19. Hari yang sempurna

59 8 2
                                    

"Hah? Beneran?"

"Iya beb, tak tanyain ke mama tadi beneran kok."

Shasha menyuapkan serealnya, "Jam berapa sampe? Gue jemput."

"Hmmm, nggak tau sih. Palingan sore rada malem gitu, lo juga siap siap gih, nanti langsung ke rumah."

Shasha menggumam, menelan kunyahan sereal terakhirnya sebelum menaruh mangkoknya di wastafel.

"Yaudah gue siap siap dulu."

"Oke,"

Dan sambungan diputus.

Shasha bergerak ke kamar mandi, mau bersih bersih badan dulu. Habis itu baru menata koper, memasukkan pakaian pakaiannya dan berbagai benda lain.

Kamarnya sudah beres, tiga koper sudah tertata rapi dekat pintu kamar.

Hari ini ketiga tour guide itu sudah menyelesaikan tugas, klien mereka pun sudah pulang ke Singapura lagi. Zea dan Leo mau balik ke Singapura sore nanti, bertepatan dengan Shasha yang ingin menjemput keluarganya.

Shasha tidak pulang, karena mama, papa dan kakaknya nyamperin ke Korea berhubung lagi liburan. Tapi ia tetap beres beres karena mau check out hotel dan pindah ke rumah milik keluarga Jeon.

"CA, MAU JAJJANGMYEON NGGAK?!"

"MAU LAH ANJING,"

Shasha langsung melompat, berjalan kearah pintu kamar untuk keluar. Yang baru saja memanggil itu Leo.

"Makan dimana?" Tanya Shasha. Ia mengambil satu plastik besar yang berisi empat kotak berisi makanan. "Ke cafetaria bawah, sambil nunggu Zea." Keduanya berjalan ke lift.

"Zea dimana emang?"

Leo memencet tombol 1, kemudian lift bergerak turun. "Masih diluar nyet, nungguin apa gitu gue nggak ngerti."

Cewek berswater biru dongker itu mengangguk, berjalan duluan mencari tempat kosong di cafetaria untuk diduduki.

Muka Shasha seketika sumringah ketika ia sedang membuka kotak sterofoam itu. Bau khas jajjangmyeon menyerbu indera menciumannya, membuat cewek berambut mangkuk itu buru buru mengambil sumpit dan memakan makanannya.

Leo terkekeh, mengambil kotak sterofoam lainnya yang berisi bubur.

"Masih suka bubur lo Le?" Tanya Shasha sambil mengacak rambut mangkuknya. Leo menggumam aneh sambil mengangguk, "Iya. Sayangnya disini nggak ada bubur ayam,"

Shasha terkekeh, mengusap kasar muka polos tanpa makeupnya.

"HAI GUYS,"

"JANCOK, UHUK UHUK!"

Zea panik, menyerahkan minuman ditangannya kepada Shasha yang sedang batuk heboh sekarang. "Eh sori sori,"

"Lo sih ngapain, uhuk! ngagetin?!" Shasha meletakkan minuman botol itu keras, mengelap bibirnya dengan punggung tangan.

Zea nyengir, "Sori beb."

Shasha memutar bola matanya, kembali menyuapkan jajjangmyeon ke mulutnya. Zea, cewek berambut ungu itu masih tidak berhenti nyengir, ia duduk disamping Leo dan meletakkan sebuah paper bag ke atas meja.

"Apa tuh?" Tanya Leo. Zea nyengir lagi, "Make up, asli Korea nih. Gue pesen di toko online tadi pagi, nyampenya siang ini. Cepet kan?"

Cewek berambut mangkuk didepannya berdecak, "Lo mah makeupan mulu,"

"Ya terserah gue sih,"

"Iya iya, terserah lo."

Shasha meletakkan sumpitnya, berjalan ke vending machine untuk membeli sebotol teh hijau. Ia langsung menegaknya sambil berjalan ke meja mereka tadi.

From Singapore to Indonesia; ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang