Disebuah tempat yang cukup ramai pengunjung ada seorang pria yang terus saja mengintip dari balik pintu dapur. Dia terus saja tersenyum ketika melihat pelanggannya menikmati masakan yang dibuat dengan penuh keikhlasan itu.Ruangan yang sudah lebih dari dua tahun membantunya untuk menghasilkan uang selama ini, sebuah ruangan yang dicahayai oleh lampu yang sangat terang guna membantu untuk melihat bahan yang akan dimasak. Pria ini terus saja tersenyum dan berdiri didepan pintu jika saja atasannya tidak menegur.
"Seokjin sudah jangan menatap mereka terus, apapun rasa makanan kita pasti akan mereka bayar"
Pria yang dipanggil pun menoleh, senyuman yang ia ukir perlahan mengendur. Bukan itu tujuannya memasak ia hanya ingin para pengunjung menikmati hasil masakannya yang dibaluri oleh rasa kasih sayang didalamnya.
"Aku suka makan, jadi makanan itu harus enak begitupun dengan mereka," ucap Seokjin sedikit emosi.
Dirinya berjalan ke tempat dirinya biasa memasak bergegas untuk memakai topi koki berwarna putih yang senada dengan baju yang dikenakannya. Tapi tangannya tak henti-hentinya terus mengipas ke area wajah karena gerah.
"Kenapa panas sekali, andaikan aku punya kekuatan angin pasti tidak akan sesulit ini."
Anehnya setelah dirinya mengatakan hal demikian sekelibat angin sepoy-sepoy terasa begitu menyejukan disekelilingnya membuat tetesan keringat itu kian mengering digantikan oleh rasa sejuk yang menyelimuti. Seokjin pikir ini karena adanya kipas angin yang memutar begitu cepat diatas kepalanya, tetapi tidak. Tidak ada kipas angin.
Ia terdiam menatap sekeliling.
"Hyung apa kau merasakan sejuk dari angin yang lewat tadi.?" Seokjin mencoba menanyakan hal itu kepada seluruh koki yang ada didalam.
"Yang ada panas api yang menyejukan tubuhku, lihatlah keringat ini. Ingin mandi saja rasanya" balas seseorang yang lebih tua darinya.
Sekelebat angin kencang melewati tubuhnya lagi dan membuat tepung yang dia gunakan kini berceceran kemana-mana.
"Apa itu? " Seokjin melirik ke kiri dan ke kanan takut ada seseorang yang menjahilinya menggunakan kipas angin dengan kekuatan yang maksimal sehingga membuat tepungnya berhamburan.
Saat tengah memikirkan apa yang terjadi tadi tiba-tiba pintu dapur restoran terbuka dan menampilkan sang atasan sedang bercaka pinggang.
"Apakah kau bekerja hanya untuk melamun?" ucapnya penuh amarah.
Seokjin hanya menundukan kepalanya, bibirnya tidak bergeming seperti biasa karena sudah hampir dua minggu terakhir dirinya terus saja melamun dan memikirkan hal yang sama karena angin itu yang tiba-tiba terus saja datang kepadanya.
Sang atasan hanya mendengus lalu berjalan meninggalkan seokjin sendirian "Kau harus sabar seokjin, ini demi membiayai kuliahmu kau jangan menyusahkan Appa dan Eomma " Ucapnya menyemangati diri sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGIC ELEMENTAL
FantasiTakdir seseorang tidak bisa diubah bukan? Jika ingin mengubah takdir itu sendiri akan mustahil. Sama seperti ketujuh pemuda biasa yang ternyata seorang elemental terkuat yang ditakdirkan sejak kecil untuk menyelamatkan dunia. Mereka harus membunuh p...