Suasana malam yang diselimuti oleh hawa dingin yang bisa saja menusuk sampai ke tulang. Mungkin orang lain akan berdiam diri didalam rumah, duduk didepan perapian ditemani dengan secangkir cokelat panas dan buku bacaan. Tapi, tidak dengan seorang pemuda yang tengah berjalan dijalanan yang sudah sepi tanpa adanya lalu-lalang kendaraan.Kaki panjangnya terus saja melangkah ditemani oleh suara jangkrik yang terus berbunyi disepanjang jalan, tangannya ia masukan ke dalam mantel tebal yang digunakannya hari ini. Digosoknya kedua telapak tangan agar bisa mengurangi rasa dingin yang dirasakan.
Sang purnama pun menemani setiap langkah yang diambil oleh pria itu, dia menatap ke arah atas memperhatikan sang purnama yang bersinar menerangi jalanan tempatnya berpijak. Kedua lesung pipi itu timbul ketika dirinya tersenyum sangat manis.
"Apakah ayah baik-baik saja disana,?" lirihnya.
Dia memang bukan dari keluarga yang kaya, tapi tidak juga dari keluarga yang miskin. Dia hidup berkecukupan dengan sang ibu, dia merupakan seorang mahasiswa yang memiliki kerja sampingan untuk mengurangi beban yang dipinggul oleh sang ibu.
Dia termasuk anak yang pintar karena itu juga dirinya memilih pekerjaan sebagai guru les privat, karena nilai IQ nya diatas rata-rata akhirnya ia bisa masuk ke fakultas terbaik di Seoul, dengan beasiswa yang didapatnya.
Tidak terasa ternyata dia sudah sampai didepan rumahnya, ia sudah terbiasa dengan ini karena setiap hati dirinya selalu berjalan kaki ketika pulang ke rumah. Dirinya tidak punya kendaraan akibat keadaan ekonomi yang minim. Kakinya melangkah untuk masuk ke dalam rumah yang sudah lama ia tinggali ketika dirinya mendapat panggilan untuk berkuliah di Seoul.
Kedua netra hitam segelap sayap gagak itu menerawang ke segala arah, mencari sesosok wanita ringkih yang sudah merawatnya selama ini "Eomma, aku sudah pulang,"
Hening, tidak ada jawaban.
Kakinya melangkah lebih jauh untuk masuk ke dalam rumah, penasaran kemana perginya sang ibu yang tidak menjawab panggilannya seperti biasa. Tetapi, ketika kakinya menapak diruang tamu terdapat sesosok pria paruh baya yang tengah mengobrol dengan sang ibu.
Tiba-tiba seseorang itu menengok ke arahnya berdiri.
"Apakah dia Kim namjoon,?"
"Betul saya Kim namjoon, ada yang bisa saya bantu.?"
"Perkenalkan ini Prof. Choi datang menjemputmu untuk menuju sekolah elemental. Dia kepala sekolahnya" jelas sang ibu.
"Kenapa aku harus kesana? "
Sang profesor tersenyum "Aku sudah tahu elemen mu sudah keluar disaat kau sedang pulang bekerja kan?" lanjutnya.
Namjoon diam mematung "Bagaimana anda anda tahu? lagi pula itu hanya kebetulan" sergah Namjoon.
Sang ibu hanya mengangguk dan menghampiri sang anak untuk mengelus rambutnya, "Rupanya elemen mu sudah keluar, kenapa tidak cerita."
Namjoon hanya menaikan alisnya, "Elemen itu tidak ada Eomma, itu hanya kebetulan," sergahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGIC ELEMENTAL
FantasiTakdir seseorang tidak bisa diubah bukan? Jika ingin mengubah takdir itu sendiri akan mustahil. Sama seperti ketujuh pemuda biasa yang ternyata seorang elemental terkuat yang ditakdirkan sejak kecil untuk menyelamatkan dunia. Mereka harus membunuh p...