37• Jujur(2)

277 23 14
                                    

Selamat membaca!

•••

"Gagal jantung."

Dan Langit merasa bahwa dunia nya runtuh saat itu juga. Ia merasa bahwa takdir sedang mempermainnya.

Gagal jantung? Itu tidak pernah terlintas di benak Langit.

Lelaki itu menatap ke depan dengan tatapan kosong. Semua nya terlalu tiba-tiba untuk di terima.

Bintang terkekeh singkat, ia sudah menebak bagaimana reaksi Langit. "Lo kalau mau pergi, pergi aja. Ga akan gue larang." Gadis itu menunjuk sebuah bintang di atas sana yang redup, Langit mengikuti arah telunjuk Bintang.

"Kalau di ibaratkan, gue itu bintang yang redup, Lang. Hidup gue gak pernah cerah. Selalu ada masalah yang datang ke hidup gue bertubi-tubi. Dan lo. Lo itu ibarat langit malam yang begitu indah. Gue gak pantas bersanding dengan lo, kita terlalu berbeda," ucap Bintang di akhiri oleh kekehan.

Langit memegang pundak Bintang, mengarahkan tubuh Bintang agar berhadapan dengan tubuh Langit. "Denger apa yang gue ucapin baik-baik. Seindah dan sebagus apapun langit malam kalau tidak ada bintang yang menghiasi nya akan terasa kosong. Begitu pun dengan gue, sesempurna dan seindah apapun hidup gue, kalau gak ada lo di sisi gue akan terasa kosong dan hampa.

Jadi, stop nyuruh gue pergi dari hidup lo karena itu gak mungkin gue lakuin. Gue akan terus ada di sisi lo, selalu ngedukung lo," ucap Langit.

Bintang menatap Langit lalu menghembuskan nafas nya kasar. "Kalau gue meninggal gimana?"

Deg!

Langit mematung. Tidak tau harus berbuat apa, lidah nya kelu untuk menjawab pertanyaan Bintang. Lelaki itu seolah kehabisan kosa kata untuk menjawab pertanyaan Bintang.

"Pergi sebelum jatuh terlalu dalam, Lang. Gue gak mau lo sedih kalau nanti gue meninggal." Bintang menjeda ucapan nya. "Jantung gue udah rusak berat, Lang. Obat udah gak mempan buat gue. Jalan satu-satu nya biar gue sembuh cuman operasi. Tapi gak semua operasi itu berhasil kan? Ada operasi yang gagal sampai merenggut nyawa pasien. Kalau pun gue di operasi, itu gak ngejamin buat gue selamat. Gue mungkin akan meninggal di ruang operasi."

"Jangan ngomong kayak gitu, Bintang!" sentak Langit. Ia tidak mau mendengarkan kata 'meninggal' yang keluar dari bibir Bintang. Dadanya terasa sesak saat mendengar kata itu.

"Gue cari di artikel tentang penyakit gue. Katanya penyakit gue itu susah untuk di sembuhkan, Lang."

"Percaya sama Allah, Bintang! Jangan percaya sama artikel! Artikel bisa aja salah," ucap Langit. Tidak. Bintang pasti bisa sembuh. Ia yakin itu. Ia harus percaya bahwa Bintang bisa sembuh.

"Lan--g o-oba-t." Bintang menekan dada kiri nya yang terasa nyeri. "Uhuk! Uhuk!"

Langit gelagapan. Lelaki itu meraih tas kecil Bintang lalu menyerahkan berbagai macam obat disana. Bintang meraih obat itu dengan satu tangan, karena tangan satunya di gunakan untuk menekan dada kiri nya yang terasa sakit.

Gadis itu langsung meminum obat dan menegak air mineral yang di sodorkan oleh Langit. Bintang menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi setelah sesak nafasnya agak reda.

Fall Into You [ end ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang