Ch. 16

153 30 0
                                    

Sejeong membencinya. Saat tatapan para laki-laki bangsawan yang seakan ingin memakannya saat itu juga. Sejeong tidak menyalahkan mereka, tapi ayahnya juga ikut terlibat dengan sengaja menyuruhnya berdansa dengan beberapa pria-pria yang lebih tua beberapa tahun darinya. Sungguh, membayangkannya saja sudah cukup membuat Sejeong merinding.

Terbesit sebuah pikiran, kelak mungkin ia akan menikah dengan pria pilihan ayahnya. Tidak, bukan mungkin tapi sangat pasti. Sejeong baru berusia 19 tahun, masih terlalu muda untuk mengerti politik ayahnya. Statusnya sebagai putri mahkota bisa saja memberi keuntungan politik tersendiri. Namun, Sejeong tidak pernah memikirkan hal buruk tentang ayahnya sama sekali.

Setelah empat tahun ia habiskan untuk belajar etika menjadi seorang bangsawan di Eldoran yang merupakan tempat khusus para bangsawan dari berbagai daerah membuatnya sedikit menuntut kebebasan.

Sejeong menemukan celah untuk mencari udara segar dan pergi ke halaman belakang. Melewati koridor sunyi bangunan istana dengan gaun yang menyapu lantai. Percayalah, Sejeong benci memakai gaun.

Pandangan Sejeong jatuh pada kedua orang yang tengah berbincang di taman istana. Ayahnya dan...seorang pria? Sejeong menebak, usia pria itu tak terpaut jauh darinya. Dari seragamnya ia menyadari bahwa pria itu bukanlah salah satu dari para bangsawan. Seragamnya, Sejeong tidak tau apapun karena sudah lama tidak kembali ke istana. Apa itu sebuah organisasi?

Dengan mengendap-endap, Sejeong berusaha menguping pembicaraan ayahnya dan pria asing itu. Sejeong mengambil posisi bersembunyi dibalik pilar besar.

"Bagaimana perkembangannya? Sepertinya markas CR yang sekarang sudah cukup tepat," Raja terlihat serius duduk menatap lurus ke depan.

"Cara Yang Mulia tidak pernah salah, aku percaya hal itu bisa mencegah kebocoran informasi." Pria itu tidak ikut duduk, tapi hanya berdiri setia di samping Raja.

Sejeong yang samar-samar bisa mendengar tapi ia gagal menyembunyikan dirinya, Raja langsung mengetahui keberadaan putrinya yang tepat dibelakang mereka.

"Kemarilah, Sejeong." Panggilan ayahnya membuat Sejeong malu, bagaimana bisa ayahnya tau ia ada disana.

Langkah Sejeong terlihat ragu, kepalanya menunduk. Malu, tentu saja. Pria asing itu pasti akan mempertimbangkan sifat bangsawan yang dimiliki Sejeong. Mengendap-endap lalu menguping pembicaraan orang lain bukanlah etika yang patut dimiliki seorang putri mahkota. Dengan menggigit bibir bawahnya, Sejeong mengangkat wajahnya dan kemudian berusaha memberikan senyum terbaik menutupi kesalahannya.

"Dia putri mahkota, Sejeong." Tanpa diduga ayahnya malah mengenalkan dirinya pada pria asing dihadapannya.

Beberapa detik kemudian Sejeong menyadari netra mereka bertemu seolah saling menyelami perasaan masing-masing. Sebelum pria itu tersenyum lalu membungkuk sebagai bentuk hormat kepada keluarga kerajaan.

"Senang bertemu denganmu, Putri Sejeong. Sepertinya semua orang berpendapat sama, anda sangat menawan. Ketua CR, Jung Jaehyun." Pujian itu sukses membuat pipi Sejeong merona, tapi dengan cepat ia mengembalikan ekspresinya.

Sejeong terkesan, pria ini sama sekali tidak memandangnya penuh maksud seperti pria lainnya. "Terima kasih," Ucap Sejeong singkat. "Yang Mulia, maaf mengganggu waktu anda."

Seperti yang terlihat, Sejeong dan ayahnya tidak pernah seperti ayah dan anak. Sejeong mengerti dan tidak mempermasalahkan setiap aturan yang diberlakukan ayahnya sejak ia kecil. Sejeong bahkan tak pernah memanggil ayah, ia selalu memanggil dengan sebutan 'Yang Mulia'.

***

Sejeong tidak bisa melupakan pertemuannya dengan ketua CR, Jaehyun. Ia merasa pria itu mampu menghipnotisnya dalam satu kali pertemuan. Tatapannya, Sejeong kagum ia terlihat biasa saja.

Sweet Requiem Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang