43• Pendonor

253 22 11
                                    

Selamat membaca!

•••

"Assalamualaikum!" Langit mengetuk pintu ruangan Bintang sambil mengucapkan salam.

"Siapa ya?!" sahut orang dari dalam. Langit tersenyum, karena ia kenal dengan suara itu. Suara Bintang.

"Mas pacar!" ucap Langit.

"Masuk aja," sahut Bintang. Langit pun membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan lalu langsung duduk di samping brankar Bintang.

"Kenapa belum ganti baju?" tanya Bintang heran saat melihat Langit masih lengkap dengan baju seragam nya.

Langit mengangkat bahu nya acuh. "Males balik."

"Lah kenapa?"

"Soalnya udah kangen banget sama lo," ucap Langit lalu mengedipkan sebelah matanya dan mencolek dagu Bintang.

"Ish apaan sih!" Bintang berucap dengan nada yang kesal.

"Lo mau tau gak? Semalem gue gak bisa tidur," kata Langit. "Nih liat mata gue jadi agak sayu." Langit menunjuk matanya sendiri.

"Kenapa emang?" tanya Bintang.

"Gara-gara lo," jawab Langit seraya menunjuk Bintang.

"Kok gara-gara gue sih?" tanya Bintang heran.

"Gara-gara lo ngomong 'Selamat tidur juga Langit-nya Bintang'. Gara-gara itu gue gak bisa tidur saking senengnya!"

Bintang terbahak mendengar ucapan Langit. Jadi dia tidak bisa tidur karena ucapan selamat tidur dari Bintang? Aneh sekali. "Aneh lo, Lang. Masa kayak gitu doang sampe gak bisa tidur," ucap Bintang saat tawanya sudah reda.

"Emang ya ucapan selamat tidur dari lo efek nya kuat sampe gue gak bisa tidur," celetuk Langit.

Bintang terkekeh singkat. "Alay."

"Seriusan."

"Sakti sama Bima gak dateng?" tanya Bintang seraya melirik pintu.

"Gak. Gue larang, mereka suka ganggu waktu gue sama lo," jawab Langit. Lelaki itu membuka tas nya dan mengeluarkan buah-buahan serta satu buket bunga.

"Nih gue bawa bunga. Kurang romantis apa coba gue," ucap Langit seraya memainkan rambutnya.

Bintang meraih bunga itu lalu tersenyum manis. "Makasih, Lang!"

Langit terkesiap melihat senyuman itu lalu menggelengkan kepalanya berulang kali. "Cantik banget pacar gue kalo lagi senyum."

"Dari kecil gue udah cantik," sahut Bintang.

"Pas jadi janin juga udah terdeteksi cantik." Ucapan Langit berhasil membuat pipi Bintag memerah.

"Lebih cantik pas pipi nya merah," lanjut Langit. Bintang mendelik lalu mengibaskan kedua tangan nya di depan pipi agar rona merah nya menghilang.

Suara pintu terbuka terdengar. Kedua remaja itu menoleh dan mendapati Doni, Rinjani, beserta Erla yang di tuntun oleh Rinjani. Langit bangkit lalu mencium telapak tangan Doni juga Rinjani.

"Eh ada Nak Langit," sapa Rinjani.

"Iya, Tan," sahut Langit.

"Daritadi, Lang?" tanya Doni lalu menaruh jas kantor nya di sofa.

Langit menggeleng. "Belum lama."

Doni mengangguk lalu duduk sofa. "Bintang," panggil nya.

Bintang menoleh. "Kenapa?"

Fall Into You [ end ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang