"Hei! Bocah sialan! Menjauh dari sana!"
Seorang wanita paruh baya melemparkan botol plastik pada seorang bocah lusuh dan kumuh yang langsung berlari menghindari wanita tersebut.
Ia bersembunyi di salah satu tembok, tangannya menggenggam sebuah roti yang tampak sudah tak layak makan lagi. Sekiranya sudah aman, ia mencoba mengintip di balik tembok berharap wanita paruh baya tadi sudah pergi.
Benar dugaannya.
Bocah itu tersenyum tipis, lantas menatap roti berjamur di tangannya dengan penuh selera. Baru hendak membuka mulutnya untuk melahap roti tersebut, tangannya langsung merasa hampa saat menyadari bahwa makanannya dirampas oleh seseorang.
"Jangan makan sembarangan, kau bisa terkena penyakit karena itu." suara berat seorang pria membuatnya mendongak.
Pria itu sangat tinggi untuk seukuran tubuhnya yang hanya sebatas pinggangnya, ia juga mampu menghalangi teriknya matahari dengan tubuh tingginya itu.
Bocah itu hendak mengamuk, dalam kondisi perut yang sangat keroncongan ini rasanya ia mampu berapi-api karena pria tinggi itu merebut makanannya. Namun amarahnya terpendam saat pria itu memberikan sebungkus roti lain, kali ini yang layak untuk dimakan dan terlihat menggiurkan.
"Ini, makanlah." ujarnya menyodorkan roti tersebut serta sekotak susu. Dengan senang hati bocah itu menerimanya tanpa rasa curiga kemudian membuka bungkus roti itu dan melahapnya.
"T-terima kasih, tuan." ucapnya pelan penuh rasa syukur. Ia berjongkok sambil menyesap sekotak susu yang pria itu berikan.
Pria bertubuh tinggi itu tersenyum, ia ikut berjongkok mengikuti bocah tersebut. Tampak dari gesture-nya, pria itu ingin mengintrogasi bocah di hadapannya.
"Namaku Wonwoo, siapa namamu?"
"Samuel," jawabnya singkat sambil mengunyah.
"Berapa umurmu?"
"Duabelas,"
"Dimana kau tinggal?"
Sambil menggeleng, "tidak punya,"
"Orang tuamu?"
Lagi-lagi Samuel menggeleng membuat Wonwoo mengangguk-angguk asal. Posturnya tampak menimang-nimang sesuatu.
"Kalau begitu, mau ikut bersamaku? Kau bisa menikmati makanan yang lebih banyak dari ini,"
Samuel yang tadinya menunduk mulai mengangkat kepalanya-memandang Wonwoo penuh selidik.
"Kemana?"
"Ke rumahku, aku tinggal di gedung ini."
Bocah itu menghentikan kunyahannya sebentar, namun dengan cepat ia langsung menggeleng.
"Aku orang asing, anda orang asing, bagaimana bisa mengajak orang asing memasuki rumah anda?"
Tangan Wonwoo terangkat mengacak surai Samuel yang lusuh. Diam-diam ia sedikit mengagumi kewaspadaan Samuel terhadap orang asing.
"Bagaimana jika aku menjadikanmu anak angkatku? Aku pria kesepian yang menyukai anak-anak. Kau bisa memanggilku ayah, kalau kau mau."
Samuel terperangah, "A-ayah?"
"Bagaimana? Kita bukan orang asing lagi 'kan?"
Samuel terdiam, ia menatap Wonwoo dengan ragu-ragu. Pria di hadapannya ini terlihat mencurigakan, namun entah kenapa tutur katanya begitu lembut dan menenangkan. Samuel jadi sedikit bingung dengan perasaannya.
"A-aku-entahlah,"
Wonwoo mengulas senyum tipis, "Sebenarnya aku sering melihatmu disekitar sini, aku selalu memperhatikanmu dan entah kenapa baru sekarang aku memiliki keberanian untuk mendekatimu. Tadinya aku berniat untuk membawamu ke panti asuhan, tapi sepertinya kau tidak akan betah disana-"
KAMU SEDANG MEMBACA
(✔) The Greatest Showman × MEANIE
FanfictionEverything untold between each other and about their marriage. ❝ I seemed to feel that you're the greatest showman and our marriage is like your bigger show. ❞ _____ [BxB Content | Marriage Life | Mafia x Spy AU] ⚠️𝗧𝗛𝗜𝗦 𝗦𝗧𝗢𝗥𝗬 𝗖𝗢𝗡𝗧𝗔𝗜𝗡...