Sixteen

54 3 6
                                        


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Di apartemennya, Mark merasa sangat lelah dengan hari ini. Ya, sudah sebulan ini ia tinggal di apartemennya. Alasannya? Ia tidak sanggup hidup dalam rasa bersalah ketika melihat potret dirinya bersama sang istri yang memenuhi dinding rumah mereka. Katakanlah Mark pengecut karena belum bisa menceritakan kejadian yang sebenarnya pada kedua orangtua mereka khususnya orangtua Seungwan.



Awalnya, ia merasa terancam karena sahabat Seungwan, Yoongi, mengetahui semuanya. Namun hingga saat ini keluarga Seungwan masih menyambutnya dengan hangat yang menandakan bahwa pria itu belum memberitahu mereka tentang apa yang sebenarnya terjadi. Semua ini membuatnya berada di ambang kehancuran. Jika ia tidak melakukan apapun, cepat atau lambat keluarga Seungwan akan mengetahui semuanya yang mungkin membuat mereka sangat membencinya.



Mark memasuki kamar yang dulu Mijoo tempati, entah mengapa ia merasa lebih nyaman tidur disana dibanding di kamarnya sendiri. Mungkin karena bawaan perasaannya yang sangat merindukan sosok wanita itu. Terkadang ia selalu bertanya-tanya dimana keberadaan Mijoo sekarang. Ia berharap wanita itu tidak memutuskan untuk kembali pada kakak tirinya yang kejam.



"Mijoo." gumamnya sambil menghirup aroma dari selimut berwarna pink pastel tersebut.



"Dimanapun kau berada. Aku harap kau dalam keadaan baik-baik saja." Ucapnya kembali sambil berbaring diatas tempat tidur dan menutupi tubuhnya dengan selimut itu.



Tiba-tiba potongan kenangan yang ia lewati bersama Mijoo terlintas dipikirannya.





Flashback



Kala itu Mark yang baru saja selesai bekerja, memutuskan untuk menginap di apartemennya. Tepat setelah membuka pintu, Mark dapat melihat seorang gadis terlelap di atas sofa ditemani suara televisi yang masih menyala dan menayangkan berita larut malam. Ia tersenyum tipis dan melangkah perlahan mendekatinya. Entah mengapa hatinya menghangat ketika melihat wajah damai gadis bermarga Lee tersebut.



"Sometimes, I wonder. Why did he treat you so badly? You deserve to be loved, Mijoo."



Mark pun memutuskan untuk menggendong Mijoo dan memindahkan gadis itu ke kamar agar bisa tidur dengan nyaman. Setelah membaringkannya di tempat tidur, gadis itu langsung memeluk lututnya pertanda bahwa ia kedinginan. Menyadari hal itu, Mark dengan cepat menyelimuti Mijoo hingga dagu.



"Andai kau tahu betapa indahnya dirimu, Mijoo. Mengapa kau selalu merendahkan dirimu sendiri? Mengapa kau selalu menganggap bahwa kau hanya akan membawa masalah? Karena aku sama sekali tidak berpikiran seperti itu." Mark mengelus pucuk kepala Mijoo pelan dan berbisik di dekat telinga gadis itu.



"You are beautiful, you deserve to be happy and be loved."



Flashback End




Two Hearts Four Lives [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang