Prolog

751 72 3
                                    

Suara tembakan menggema, bau anyir darah menyeruak di tengah kubangan mayat yang bergelimpangan. Entah dimana tempat antah berantah itu berada, di bulan purnama kejadian itu terulang lagi.

Pembantaian masal para tahanan.

Pasukan khusus bersiaga dengan pakaian serba hitam, waspada akan kedatangan musuh yang menyergap. Semua takluk dalam gelapnya malam. Terkecuali bagi Lee Ji Eun, gadis itu tampak menikmati pemandangan tersebut dari atas rooftop gedung.

Wajah tanpa ekspresi, mata tajam, dan senyum manisnya. Aura kekejaman terpancar dari sekitarnya, ia mengelus sniper kesayangannya dengan jemari kecilnya. Seseorang datang dari belakangnya, dengan topi cowboy cokelat tua dan kaca mata.

Ji Eun tidak tertarik, pria di belakangnya tidak mengalihkan atensinya. Tidak ada waktu untuk menebak, Ji Eun lelah dengan sandiwara malam ini. Ia telah menahan diri selama tiga jam untuk tidak terlibat dengan senjata.

"Hey, menurutmu apa mereka pantas mendapatkannya?" Tanya pria bertopi tersebut.

Ji Eun menoleh tidak tertarik, ia memutar bola matanya sembari kembali menikmati pertumpahan darah di bawah sana.

"Siapa? Para bajingan itu lebih buruk dari sekedar pantas," Ji Eun meraih sniper nya dan beranjak. Sudah waktunya beraksi.

Pria bertopi hanya tersenyum, ia sudah mengenal sifat wakil ketuanya dengan baik. Kejam dan berdarah dingin, itulah dua kata yang cocok untuk mendeskripsikan Ji Eun.

"Kenapa kau tidak beritahu mereka? Waktunya habis, kita harus segera kembali." Sahut Ji Eun ia perlahan melangkah menuju pintu keluar rooftop.

Pria bertopi tampak mengangguk, lalu ia melanjutkan. "Apa kau bosan dengan senjatamu, sweet requiem?"

Ji Eun mendelik malas, ia tidak begitu tertarik dengan julukan yang setiap orang berikan padanya. Baginya tidak ada yang spesial, semua sama rata. Selama dua puluh lima tahun ia hidup, setidaknya ia belum menemukan apa yang menarik.

Sebaliknya ia selalu tinggal dalam kurungan kematian ini. Menjadi wakil ketua organisasi misterius yang hanya diketahui oleh petinggi negara. Sebenarnya, ia sendiri tidak mengerti kenapa mereka ada. Untuk melindungi negara? Atau melindungi para pejabat penuh dosa itu? Entahlah, ia diciptakan sebagai pelindung. Kenapa ia repot memikirkan alasannya?

"Aku tidak bosan, lagipula Ellie telah menemaniku selama bertahun-tahun." Ucap Ji Eun, ia telah memberi nama pada sniper miliknya sejak dulu.

"Ada perintah dari petinggi, besok kita kedatangan tamu." Ucapnya, Ji Eun tidak terkejut.

"Jadi? Kau mau aku jadi penyambut tamu lagi? Aku lelah, Jaehyun." Ji Eun mempercepat langkahnya menuruti tangga, Jaehyun menyusulnya.

"Hey, dengarkan aku. Dia kenalanku. Apa kau tidak tertarik?" Lanjutnya menyusul Ji Eun.

"Aku tidak tertarik sialan! Apa kau mencoba mempermainkan aku?" Ji Eun berhenti, ujung sniper nya tepat di depan kepala Jaehyun.

Jaehyun tertawa lalu ia mengangkat tangannya dan menggeleng, "Tentu saja tidak, aku hanya berpikir di umurmu sudah seharusnya--"

"Bicara lagi, kepalamu tidak akan utuh." Kecam Ji Eun, ia menurunkan sniper nya dan berjalan cepat.

Jaehyun terkekeh, ia sudah biasa dengan sifat Ji Eun. Ia pikir tidak akan ada pria yang mencintai Ji Eun jika wanita itu tetap mempertahankan sifat kejamnya. Tapi, ia punya firasat unik. Sepertinya besok akan seru.

~o0o~

"Sudah kubilang, dengarkan aku dulu Yeri." Pria itu tampak mengacak rambutnya frustrasi, ia segera mengejar sahabatnya menuju mobil.

Sweet Requiem Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang