"Jef."
Jef menoleh kearahku. Sekali lagi aku tertegun, kenapa ada saja manusia seindah dia?
"Hm?" Gumam Jef. Aku menggeleng, lalu kembali menatap hamparan laut yang luas itu, bersama dengan langit yang mulai menjingga seiring dengan matahari yang hampir tenggelam.
"Nggak, cuma mau tes manggil aja. Siapa tau dah mati." Kemudian keningku dijitak. Aku meringis kesakitan sembari mengelus dahiku yang aku yakin sudah memerah.
"Mulutnya ya." Ucap Jef. Aku terkekeh, kemudian menaikkan kakiku yang tadinya menjulur keluar rumah pohon kedalam, lalu menekuknya dan memeluk kakiku.
Malam ini cukup dingin, apalagi aku hanya memakai kaus hitam lengan pendek dan celana selutut.
"Dingin?" Tanya Jef. Aku mengangguk samar walaupun yang kurasakan tidak sedingin itu. Jef disampingku berdiri, kemudian turun dari rumah pohon. Dari atas sini aku bisa melihat Jef sedang mengobrak abrik koper milik Choi Hyera.
Aku menyingkapkan rambutku kebelakang, rasanya poniku semakin memanjang saja. Jef datang dari belakangku dengan sebuah kain besar dan Bubu di tangan kirinya.
Jef duduk disampingku lagi, kemudian menyelimuti punggungku dan punggungnya dengan kain tadi setelah meletakkan Bubu diantara aku dan Jef.
"Udah mendingan?" Aku mengangguk lagi, yah, ini lebih baik.
"Bubu, sini!" Kataku sambil sedikit merentangkan tanganku. Bubu menggonggong kecil, kemudian melompat ke pangkuanku. Aku terkikik geli sambil mengusak bulu Bubu.
"Kayaknya mau masuk musim panas ya?" Tanya Jef. Aku menggendikkan bahu, "Mungkin. Tapi cuacanya bisa jadi buruk banget kalau pergantian musim kayak begini. Bisa jadi ada badai nanti." Gumamku.
Jef mengangguk, kemudian menyigar rambutnya. Oh tidak, kelemahanku jidatnya.
"Haaaah, semoga kita bisa selamat. Aku nggak mau kita selamanya disini." Kataku. Jef menoleh, "Tapi aku mau loh kalau selamanya disini tapi ada kamu." Ucap Jef.
Sialan.
"Udah ah, jangan digodain terus." Kataku sambil mencebikkan bibir. Jef tertawa disampingku, rasanya kayak tertawanya malaikat.
Setelah itu hening cukup lama, bukan karena canggung tapi karena tidak ada topik yang mau dibicarakan.
"Hey Sha," kata Jef. Aku menoleh sambil menaikkan sebelah alis. "Aku punya firasat buruk deh." Lanjut Jef.
Dahiku mengkerut, mencerna ucapan Jef. Apa firasat buruk yang dikatakan Jef?
"Apa maksudmu?" Tanyaku. Jef menoleh, "Yaa, firasat buruk. Perasaanku tiba tiba jadi nggak enak." Ucap Jef. Aku menghela nafas berat, semoga nggak bakal terjadi apa apa.
"Jangan bilang begitu ah, nanti kejadian gimana." Kataku. Jef juga menghela nafas, lalu kembali memandangi langit malam yang malam ini sedang cerah cerahnya.
"Sha, kalau kita udah pulang jangan lupain aku ya." Katanya tiba tiba. Aku menoleh, lalu mengangguk. "Ya nggak bakal ku lupain lah." Ucapku.
Jef terkekeh, lalu mengambil Bubu dari pangkuanku. "Bubu sudah besar ya?" Gumam Jef. Aku mengangguk setuju, "Iya, terakhir kita temuin dia masih kecil begini." Kataku sambil membentuk tanganku seolah menunjukkan ukuran Bubu waktu kutemukan dulu.
Jef ketawa lalu mengangguk, "Kalo bala bantuan datang pokoknya Bubu harus diselamatin." Aku mengangguk setuju, rasanya kasihan banget kalau Bubu tidak diselamatkan.
Keheningan kembali menyapa, bersamaan dengan tanganku dan tangan Jef yang bertemu ketika sedang mengelusi bulu Bubu.
Hatiku berdesir, rasanya ingin ku beritahu dia tentang perasaanku yang sialnya sama dengan perasaannya. Tapi aku tidak tahu caranya bagaimana.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Singapore to Indonesia; ✔
FanfictionKenal Jung Jaehyun? Iya, si artis korea favorite kakak Jeon Shasha. Yang Shasha sama sekali tidak kenal, dan tidak mau kenal. Tapi Shasha tidak pernah menyangka kalau dia akan dipertemukan dengan Jef di suatu tempat yang tidak masuk akal, tapi nyata...