Enam

110 21 23
                                    

It's alright if you run out of breathNo one will blame youIt's okay to make mistakes sometimesBecause anyone can do soAlthough comforting by saying it's alrightAre just words

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

It's alright if you run out of breath
No one will blame you
It's okay to make mistakes sometimes
Because anyone can do so
Although comforting by saying it's alright
Are just words

-Breathe (English Trans), Lee Hi.

....


Ada beberapa kejadian yang menimpa Keluarga Min. Pertama, perihal kepergian Nyonya Min yang serba mendadak. Meninggalkan si kecil Yoongi sendirian dengan raut polos dan penuh kebingungan. Kedua, bersamaan dengan kedatangan putra sulung, Min Seokjin. Anak laki-laki itu seperti hadiah atas sepeninggal ibunya yang entah pergi ke mana. Serta masih ada kejadian-kejadian lain yang sepenuhnya belum terkuak.

Seokjin yang datang membuat Yoongi menjadi bertanya-tanya mengenai sosok asing yang tiba-tiba datang memeluknya erat. Sosok itu tampil bak putra mahkota yang memiliki ketampanan di atas rata-rata. Terlebih perilakunya yang teramat ramah dan sangat menyayangi adiknya, Min Yoongi.

Meskipun sudah bertahun-tahun lamanya, Seokjin belum lagi menginjakkan kaki di rumah besar keluarga Min. Tepatnya semenjak suara tangis Yoongi kali pertama menggema seisi rumah, Seokjin pergi bersama pamannya. Lalu kembali lagi setelah ibunya lenyap. Entah apa yang tengah disembunyikan dan menjadi rahasia keluarga kulit porselen itu, Seokjin paham dan mau tidak mau harus patuh dengan segala yang terjadi padanya.

Sore itu musim gugur.

Tumpukan dedaunan kering menghias di halaman, yang mana sudah beberapa hari ini Pak Ahn--tukang kebun kepercayaan Tuan Min tidak bekerja. Tepatnya, pak tua itu cenderung tinggal di rumah kecil yang dibangun kilat dua bulan lalu. Sebelum Yoongi berusia legal, sebelum pemuda itu mendapatkan kemampuannya kembali. Dan tentu saja Pak Ahn ditugaskan di sana untuk menjaga Yoongi, agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

Sementara di ruang kerja Tuan Min dengan dekorasi klasik namun tetap terkesan mahal, tengah dipenuhi perdebatan antara Ayah dan anak sulungnya.

Sudah lebih dari setengah jam, Seokjin berkutat dengan pikiran kacaunya. Hal apa yang harus ia lakukan untuk menyelamatkan adiknya, sekaligus melawan Ayah agar bisa membuat Yoongi kembali ke rumah.

"Apa untungnya bagi Ayah memindahkan Yoongi ke sana?"

Pria tua itu menoleh, "Itu yang terbaik. Kau tidak usah ikut campur."

Seokjin menghela napas panjang, "Dia adikku, dia penting untukku." Ekspresinya seolah menampik tuturan sang Ayah dengan menjejali kenyataan yang seharusnya bisa dipikirkan kembali oleh Ayahnya. "Dengan kembalinya kemampuan Yoongi, dia butuh pendamping untuk menyesuaikan diri. Ayah seharusnya tahu itu."

"Pendamping? Memang siapa yang sudi mendampingi orang yang bisa melihat hantu?" Dengan santai Tuan Min menyeruput secangkir kopi favoritnya.

"Ayah!" Emosi Seokjin meningkat, melihat Ayahnya yang begitu santai seolah tak peduli sama sekali pada anaknya. "Biarkan aku saja yang pernah kau buang, jangan Yoongi." Suaranya tercekat menahan emosi yang semakin meraung-raung, mengingat kejadian masa lalu yang seakan-akan terulang kembali.

ʟᴀᴄʜʀʏᴍᴏꜱᴇ [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang