Twenty Six

55 1 0
                                    

1623 words!
Happy reading ^^


1623 words!Happy reading ^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mark memasuki salah satu gedung pencakar langit yang berlokasi di daerah Gangnam. Ia melangkah menuju meja resepsionis dan bertanya apakah sang atasan ada diruangannya, tentu saja sebelumnya Mark telah membuat janji. Setelah menelpon sang CEO, resepsionis tersebut memberitahu Mark dimana ruangan bosnya berada.

Tanpa berlama-lama ia melangkah menuju elevator dan menekan tombol 30 membuat pintu tertutup. Sesaat Mark menghela nafas dan menghembuskannya perlahan. Ia pun teringat akan rencana yang telah ia susun bersama Taehyung sebelumnya.





Flashback




"Hyung, aku memiliki ide yang sangat briliant tentang kasus ini." Mark menaikan sebelah alisnya mendengar pernyataan Taehyung.

"What do you have in mind?" Taehyung berdeham sebelum akhirnya membuka suara.

"Mengingat kau dan aku memiliki asumsi yang sama mengenai kasus ini. Bagaimana jika kita memancing Lee Myungsuk untuk mengakui semuanya?"

Mark berpikir sejenak, cara yang Taehyung sarankan memang lumayan bagus namun sedikit berisiko. Bagaimana jika mereka ketahuan dan menjadi sasaran empuk Paman Mijoo tersebut? Tapi ia memilih untuk mendengar prosedur dari pria yang sudah seperti adiknya itu.

"Caranya?" Taehyung tersenyum miring ketika mendengar Mark menanyakan hal itu.

"Pertama-tama aku butuh bantuanmu untuk membuat janji dengan Lee Myungsuk untuk membahas masalah bisnis." Mark sedikit kaget mendengar step awal dari Taehyung.

"Oh- Okay... lalu?"

"Selama kau disana, aku akan memberikanmu alat mata-mata yang canggih dan takkan dicurigai oleh siapapun." Taehyung menyodorkan sebuah pena berwarna hitam pada Mark.

"Apa ini?" tanyanya pada pria itu.

"Itu pena yang dapat merekam video dan suara. Alat ini sudah terkoneksi dengan peralatan yang ada disini. Jadi aku bisa mengendalikannya walau jaraknya jauh sekali. Kau hanya perlu menyalakan alat ini saat kau akan turun dari mobilmu."

"O-okay... lalu setelahnya bagaimana?"

"Setelahnya serahkan saja padaku."




Flashback End





Pintu lift pun terbuka dan Mark langsung melangkahkan kakinya menuju ruangan yang telah diberitahu sang resepsionis sebelumnya. Mark menghela nafas dan menghembuskannya perlahan sebelum akhirnya mengetuk pintu menunggu jawaban dari dalam.

Two Hearts Four Lives [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang