[ s e l e s a i ]
Min Yoongi paham untuk bagian kehilangan, ia diharuskan melepas. Walaupun semua itu tidak sepenuhnya hilang. Masih tertanam dan tertaut pada ingatan. Hingga tiba masanya ia harus memilih jalan mana yang diambil. Melupakan atau bert...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"My roof look like a no-show, got diamonds by the boatload. Don't act like you my friend when I'm rollin' through my ends, though."
- Post Malone, Psycho.
Kalau mimpi buruk, Yoongi bisa mengelak dengan mencubit kulitnya kemudian terbangun. Namun, hal ini sudah berbeda. Bahkan ia tidak bisa lagi membedakan mana mimpi mana kenyataan. Hidupnya seakan dibayangi awan hitam dengan mata di sana-sini. Sekadar untuk buang hajat pun makhluk itu tetap mengikutinya bukan main.
Plak.
Tamparan keras mendadak telah mendarat di pipi kiri Yoongi. Seolah meredakan pandangan kosong pemuda itu tatkala sang kakak memandangnya dengan lamat. Alih-alih merespon dengan baik tuturan Seokjin, justru Yoongi terdiam dan memandang sekeliling ruangan dengan tubuh yang gemetar serta keringat dingin bercucuran.
Sementara Seokjin yang baru saja melayangkan sebuah tamparan keras, terlihat betapa gemetarnya tangan Seokjin setelah apa yang dia lakukan pada adiknya. Dengan cepat raut wajahnya berubah menjadi iba, tak kuasa melihat Yoongi yang meringis kesakitan di sana.
"Sadarlah!" Teriakan itu berhasil menggema seisi ruangan. "Dia bukan Ibu."
Manik mata Yoongi menatap Seokjin. "Bagaimana bisa kakak tahu, kalau dia bukan Ibu?"
Seokjin melempar pandangan ke dinding, "Karena Ibu masih hidup." Tangan kekarnya menyentuh bahu Yoongi lalu menepuknya. "Itu hanya halusinasimu saja, Yoon."
Bohong. Yoongi begitu tahu kalau kakaknya tengah berbohong padanya. Ibu sudah berada di surga, bukan?
Jika arwah itu memang bukan Ibu, berarti dia hanya menyamar untuk mengelabuhi Yoongi. Tapi, bagaimanapun juga pemuda itu merasa tenang walau hanya sekadar tipuan setan. Yoongi sangat merindukan ibunya, sampai ia lupa kalau setan jahat bisa saja melukainya. Tetap, Yoongi tidak peduli. Ia ingin pulang ke pangkuan Ibu. Hanya pada Ibunya.
Yoongi lantas menggeleng tak setuju. "Tapi, kak.." meskipun ini kebohongan atau halusinasi, Yoongi teguh pada pendiriannya, ia ingin menyetujui ajakan arwah yang menjelma menjadi ibunya. Ia ingin pergi ke surga bersama Ibu. Pemuda itu sudah lelah untuk hidup seperti sampah.
Melihat adiknya yang semakin tak karuan, Seokjin mengambil selembar kain yang sudah dipersiapkan di bag papernya. Namun, sebelum dipasangkan untuk menutupi mata Yoongi, Seokjin lebih dulu menghunuskan obat bius pada kulit porselen itu untuk meredam penolakan adiknya. "Kita akan kembali ke rumah utama, Yoon. Aku tidak akan membiarkanmu pergi."
***
Tepatnya sudah sebulan Yoongi menggunakan kain yang dibebat untuk menutupi kedua matanya. Ini adalah langkah yang diambil Ayah dan Seokjin untuk membuat Yoongi tidak berinteraksi dengan para arwah, walaupun suara-suara asing masih cukup mengganggu di tiap malam.