Selamat membaca!
•••
Doni terburu-buru masuk ke rumah, tanpa mengucapkan salam lelaki yang umur nya sudah mencapai kepala empat itu berlari kecil menuju kamar anak nya. Doni membuka pintu kamar anak nya, dan melihat Bintang yang sedang menyandarkan tubuhnya pada sandaran kasur sambil memainkan ponsel.
Bintang menoleh saat di rasa seseorang datang dan mendapati Doni berdiri di ambang pintu dengan setelan jas nya. "Kenapa Pa?" tanya Bintang. Doni berjalan menghampiri Bintang dan mengusap pelan rambut anak nya.
"Kamu tadi pingsan?" tanya Doni.
"Iya, tadi Bintang kesiangan terus di hukum deh," jawab Bintang.
"Kamu gak boleh kelelahan. Obat nya sudah di minum?" tanya Doni.
Bintang mengangguk. "Udah. Tadi Bintang sesak nafas banget Pa, terus batuk-batuk gitu."
Doni menatap sendu putrinya. "Ya sudah bentar ke rumah sakit nak. Papa mau mandi dulu abis itu kita berangkat ke rumah sakit." Doni berjalan menuju kamarnya. Sedangkan Bintang kembali melamun. Ucapan Langit tadi siang masih terngiang-ngiang di otaknya.
Jangan buat gue khawatir lagi.
Ayolah, mungkin itu cuman sebuah tindak kepedulian terhadap seorang teman? Ya kan? Bintang mencoba mengulang kata-kata itu agar otak nya berhenti memikirkan kalimat yang Langit lontarkan.
Munafik jika Bintang bilang bahwa ia tidak baper oleh ucapan yang Langit lontarkan.
Bintang mengusap wajah nya frustasi. "Mana mungkin sih dia suka sama gue?! Gak boleh kepedean Bintang! Nanti kalau jatuh sakit!"ucap nya pada diri sendiri.
"ARGHHH! ANJIR KENAPA GUE HARUS MIKIRAN DIA SIH?!" kesal Bintang. Gadis itu bangkit lalu berjalan menuju kamar mandi. Membasuh wajah nya lalu memandangi wajah nya sendiri di kaca.
"Gak usah lebay Bintang. Dia itu perhatian karena lo temen nya dia."
•••
"Pa," panggil Bintang. Doni menoleh lalu tersenyum hangat. Senyuman dari seorang Ayah yang mencoba menyemangati putrinya. "Apa nak?" tanya Doni lembut.
"Bintang takut," jawab Bintang. Kedua tangan Bintang saling bertautan tanda ia sedang gugup. Keringat sudah bercucuran di kening nya. Gadis itu benar-benar takut. Takut akan kenyataan yang mungkin akan menamparnya beberapa menit kemudian.
"Jangan takut ada Allah, ada Papa," ucap Doni lalu mengusap kepala anak nya.
Bintang mengambil nafas lalu menghembuskannya. Mencoba menghilangkan rasa takut itu.
"Bintang Claudia. Silahkan menuju ruang Dr. Wira," ucap seorang suster. Bintang dan Doni mengangguk lalu berjalan menuju ruangan Dr. Wira. Dokter yang merupakan sahabat Doni semasa kuliah, dan dokter yang menangani penyakit Bintang. Bintang dan Doni pun masuk ke ruangan Dr. Wira. Mereka duduk di hadapan Dr. Wira.
"Silahkan di periksa dulu Bintang," ucap Dr. Wira mengarahkan Bintang menuju brankar. Bintang pun menuruti. Setelah di periksa, Bintang pun kembali duduk di samping Doni dan di hadapan nya ada Dr. Wira yang menatap dengan serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall Into You [ end ]
Novela Juvenil"Andai waktu bisa di ulang. Aku lebih memilih untuk tidak pernah mengenalmu. Aku lebih memilih untuk tidak dekat dengan mu."-Bintang Bintang Claudia. Hidupnya tak seindah namanya. Hidupnya gelap, tidak ada cahaya sedikitpun. Hidupnya sepi, tidak ada...