Halo semuanya apa kabar? Semoga sehat selalu ya teman-teman semuanya.
Bagian chapter kemarin yang judulnya 'My dream' itu aku hapus. Kenapa? Karena menurutku sih kurang nyambung sama alurnya, dan itu juga aku rasa banyak kekurangan. Dan pastinya juga kalian enggak puas sama ceritanya, maka dari itu aku bikin chapter baru dan hapus chapter yang itu.
So, aku juga waktu itu tertekan karena liat komentar satu akun yang terus aja nyuruh aku buat double up. Aku juga bakalan double up kalo aku ingin, tapi balik lagi ke kehidupan aku. Aku juga punya kesibukan sendiri dan enggak bisa selalu buat ngetik di wattpad.
Jadi, aku minta pengertian kalian. Aku enggak marah ko sama kalian, aku cuma mau minta pengertiannya aja. Kalo masalah double up atau semacamnya aku juga nanti bakalan double up kalo respon kalian di setiap chapternya bagus.
Buat yang selalu suport aku makasih banget. Sekali lagi terimakasih.
So, enjoy and happy reading..
***
...Bangtan kini tengah berdiam diri mendengarkan penjelasan Prof. Choi yang terus saja mengoceh sejak dari tadi. Ditemani dengan cahaya lilin yang tertancap disetiap pojok ruangan.
"Jadi, kita harus melakukan apa profesor?." Namjoon melirik satu persatu temannya.
Prof. Choi kemudian berhenti berjalan, lalu mengambil tempat duduknya kemudian menghadap ke arah Bangtan "Kita tunggu dulu Taehyung, dia juga harus mengetahuinya."
Semuanya hanya mengangguk mengerti dengan ucapan sang profesor yang bermaksud untuk menyuruh Taehyung segera kembali dan menemui mereka dikastil ini.
"Ayo hyung, kirim telepati padanya," perintah Jimin tidak sabaran.
"Iya aku tahu. Aku juga baru akan melakukannya" Seokjin perlahan memejamkan matanya guna mengalihkan fokusnya pada telepati yang akan dia gunakan "Cepat kemari."
Sang profesor hanya diam memperhatikan ke lima pemuda yang sudah dianggapnya sebagai cucu sendiri, tak jarang dia akan memberi perhatian lebih kepada mereka. Apalagi ketika dia mengetahui bahwa sang cucu sudah berada di dekatnya.
"Sudah Seokjin?" katanya.
Seokjin hanya mengangguk menjawab pertanyaan sang peofesor. Kemudian mereka terdiam beberapa saat, memikirkan perkataan sang profesor yang masih terngiang ditelinga mereka.
"Bolehkah saya bertanya profesor?" ucap Jimin tiba-tiba.
Sang profesor yang tadinya sedang memejamkan mata kini terduduk tegak, ia tahu jika ia mengatakan semua hal ini pasti mereka akan bertanya lebih jauh. Tapi ini tidak bisa dibiarkan, biarkan mereka mencari jati dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGIC ELEMENTAL
FantasyTakdir seseorang tidak bisa diubah bukan? Jika ingin mengubah takdir itu sendiri akan mustahil. Sama seperti ketujuh pemuda biasa yang ternyata seorang elemental terkuat yang ditakdirkan sejak kecil untuk menyelamatkan dunia. Mereka harus membunuh p...