"Tapi Hyunjin, maaf sebelumnya, kalau aku tidak mau menjalin hubungan dulu, itu bukan karena aku menjauh darimu setelah tau asal usulmu, aku hanya... memang tidak mau saja, kita masih sekolah lho," balas Seohwa, ia melihat Hyunjin tersenyum.
"Jadi, aku sudah ditolak dulu ya?" Meski Hyunjin tertawa, tapi rautnya menunjukan begitu banyak kekecewaan.
Seohwa menggeleng kecil, "Kau jangan seperti itu, ini memang belum saatnya kita melangkah lebih jauh, kita sama-sama masih sekolah. Kita masih anak-anak labil, suatu saat bisa saja terjadi kesalahan besar hanya karena awal yang manis, ku mohon mengerti ya?"
"Iya.. tenang saja, aku akan menunggu sampai kapanpun," kata Hyunjin dengan raut lebih semangat, "Maaf, kalau ajakan tadi membebanimu, anggap saja kita tidak pernah bicara tentang hal itu."
"Tidak, aku tidak terbebani, malah aku merasa bersalah padamu. Tapi, tolong pahami aku ya? Eung, kita kan masih sekolah, ayahku bisa marah."
Hyunjin tertawa kembali, "Ternyata benar kata Jiseol, kau susah didapatkan. Padahal kalau gadis lain yang aku perlakukan sepertimu saat ini pasti sudah luluh padaku. Lagipula di otakmu kan hanya ada rumus-rumus matematika, mana sempat memikirkan percintaan,"
Mereka tertawa bersama akhirnya, melupakan kejadian beberapa saat lalu, "Aku bodoh kalau dalam hitungan," kata Seohwa.
"Tidak perlu merendah untuk meroket, kau pintar, pada dasarnya tidak ada manusia yang bodoh di dunia ini, hanya tergantung bagaimana cara mereka memahami pengetahuan yang mereka dapat saja."
Seohwa berdecak, "Aku tidak merendah untuk meroket!"
"Terserah, tapi menurutku begitu..."
Hyunjin terus tertawa senang pagi ini, ia melupakan segala keluh kesahnya. Hanya karena pertemuan singkat dengan si gadis yang bagaikan opium untuknya, dia bahkan sampai lupa jikalau seseorang tengah menantinya.
---
Seungmin sudah berdiri di loteng gedung rumah sakit.Di sana, hanya ada barang-barang bekas yang sudah usang, seperti sofa, brankar, kursi roda, tandu, kasur, dan masih banyak lagi peralatan yang sudah rusak.
Kakinya melangkah menuju sofa rusak, dan mendudukinya, "Aku sudah lama menunggu," ia berujar setelah seseorang datang, dan berdiri di depannya.
"Katakan apa yang kau ingin bicarakan, aku tidak suka basa basi," ujar seseorang yang baru datang, orang itu tak lain adalah Hyunjin.
Mereka berdua memang berada di loteng rumah sakit tempat Seohwa dirawat. Hyunjin menemui Seungmin setelah dari kamar inap Seohwa tadi.
"Hwang Hyunjin putra Nam Sungjin, aku benar kan?" Tanya Seungmin sambil tertawa kecil.
Hyunjin mengernyitkan dahi, siapa orang yang di bicarakan Seungmin, ia bahkan tak mengenalnya, "Aku tak mengerti apa yang kau bicarakan, langsung pada intinya saja. Apa maumu mengajakku bertemu di sini?"
Seungmin menggeleng, masih dengan tawanya. Lelaki itu lantas berdiri, berjalan lebih dekat pada Hyunjin dan dengan tiba-tiba melayangkan pukulan pada wajah.
Hyunjin tidak terjatuh, hanya sedikit oleng, ia pun memegangi pipinya yang sudah memerah dan menatap sengit ke arah pelaku.
Karena merasa tak nyaman dengan perlakuan Seungmin, Hyunjin balas menendang perutnya. Kedua mata mereka saling pandang satu sama lain, tatapan tajam menghiasi mata mereka berdua.
Hyunjin menarik kerah Seungmin, sampai akhirnya perkelahian fisik kembali terjadi. Hyunjin merasakan pukulan Seungmin tidak main-main, tubuhnya terasa benar-benar sakit, "Sebenarnya apa maumu brengsek?!" Tanyanya, setelah keduanya sama-sama tumbang.
Yang padahal hanya Hyunjin lah yang tumbang, Seungmin hanya duduk berselonjor sambil mengangkat kepala. Tubuhnya pun masih utuh, tidak ada bekas luka pukulan dari lawan adu fisiknya.
Sementara Hyunjin sendiri sudah babak belur, ujung bibirnya berdarah, salah satu matanya membengkak, dan pipi juga dahi membiru karena pukulan.
"Nam Sungjin itu ayahmu, ayah kandungmu. Dan kalian... keturunan si pemimpin biadap," balasnya sambil beranjak berdiri, ia meraih lengan Hyunjin dan memukulinya berkali-kali.
Yang dipukul jelas tak terima, Hyunjin lebih brutal membalas serangan Seungmin, "Lalu, apa urusannya kau dengan keluargaku. Dengar ya, Seungmin, kalau kau punya masalah dengan ayah kandungku, urus saja sendiri. Bahkan aku pun tak mengenalnya!"
"Urusanku ya kalian berdua, karena Sungjin sudah mati, maka kau juga harus mati. Ini tugas."
Hyunjin mengernyitkan dahinya, jujur saja ia tak mau percaya begitu saja ucapan Seungmin. Tapi, kenapa lelaki itu tiba-tiba saja mengajaknya bertemu dan sekarang malah memukulinya, dan membicarakan perihal keluarga aslinya. Masa lalu yang ia sendirinya tak tahu.
"Hey kalian berdua!"
Keduanya sama-sama menengok ke sumber suara. Ada petugas keamanan rumah sakit memergoki perkelahian mereka.
"Di sini bukan arena pertandingan tinju, keluar! Sebelum berakhir di kantor polisi," ujarnya sambil menggedor lempengan besi usang didekatnya.
Hyunjin melirik Seungmin sekilas, sebelum akhirnya pergi.
Sedangkan yang dilirik, lelaki itu malah menyunggingkan senyum miring saat Hyunjin menjauh, "Mereka sama-sama tak tahu diri," gumamnya pelan.
Sebab ia tahu, seseorang sedang bersembunyi dibalik pintu, bukan Hyunjin maupun petugas keamanan tadi.
Target Terminated
KAMU SEDANG MEMBACA
Target Terminated [] Seungmin
Детектив / ТриллерCOMPLETED Teknologi artificial inteligence serempak dimulainya perlahan dan pertahap tanpa di sadari. Salah satu ciptaan kasar AI, justru sengaja dibuat rusak dan berperilaku buruk. Sosok robot terminator dengan daya ingat manusia murni ditugaskan u...