Ch. 18

226 32 3
                                    

Sudah menjadi rahasia umum, bagi seorang wanita muda yang berasal dari keluarga kerajaan untuk tidak meninggalkan istana--yang secara sah adalah rumahnya sendiri. Semua itu berlaku untuk Sejeong, sang putri mahkota.

Kecantikan parasnya sudah terkenal ke seluruh penjuru negeri, serta kebaikan hatinya yang konon bijaksana. Tapi, tidak ada yang mengetahui seluk beluk kehidupan Sejeong dengan baik.

Sembari menyibak tirai kamarnya, Sejeong menatap jauh luas halaman istana yang sudah ia tinggali selama dua puluh empat tahun. Dalam diam, ia menertawakan dirinya sendiri. Tentang bagaimana orang terus beranggapan baik dan memuji dirinya diluar sana.

Tanpa menyadari dibalik semua cerita indah itu, Sejeong nyatanya hanya wanita lemah yang menuruti segala perintah ayahnya. Terutama semenjak ibunya meninggal dunia tiga tahun lalu.

Sejeong tau, ayahnya tidak begitu merasa kehilangan atas kepergian ibunya. Bagaimana status ibunya sebagai ratu kedua tetaplah ada. Raja, apakah banyak orang mendambakan punya kehidupan sebagai putri raja? Sebaiknya buang cepat-cepat pemikiran tentang hal tersebut.

Hari ini adalah penyambutan kembalinya pangeran, saudara sepupu Sejeong. Persiapannya telah diadakan sejak kemarin, bahkan rakyat sudah berdiri sejak matahari terbit di gerbang istana untuk menyaksikan sang pangeran, Jungwoo.

Sejeong sendiri tengah berdiri dan beberapa pelayan sedang menata pakaiannya. Sifat Sejeong tidak begitu ramah sebenarnya, ia orang yang sedikit introvert dan sulit percaya pada orang baru.

Pertengahan jalan koridor panjang istana, Sejeong bertemu tatapan dengan Jungwoo di depan sana, lalu ia memutuskan menghampirinya.

"Bagaimana kabarmu? Senang melihatmu disini," Ucap Jungwoo ramah, terkesan tidak canggung.

Sejeong mengangguk ramah, lalu ia tersenyum tipis. "Sangat baik, selamat datang Jungwoo."

Jungwoo tidak membalas, ia lalu berlalu bersama pelayan dan menuju ruangan raja. Sejeong dan Jungwoo memang tak akur, apalagi mereka jarang bertemu. Tidak ada masalah, mereka menjalani kehidupan masing-masing dengan sangat baik.

***

Di kamar, Sejeong membiarkan rambutnya dan kemudian menatanya dengan asal, ia benar-benar mengusir seluruh pelayan yang mencoba masuk dan membantunya dengan alasan ia lelah dan bisa mengerjakan semuanya sendiri. Tapi, dibalik tatapan jenuh miliknya ia menyimpan segudang rencana.

Pintu lemari terbuka, tangannya terulur mencari sebuah blazer berwarna cokelat terang dan rok panjang hingga menyentuh mata kaki. Tak berapa lama ia tersenyum puas menatap bayangan dirinya di cermin, kemeja putih yang tertutup luaran blazer coklat terang, rok hitam polos dan boots senada.

Sebelum keluar ia menyuruh pelayan mengambilkannya makan siang, sebenarnya hanya dalih. Ia akan pergi, ke suatu tempat dimana ia bisa mengeluh dan bercerita semuanya. Tempat yang menjadi peristirahatan terakhirnya.

Dengan topi bundar hitam yang menghiasi kepalanya, Sejeong pergi tanpa meninggalkan jejak sedikit pun.

~o0o~

Semakin hari, melakukan aktivitas semakin sulit untuk Ji Eun. Perutnya mulai membesar, dimana ia hanya bisa beraktivitas kurang dari satu jam. Seagull akan tiba sebentar lagi, setelah satu minggu penuh mereka habiskan bersama. Waktu itu, Ji Eun sempat luluh dan meragukan niat jahat Seagull. Tapi sekarang, ia mulai kembali resah ketika mereka tidak bersama. Tidak tau, bagaimana kalau diluar sana Seagull tengah mencari cara membunuhnya.

Sweet Requiem Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang