Hola!
Kali ini dan kedepan bagian ceritanya akan lebih pendek dari sebelumnya. Semoga bisa tetap dinikmati.
Selamat membaca,
Nocholatte.
You gave me your wings and you made me believe I was flying
You gave me a glimpse of what heaven could be now I'm dying
( Underwater - Rendy Pandugo )
___
Tidak seperti biasanya, pagi itu langit begitu merona dengan guratan jingga yang bercampur kebiruan. Di mana Min Yoongi sudah membasuh wajah lalu menyomot beberapa lembar roti dari dapur dengan beberapa isian yang ia racik sendiri. Kemudian Yoongi nikmati di halaman rumah.
Semula rencana sederhananya itu diharapkan akan berjalan mulus, setidaknya untuk hari ini saja. Namun, begitu Yoongi mendudukkan dirinya di kursi, lelaki tua yang begitu ia benci mendadak muncul dengan raut datar.
"Ayah tahu kau sangat kecewa pagi ini." Tuan Min ikut duduk di sebelah anaknya dengan meraih roti isi di piring. "Tapi, kekecewaanmu ini akan Ayah ganti dengan kebahagiaan."
Persetan sekali tua bangka ini.
Min Yoongi tak bergeming, ia justru menikmati secangkir kopi hangat yang diraciknya sendiri tanpa memedulikan lawan bicaranya. Tak ada raut kesal yang tercurah di benak Tuan Min yang mendapati sikap anak bungsunya itu. "Ayah akan membuat jadwal baru untukmu dan memulainya dua minggu dari sekarang. Persiapkan dirimu."
Yoongi menyunggingkan senyum remeh, membuat sang ayah mengurungkan niatnya untuk beranjak dari kursi. "Tidak perlu repot-repot. Aku ingin berhenti menjadi budakmu."
"Budak? Yang benar saja, Yoongi. Ini semua adalah perintah dari Tuhan!" Seketika ayahnya meninggikan nada. "Jangan sekali-kali kau merasa menjadi budak. Itu dosa besar!"
Kali ini senyum remeh itu berubah menjadi gelak tawa yang memekakkan telinga. "Perintah? Dosa besar? Persetan! Darimana asal usulnya pelecehan seksual termasuk perintah Tuhan?"
"Min Yoongi!"
"Ayah bisa saja menipu jutaan manusia di luar sana, termasuk Kak Seokjin. Tapi, itu tidak berlaku padaku."
"Berani-beraninya kau berkata seperti itu pada Ayah. Apa kau mau bernasib sama dengan Ibumu?"
"Mengapa?" Pemuda itu menghela napas panjang dan memandang lawan bicaranya lamat-lamat, sebelum melanjutkan. "Ayah akan membawaku ke suatu tempat dan menusukkan jarum berisi obat lalu menjamah tubuhku seperti yang dialami Kak Seokjin dan Arra, begitu?"
Seolah dihujam beton, Tuan Min bergidik. Ia tidak menyangka kalau anak bungsunya itu tahu jika sudah banyak orang yang diperlakukan tidak senonoh olehnya. Jadi, yang dikatakan oleh Arra dan Seokjin kala itu mengenai Yoongi memang benar adanya. Pemuda berkulit pucat ini sungguh berbeda, terutama dengan Seokjin.
Anak sulung Keluarga Min memang terbilang istimewa dengan kemampuannya melihat sesuatu yang sepantasnya tidak terlihat, lalu dengan sigap istri sekaligus Ibu dari Seokjin dan Yoongi berusaha menutupnya dengan sekuat tenaga. Dan berhasil, meski beberapa tahun kemudian Seokjin kembali merasakan keberadaan makhluk lain tanpa melihatnya. Berbeda dengan kasus Yoongi yang sudah berkali-kali ditutup, bukannya hilang justru bertambah.
Mendengar tuturan dari anaknya, Tuan Min segera kembali memutar otak guna memikirkan jalan keluar yang harus diambil untuk menyelesaikan perkara mengenai anak bungsunya. Min Yoongi.
"Aku tidak akan membiarkan Ayah kembali memasukkan namaku ke dalam daftar pemuas nafsu." Detik itu juga, Yoongi pergi yang sebelumnya membalas tatapan ayahnya dengan menyalang seolah serigala yang siap memangsa kapan saja. Sementara ayahnya duduk mematung tanpa kata-kata.
Lalu dari kejauhan, Seokjin menelan ludah kasar selepas menyaksikan obrolan sengit antara Ayah dan anak. Lantas isi kepalanya merujuk pada sosok perempuan tua yang begitu ia cintai. Ibunya.
___
Rencananya cerita ini akan rampung sebelum November. Semoga bisa terlaksana dan tidak mengecewakan. Terima kasih yang sudah berkenan mampir di cerita yang masih abal-abal ini.
( ꈍᴗꈍ)
Sampai jumpa di bab selanjutnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
ʟᴀᴄʜʀʏᴍᴏꜱᴇ [✓]
Fanfiction[ s e l e s a i ] Min Yoongi paham untuk bagian kehilangan, ia diharuskan melepas. Walaupun semua itu tidak sepenuhnya hilang. Masih tertanam dan tertaut pada ingatan. Hingga tiba masanya ia harus memilih jalan mana yang diambil. Melupakan atau bert...