16. Sacrifice

4.7K 570 62
                                    

Apa kabar semuanya?

Semoga kalian selalu baik dan selalu, jangan lupa stay at home dan kalo mau keluar rumah pakai masker dan jangan lupa jaga jarak.!

Sudah berapa abad nih cerita ini enggak update? Engga selama itu kan. Siapa nih yang kangen sama cerita ini ataupun kegajean yang terdapat di cerita ini? Dan aku harap kalian membaca cerita yang ku buat ini dengan sepenuh hati, dan jangan membuat sang penulis down karena cerita yang ia buat dituduh mencopas.

Dan aku mau nanya nih? Cerita ini mending segera tamatin aja atau kalian mau cerita ini panjang seperti aliran sungai? Tolong jawab ya.

...

Vote ke berapa nih?

Siapa yang ketinggalan dan enggak dapet notif dari cerita ini?

So, happy reading.

So, happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

....

"Bulan merah akan terjadi satu bulan lagi, apakah kau siap Taehyung? " gumamnya lalu tersenyum ketika melihat wajah polos Jungkook yang tertidur.

Sementara Taehyung masih melayang di udara diselimuti oleh dinginnya angin malam yang berhembus. Perlahan luka tusukan dipunggungnya mulai mengering dan menutup, digantikan oleh kulit baru yang mulai terbentuk sempurna.

Hingga detik berikutnya Kim Junghwa menambah cahaya bulan yang menyinari Taehyung sampai membuat sang putra merintih kesakitan.

"A-agrr. "

Taehyung menggeliat ketika tubuhnya kembali dibawa melayang lebih tinggi oleh sang ayah, ia melihat bagaimana wajah kelelahan ayahnya yang berusaha menyembuhkan lukanya. Tapi, rasa bersalahnya kembali membuncang ketika mengingat bagaimana pengorbanan sang ayah yang mengorbankan nyawa demi dirinya dan juga rakyatnya.

"Kau tak apa nak? "

Taehyung menggeleng dan tersenyum memperlihatkan senyuman kotak andalannya "Aku baik saja Appa. "

"Syukurlah. Kalau begitu Appa akan pergi sekarang, jaga Jungkook karena jika dia terluka kau akan tau akibatnya. "

Taehyung terkekeh ketika mendengar sang ayah yang terus saja mengoceh ini dan itu, akibat apa yang dia maksud ? Bukankan sekarang juga sudah berakibat pada tubuhnya yang terluka tadi.

"Iya tenang saja. "

Kim Junghwa melihat lamat-lamat anak sulungnya yang sudah tumbuh dewasa, pemikiran anaknya kini sama persis seperti sang istri. Dirinya mengangguk dan hendak menghilang karena tugasnya sudah selesai, mungkin tidak karena peperangan masih belum usai.

MAGIC ELEMENTAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang