"And I'm gonna stop cryin', stop feelin'. Stop thinkin 'bout you my babe."
-Holo, Lee Hi......
Sewaktu Arra kecil, ia sangat menyukai embun pagi yang dengan mudahnya menetes ke tanah. Semula ia heran mengapa gelembung-gelembung yang berisikan air setitik itu begitu berkilau. Sesaat ia menelisik, mencoba mengambilnya. Namun, baru satu sentuhan Arra beri, kontan meletup dan meresap ke kulit. Rupanya gelembung mini yang begitu cantiknya sangat rapuh dan lemah. Arra kecil menggeleng, ia tidak ingin lagi menjadi embun. Rasa sukanya menurun drastis, begitu mudahnya Arra mengubahnya atas rasa kecewa yang mendadak menelisik relung jiwanya.
Walau begitu, rasa segar telah Arra rasakan dan nikmati, akan tetapi ada yang lebih segar dari setitik embun. Tatkala telunjuk Arra menekan duri runcing dari setangkai bunga mawar yang diberi Ibunya, ia merasakan sesuatu yang manis. Tetesan darah yang menyembul dari kulit telunjuknya, segera disesapnya. Meski bau besi berkarat menguar dari sana, menambah kecintaannya pada saat itu hingga ia menemukan hal lebih dari sebatan tusukan duri.
Terlebih, sewaktu manik mata Arra mendapati Ayah yang memukul Ibu karena mengetahui kebohongan lagi pengkhianatan seorang suami sekaligus ayah. Arra kecil berlari mengambil pisau kecil lalu menusukkannya pada tangan pria yang sering ia sebut Dad. Lantas sebuah tamparan dan sayatan ringan pun diterima Arra kecil. Namun, gadis itu tidak menangis. Ia meringkuk di gendongan Ibunya dengan tawaan lepas yang diselingi air mata membanjiri pipi.
Bagi Kim Arra, luka yang didapatinya bukanlah sesuatu hal yang menyakitkan. Justru ia sangat menyukainya. Apalagi kalau menghasilkan cairan pekat berwarna merah muncul dan mengalir deras dari tubuhnya. Rasanya sangat manis, membuat kerongkongannya ingin menenggak sampai tiada sisa.
Sampai pada waktu tidurnya direnggut tiba-tiba oleh satu pukulan telak di beberapa pot Plantie House, pagi itu. Langkah Arra membawanya ke sumber kekacauan. Belum sempat ia meraung tak terima, satu tangan besar membuat tubuh Arra limbung dan tersungkur ke lantai.
"Kau menyukainya, Nona?" Seorang pria tua dengan beberapa pria berotot sudah di hadapannya sekarang, "Kudengar kau seorang gadis gila yang menyukai luka di tubuhmu. Pantas saja kotor."
Tak lama terdengar tawaan mengejek, membuat Arra meludah di tempat. Ingin rasanya meludah di wajah cecunguk sialan itu, tapi manik matanya seakan tidak bisa melakukannya. Dengan cepat Arra mengerti kalau pria tua yang terlihat seperti boss besar itu adalah Ayah dari Min Yoongi dan Min Seokjin. Pemilik klub malam terbesar di Daegu, belum lagi cabangnya yang ada di mana-mana.
Tapi untuk apa bos besar kemari dan merusak tanaman kesayangan Arra? Ah, Yoongi. Pria ini pasti ingin menyeret anak bungsunya itu untuk kembali. Sialan, Ayah tak tahu diri. Bagaimana bisa pria tua ini menyebut dirinya Ayah kalau memperlakukan anaknya seperti sampah, bahkan rela menjualnya pada jalang-jalang masokis?
KAMU SEDANG MEMBACA
ʟᴀᴄʜʀʏᴍᴏꜱᴇ [✓]
Фанфик[ s e l e s a i ] Min Yoongi paham untuk bagian kehilangan, ia diharuskan melepas. Walaupun semua itu tidak sepenuhnya hilang. Masih tertanam dan tertaut pada ingatan. Hingga tiba masanya ia harus memilih jalan mana yang diambil. Melupakan atau bert...