisa jatuh begitu dalam setelah bertemu dengan Mingyu lima belas tahun kemudian.

Lima belas tahun yang lalu, saat Mingyu meninggalkan Wonwoo untuk menjalani wajib militer, tak pernah sehari pun ia tidak menangisi Mingyu. Ia ingin bertemu dengan Mingyu namun tak pernah sempat sebab harus bekerja diusianya yang masih berumur dua puluh satu saat itu.

Baginya Mingyu sudah seperti orang terpenting dalam hidupnya. Setelah kabur dari rumah lamanya karena keluarga yang memaksanya untuk kuliah dan mengancamnya, hanya Mingyu yang bisa menenangkannya bahwa hidup tetap akan baik-baik saja tanpa gelar sarjana sekali pun asal tetap bekerja keras tanpa peduli apa yang akan terjadi besok.

Wonwoo mengingat kata-kata yang terujar dari mulut Mingyu yang mana saat itu mereka memiliki keinginan yang sama ketika datang dan mengadu nasib ke kota.

Tentu nasehat tersebut hanya berlaku dan akan sangat berguna jika kau lahir tiga puluh tahun lebih awal. Jangan bandingkan dengan keadaan sekarang yang mana kau harus mendapat gelar untuk bertahan hidup dan sebuah pengakuan yang layak.

"Ngh.." erangan Mingyu yang terbangun membuat Wonwoo langsung menarik tangannya yang bergerak menyentuh bibir suaminya tadi.

Mingyu sedikit membuka matanya dan tersenyum kecil saat melihat Wonwoo di hadapannya, lantas menarik tubuh kurus itu ke pelukannya.

Sensasi hangat tubuh Mingyu-walau ia tertidur dalam keadaan telanjang-membuat hati Wonwoo sedikit tenang. Belum lagi kulit keduanya saling bergesekan karena mereka tidak mengenakan sehelai benang pun saat ini, membuat pelukan Mingyu terasa candu bagi Wonwoo.

Namun ini bukan saatnya ia mengikuti kemauan Mingyu yang ingin dirinya tidak bergerak kemana pun dan hanya menemaninya di ranjang seharian.

Baik Wonwoo dan Mingyu sama-sama harus pergi bekerja. Bedanya Wonwoo harus segera pergi satu jam lagi sementara Mingyu masih membutuhkan waktu sedikit lebih lama.

"Gyu, aku harus bekerja." Bisik Wonwoo mengusap wajah Mingyu yang kembali memejamkan matanya.

"Jangan kemana-mana, Woo."

Wonwoo tersenyum dan mengecup setiap sisi wajah suaminya. Sudah terbiasa melihat Mingyu yang sangat manja dan akan merengek jika ia akan pergi bekerja.

"Aku tidak kemana-mana, Mingyu. Aku hanya ingin pergi bekerja."

Mingyu membuka matanya perlahan dan menatap iris kelam Wonwoo penuh arti, "tidak bisa 'kah kau mengambil jatah libur lagi?"

"Tidak bisa, sayang. Aku sudah mengambil liburku minggu ini."

"Tapi minggu ini liburmu hanya dua hari dan kamu bekerja penuh dan tidak pulang selama lima hari," Mingyu mulai merengut.

"Itu hanya untuk minggu ini, Mingyu."

"Kamu meninggalkanku untuk bekerja dua hari penuh dan tidak pulang saja sudah membuatku resah. Woo, tolong pulanglah malam ini, ya? Ranjang ini rasanya terasa sepi sebab kau tak ada."

(✔) The Greatest Showman × MEANIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang