13. Newcomers

60 8 0
                                    





Sejak pagi aku dan Jef sibuk bergelung didalam selimut sambil memangku Bubu. Penyebabnya tidak lain dan tidak bukan adalah cuaca yang mendung sejak pagi membuat udara terasa dingin.

Air hujan turun dari langit membentuk gerimis kecil yang aku tidak tahu kapan berakhirnya atau mungkin akan berubah menjadi hujan lebat.

"Aaaah, dingin banget udaranya." Celetuk Jef. "Bisa bisanya lho, kemarin panas banget sekarang dingin banget. Bahkan hujan badai, huft." Lanjutnya.

Aku terkekeh, kemudian mencubit pipi Jef gemas. "Jangan mengeluh terus."

"Tapi aku nggak nyesel sih udaranya dingin gini, soalnya bisa cuddle." Jef menaik turunkan alisnya sambil memasang muka tengil. Aku mendengus, rasanya ingin sekali memukul wajah tengilnya yang malah kelihatan mengesalkan itu.

Untung Jef, untung pacar, untung sayang.

"Ulululu, sini Jef peluk." Kata Jef sambil merentangkan tangannya. Aku tidak menolak, memilih untuk merebahkan kepalaku di dada Jef. Sungguh, ini rasanya nyaman sekali.

Jef menarik selimut sampai kami berdua tenggelam didalam selimut, kemudian megelus elus rambutku sayang. "Gimana? Masih dingin nggak?" Tanyanya.

Aku menggeleng sebagai jawabannya, karena pelukan Jef itu hangat sekali. Aku mengeratkan tanganku yang melingkar di perutnya, menghirup aroma khas tubuh Jef. Baunya khas sekali, seperti petrikor.

Aku terkekeh ketika mendengar suara degub jantung Jef, karena sumpah itu berisik sekali.

"Kamu kenapa tiba tiba ketawa? Jangan jangan kesurupan lagi? Hiiiih, serem." Aku mendongak, mendapati Jef tersenyum jahil lagi disana. Tanganku bergerak mencubit perutnya kesal, bisa bisanya di mengejekku terus.

"Dasar sialan."

Jef memajukan bibir bawahnya, menatapku lamat.

Sumpah itu bibir minta dicium ya?

Eh ya Tuhan, ampuni hambamu yang suka berpikiran kotor ini.

Aku menepuk dadanya, "Ini berisik banget Jef." Kataku. Jef tersenyum, lebar sekali sampai dimplenya nampak dan matanya hilang. "Iya, tapi cuma pas sama kamu doang kayak gininya."

Karena malu aku menyembunyikan mukaku didadanya, sepertinya mukaku sudah memerah saking malunya sekarang. Dasar Jeffrey Crocodile.

"Bisa bisanya kamu ya?" Jef tertawa kecil, kemudian mengusak rambutku sambil sesekali mengecup puncak kepalaku. "Kamu gemes banget kalo blushing kayak gini. So cuuuute,"

Saat ini hujan bertambah deras, membuat udara terasa makin dingin. Aku mengeratkan lagi pelukanku, dan tangan Jef yang melingkar di punggungku juga semakin mengerat.

"Ini hujan kapan berhentinya ya? Dingin banget perasaan." Gumam Jef yang masih bisa aku dengar.

Gluduk gluduk!

Ctarrrr!!

"AAAAAKK, EOMMAAAAAA!!!"

Aku menepuk mulut Jef agak keras, "Berisik bodoh, lagian takut kok latahnya eomma." Kataku sambil mengontrol detak jantungku yang menggila sebab kaget.

Bukannya aku tidak kaget, aku kaget sih, tapi aku tidak berteriak latah seperti Jef. Karena sungguh petir tadi suaranya keras sekali.

Jef menyengir, "Sorry baby. It's getting cold, lebih baik kita tidur aja. Ayo sini kupeluk lagi." Aku mengangguk, kemudian kembali menenggelamkan kepalaku di dada Jef.

Bisa kurasakan bibir Jef mendarat di dahiku, kemudian di bibirku. "Sleept well, bayiku."

***

From Singapore to Indonesia; ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang