13. Blood

5.5K 635 98
                                    

Halo apa kabar semuanya? Masih sehat kan setelah nonton Mv Dynamite? Jadi bias kalian siapa sekarang apakah kalian oleng?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo apa kabar semuanya? Masih sehat kan setelah nonton Mv Dynamite? Jadi bias kalian siapa sekarang apakah kalian oleng?

Finally I comeback Setelah sekian lama menghilang karena berkutat dengan tugas dan pelajaran.

Apakah kalian menunggu terlalu lama, atau kurang lama? Sebenarnya saya ingin berhibernasi digulungan selimut tebal lebih lama lagi tapi apalah daya ketika kalian semakin semangat membaca cerita ini.

So, vote ke berapa nih kalian?

Enjoy and happy reading

—••—

     Suara ketukan sepatu begitu nyaring menusuk gendang telinga. Beberapa orang kewalahan untuk mencari sumber suara dentuman yang terus tersedar seminggu terakhir disaat Bangtan tidak ada disekolah. Dentuman itu sering kali terdengar ketika hari sudah malam dan tiba-tiba sebuah api hitam menyala dibeberapa kota, pertanda jika ada penyerangan disana.

Prof. Choi kini tengah menyuruh sebuah pasukan untuk memeriksa dimana terdapat sebuah ledakan beruntun semenjak seminggu terakhir.

"Aku yakin mereka sudah hampir berhasil, apakah aku harus memanggil mereka untuk kembali?" gumamnya.

"Hampir berhasil melakukan apa profesor?" seorang lelaki bertubuh tinggi tegap tengah tersenyum lembut ke arahnya.

Prof. Choi hanya tersenyum lalu menggeleng "Tidak Mr. Donghae saya hanya merasa bahwa musuh sudah bangkit dan mengajak perang,"

"Ah begitukah?" terciptalah seringaian kecil miliknya, sungguh dia pria yang sangat licik.

Mereka berdua kini tengah berada dibalkon sekolah, dilantai paling atas. Sang profesor tengah melihat sekeliling karena takut jika ada ledakan misterius yang terjadi akhir-akhir ini.

"Tolong panggilkan Mr. Siwon dan Ms. Sena," perintahnya pada sang guru.

Mr. Donghae hanya mengangguk dan lantas pergi meninggalkan sang profesor yang tengah menatap kosong ke arah langit tepat dimana sang purnama berada, bulan bersinar terang berwarna biru. Pertanda bahwa nyawa cucu kandungnya masih baik-baik saja.

"Haruskah mereka melakukan ini Junghwa?" ucapnya kepada sang angin yang membuat helaian rambut yang sudah separuh putih itu berantakan.

Keinginan untuk menyelamatkan sang putra yang berkorban demi seseorang dan merelakan nyawanya hilang hanya untuk menyelamatkan seseorang yang membutuhkan bantuannya, bahkan dirinya dulu tidak memiliki keberanian hanya untuk menolong putra dan cucunya yang sudah sekarat.

MAGIC ELEMENTAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang