41• Sadar

215 23 9
                                    

Selamat membaca!

•••

Sakti_prmdia
Bintang udah sadar!

Bola mata Langit membulat saat pesan singkat itu masuk ke ponselnya. Dengan tergesa-gesa, Langit meraih jaket dan kunci motor. Lalu berlari menuruni anak tangga.

"BUN! ABANG KE RUMAH SAKIT DULU! ASSALAMUALAIKUM!"

Tanpa menunggu jawaban sang bunda, Langit langsung berjalan menuju garasi dan mengeluarkan motornya. Memakai helm lalu melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

Senyuman lebar tercetak indah di wajah Langit. Melajukan motornya dengan kecepetan tinggi, tidak peduli akan udara dingin di malam hari.

Karena Langit ingin cepat-cepat bertemu dengan Bintang-nya.

•••

Suara pintu yang di buka secara kasar membuat orang yang ada di ruangan terlonjak kaget. Langit dengan nafas yang tidak beraturan akibat berlari sedang berada di ambang pintu.

Berkacak pinggang sambil berusaha mengatur nafasnya. Lelaki itu berjalan menuju Bintang yang sedang duduk menyandar pada brankar.

"Udah sadar lo?" tanya Langit.

"Belum. Ini arwahnya," jawab Bintang ketus. "Ya udah sadar lah," lanjutnya.

Ingin sekali Langit memeluk gadis di hadapannya. Tapi tidak mungkin, karena tubuh Bintang di penuhi oleh alat medis. "Gue pengen meluk lo, tapi gabisa," ucap Langit lesu.

Lelaki itu terdiam sebentar dan akhirnya memeluk Bintang walau tidak terlalu erat. "Gue takut banget Bin pas denger kalau keadaan lo memburuk. Gue bener-bener down," ujar Langit.

Bintang yang mendengarnya tersenyum lalu mengelus pelan punggung Langit. "Makasih karena udah khawatirin gue. Makasih karena udah peduli sama kondisi gue."

Langit melepas pelukannya lalu mengusap wajah Bintang. "Lagi sakit aja muka lo masih cantik."

"Gombalannya tetep receh," sahut Bintang.

"Dasar generasi bucin."

Langit menoleh ke belakang lalu mendapati Sakti yang sedang duduk di sofa seorang diri sambil ngemil cemilan.

"Si jomblo sirik aja," sahut Langit. Lelaki itu duduk di kursi yang ada di samping brankar.

"Ada yang sakit gak?" tanya Langit seraya mengelus lembut tangan Bintang.

Bintang menggeleng. "Enggak. Cuman ya kadang suka sesak nafas."

"Udah makan?" tanya Langit.

"Belum."

Langit berdecak."Ck! Makan, nanti kalau lo sakit gimana?"

"Kan emang udah sakit," jawab Bintang santai.

"Ya udah ralat. Kalau nanti tambah sakit gimana?" tanya Langit.

"Tinggal ke rumah sakit," jawab Bintang dengan raut wajah menyebalkan.

"Makan, Bintang."

Fall Into You [ end ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang