No one's gotta know, just us and the moon 'til the sun starts wakin'
( Lowkey - Niki )
___
Seokjin adalah kakak yang baik, Yoongi akui. Namun, hidup yang begitu kejam ini membuat sifat hangat yang bercokol pada tubuh kakaknya itu rupanya terkikis sejalan dengan rasa amarah yang menggebu. Terutama ketika ancaman yang silih berganti datang membuat Seokjin mau tidak mau harus memilih opsi yang sudah dibentuk khusus untuknya.
Yoongi ingat betul, kali pertama tatapannya bertemu dengan Seokjin. Lalu didekapnya ia dengan pelukan hangat seolah seperti pelukan sosok Ibu yang begitu Yoongi rindukan. Ia sangat menyayangi kakaknya. Satu hal yang paling Yoongi sukai dari Seokjin adalah bagaimana Seokjin berani mengambil risiko yang terberat sekalipun itu mengancam nyawanya sendiri.
Selama obrolan bengis antara Yoongi dan ayahnya, diam-diam Seokjin memasang telinga untuk mendengarnya. Dan hal itu, sudah diketahui Yoongi semenjak duduk di kursi.
Yoongi pun melangkah menuju keberadaan Seokjin, sementara kakaknya itu menarik napas dan membalikkan tubuh. Berusaha bersikap senormal mungkin agar gerak-geriknya tidak membuat Yoongi curiga.
"Mau sampai kapan Kakak akan seperti ini?" Ujar Yoongi lembut persis di hadapan Seokjin. Namun, hanya tatapan sayu yang didapat Yoongi dari pertanyaan yang baru diajukannya pada Seokjin. Meski begitu, Yoongi paham bahwa tidak ada jalan keluar yang bisa membawa Seokjin untuk pergi dari kungkungan sang Ayah. Kecuali dengan menikahi Jessica.
Mulanya Yoongi merasa cukup ditampar tatkala mendengar pengakuan kakaknya yang akan segera melangsungkan pernikahan. Terlebih dengan perempuan yang usianya cukup jauh itu. Rasanya Yoongi ingin mengutuk sampai berani akan bersumpah tidak akan mengakui Seokjin sebagai kakak kandungnya lagi. Bagaimana tidak, orang yang benar-benar dekat dengan dirinya sejak kecil mendadak akan pergi meninggalkannya seorang diri di dalam jeruji besi jahanam.
"D-darimana kau tahu semua itu, Yoon?" Ucapan Seokjin yang terbata berhasil membuat Yoongi yakin lagi bahwa beberapa rahasia yang disembunyikan kakaknya ini mulai terkuak. "Kau melakukannya lagi bersama Arra?"
Iya, memang benar Yoongi berusaha mencari potongan puzzle rahasia itu melalui Arra. Lebih tepatnya arwah yang sampai detik itu menempel Yoongi. Sehingga ada banyak hal informasi yang didapatkannya, salah satunya bentuk penyerahan Arra untuk menggantikan posisi Seokjin dalam memuaskan Tuan Min.
Yoongi menyernyit dan menatap Seokjin yang sudah ambruk. "Mengapa Kakak melakukannya?"
Kakak pasti punya alasan, katakan padaku.
Dengan napas tersengal, Seokjin pun berujar. "Sakit.. Sakit, Yoon."
Seperti merasakan hal serupa, lantas Yoongi mendekap tubuh kakaknya yang sudah lebih dulu terduduk di lantai. "Maafkan aku, Kak."
Hanya kata maaf yang bisa Yoongi katakan, ia sungguh menyesal. Ia seharusnya bisa merasakan betapa sakitnya Seokjin memendam rasa sakit itu seorang diri. Menangis tiap malam tanpa suara, dan membuat kantung mata berlipat yang tidak pernah absen terlihat oleh manik mata Yoongi tiap pagi. Pemuda itu sebenarnya mengetahui kalau kakaknya tidak pernah telat untuk menangis di kamar mandi. Menghabiskan waktu malamnya hanya untuk bersedu sedan.
"Aku tidak tahu harus bagaimana menyembuhkannya, Yoon. Aku merasa jijik melihat diriku sendiri di depan cermin. Aku tahu aku salah, aku berdosa.." Seokjin menunduk. Dia berusaha menutupi wajahnya yang sudah basah karena air mata.
Begitu pula Yoongi yang tak kuasa menahan sedih melihat sang kakaknya. "Kakak.. hentikan.."
"Kalau saja aku tidak membawa Arra, dia pasti tidak mati." Seokjin kembali menyalahkan diri sembari menahan isakan yang begitu menyakitkan. "Aku sudah membunuhnya, Yoon."
Yoongi lekas menggeleng, "tidak.. tidak, Kak." Mendengar itu, Seokjin mengerjap lalu menatap adiknya. "Hanya kau yang bisa menyelesaikannya, Yoon." Min Yoongi mendengarkannya, tetapi tidak membalas dengan menanggapi ujaran sang Kakak. Tak lama kemudian, sebuah anggukan kecil diberikan sebagai jawaban atas ucapan Seokjin.
Good job, Min Yoongi. Sebuah desisan menggema di telinga kanan Yoongi. Lantas ia melirik melalui ekor mata, di sana seorang gadis bertepuk ria dengan tawa yang cukup memekakkan telinga.
"Kakak harus menemukan bukti-bukti itu di ruang semedi, segera!" Ujar Arra dengan memberikan love sign melalui bentuk lengannya. "Dan jangan lupa sempatkan menengok kamarku di paviliun utama!"
Yoongi menautkan alis seolah tak percaya kalau Arra akan mengulangi perkataan lagi, setelah ratusan kali berujar.
"Apa Arra berada di sini?"
Anggukan pelan dari Yoongi membuat Seokjin cukup terkejut. "Dia di sini sampai semuanya selesai, dan.. apa yang menimpanya, bukan salah Kakak."
___
KAMU SEDANG MEMBACA
ʟᴀᴄʜʀʏᴍᴏꜱᴇ [✓]
Fanfiction[ s e l e s a i ] Min Yoongi paham untuk bagian kehilangan, ia diharuskan melepas. Walaupun semua itu tidak sepenuhnya hilang. Masih tertanam dan tertaut pada ingatan. Hingga tiba masanya ia harus memilih jalan mana yang diambil. Melupakan atau bert...