28• Pertemuan

260 27 38
                                    

Selamat membaca!

•••

"Ada yang bisa menjelaskan sebenarnya apa yang terjadi?"

Pertanyan Bu Riska memecahkan keheningan panjang yang terjadi di ruang BK. Ada empat orang yang di intograsi oleh Bu Riska. Bintang, Langit, Bima dan Sakti. Sedangkan Aril di bawa ke rumah sakit karena terluka cukup parah.

"Saya menghajar nya. Untuk apa penyebab saya menghajar nya, maaf saya tidak bisa memberi tahu. Karena itu masalah pribadi," jawab Sakti.

"Lalu, kenapa Langit juga bisa ada luka lebam nya?" tanya Bu Riska.

"Langit mencoba menghentikan saya. Saya yang termakan oleh emosi kesal dengan Langit, dan akhirnya Langit kena hajar," jawab Sakti.

Bu Riska menghembuskan nafas nya lelah. "Baiklah. Kalian semua boleh pulang. Sakti, besok suruh Mama kamu menghadap ke Ibu."

Sakti menganggukan kepala nya lalu tanpa pamit, lelaki itu keluar dari ruang BK.

Bima hendak mengejarnya, tapi di tahan oleh Bintang. "Jangan di kejar. Dia butuh waktu sendiri buat ngejernihin pikiran dia."

Sakti berjalan ke arah rooftop. Lelaki itu meringis kala luka akibat pukulan Langit berdenyut. Sakti membuka pintu rooftop dan duduk di sofa yang tersedia di rooftop. Lelaki itu mengeluarkan bungkus rokok dari dalam tas nya, dan mengambil sebatang rokok untuk di hisap.

Sakti mengambil korek api dan dinyalakan nya rokok tersebut. Lelaki itu menghisap rokok lalu menghembuskan asapnya melalui mulut. Baru saja ia hendak menghisap kembali rokok nya, tapi seseorang mengambil rokok nya dan di injak.

"Lo apaan-apaan sih?" tanya Sakti kesal kala melihat sang pelaku adalah Langit.

Langit duduk di samping Sakti. "Sejak kapan rokok bisa menyelesaikan masalah?"

Sakti mendengus. "Pelarian gue kalau ada masalah ya rokok."

"Lo anak IPA, lo tau betul bahaya nya rokok bagi kesehatan," ucap Langit.

"Mending ngerokok atau minum alkohol?" tanya Sakti.

"Dua-dua nya gak akan nyelesain masalah," jawab Langit.

Sakti menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa. "Gue bener-bener pusing, Lang. Kemarin Bunda gue bilang kalau tabungan nya udah mau habis karena emang tabungan Bunda gue gak banyak. Gue sebagai anak laki-laki ngerasa gak becus jadi anak, gue gak bisa ngebantu Bunda gue sendiri. Ditambah Erla yang setiap malem selalu nangis karena pengen bisa lihat lagi. Dan sekarang si berengsek itu balik lagi buat minta duit."

"Gue punya uang simpenan," ucap Langit.

Sakti menggeleng. "Gue gak mau nyusahin orang."

Langit menepuk bahu Sakti. "Lo sama gue udah sahabatan dari jaman kita masih pake celana merah. Dari jaman kita masih ingusan. Yakali sahabat gue lagi susah gue gak bantuin. Udah pake dulu aja duit gue, kalau masalah gantiin mah kalem aja euy."

"Gue gantiin duit nya kalo gue udah sukses," ucap Sakti.

"Selow mas bro. Btw, tonjokan lo sakit banget anjing," kata Langit sambil mengelus pelipisnya.

Sakti terkekeh. "Kekuatan orang yang lagi emosi."

"Kegantengan gue jadi berkurang karena nih luka," ucap Langit.

"Najis, ganteng dari mana coba," cibir Sakti.

"Kegantengan gue gak ada yang ngalahin di sekolah ini."

Fall Into You [ end ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang