_39 Resist The Terminator

218 60 1
                                    

"Terminator S0022k ternyata hidup sebagai seorang pelajar sekolah menengah atas, dan yang parahnya lagi, sekolahannya sama dengan putri ketua tim Kang Jaesuk," jelas Minhyun.

"Bukankah bagus? Aku kenal anak ketua tim, namanya Seohwa, kita bisa gali informasi manusia cyborg itu dari Seohwa kan?" Tanya Lino meyakinkan.

Minhyun mengangguk, "Kalau ada, makhluk seperti Seungmin sangat tertutup dan hati-hati ketika bertindak, apalagi kalau ada teknologi di sekitarnya."

Mata lino kemudian melirik ruang sekitar, tepatnya rumah Minhyun ini, semua dari kayu, furnitur dan keseluruhan benda hanya terbuat dari unsur-unsur alam yang mudah terurai. Tidak ada aluminium apalagi logam ataupun besi, rumah ini juga tidak dialiri listrik.

Selain letaknya yang jauh dari keramaian kota, di rumah ini tidak bisa menjangkau sinyal internet.

Memungkinkan kalau selama ini Minhyun bersembunyi dari Seungmin dan Pencipta cyborg itu.

"Boleh ku tanya sesuatu?" Tanya Lino memastikan, sebelum berucap. Minhyun membalasnya dengan anggukan kepala.

"Kenapa kau tahu tentang semua ini? Dan kenapa baru sekarang kau bertindak lebih berani?"

"Apakah kau tahu mayat tanpa kepala yang jatuh dari lantai teratas gedung kantor kita waktu itu?" Minhyun malah balik menanyakan hal lain, membuat Lino hanya bisa memiringkan kepala.

"Dia kakekku, Nam Jonsung. Nama asliku Nam Songhyun, Kalau kau mengetahui cerita tentang perselisihan mantan perdana menteri yang hilang tiba-tiba di tahun 2000-an bersama seorang peneliti--"

"Oh! Perdana menteri Nam dan Profesor Jo!" Seru Lino menotong ucapan Minhyun.

"Ya, Perdana menteri Nam, dia kakekku, yang mayatnya dijatuhkan dari gedung kita tanpa kepala. Dan Kim Seungmin, orang yang menciptakannya adalah Profesor Jo, yang juga pembunuh kakekku, seluruh keluargaku, dan percobaan pembunuhan yang baru akhir-akhir ini terjadi."

"Kenapa kau tidak mengatakannya pada kami, aku dan rekan se-tim ku? Ini informasi yang sangat penting!"

"Tidak bisa, aku tidak punya bukti. Selain itu, untuk menemukan Profesor Jo, perlu sesuatu yang lebih dari Seungmin. Cyborg itu sudah seperti pelindungnya, dia mematikan dan berbahaya. Kalau asal menyerang, yang ada kita semua mati."

"Tapi kalau lama dibiarkan, dia merajalela, korban tidak bersalah semakin banyak."

"Semua korban punya masalah dengan Profesor Jo. Mereka adalah orang-orang yang sudah keluar dari kepolisian yang memang dikeluarkan karena membantu membunuh keluarga Profesor Jo atas suruhan kakekku. Mereka pernah ada di pihak kakekku, Perdana menteri Nam. Aku tahu kakekku memang salah, tapi Profesor Jo juga tidak berhak dibenarkan..."

---

Seungmin melakukan aksinya seperti biasa, tidak ada banyak kendala.

Namun hal itu terjadi di depan mata Seohwa, manusia yang masih punya hati. Gadis itu berkali-kali mual ketika melihat darah yang berceceran tidak karuan.

Membuat Seungmin kesal.

"Jangan muntah sembarangan!"

"Aku hanya mual!" Balas Seohwa tak terima.

"Kalau begitu jangan berisik, diam dan terus kerjakan apa yang perlu dikerjakan."

Sebenarnya tidak ada yang bisa Seohwa lakukan di sini, sejak tadi ia hanya diam menatap kejadian sadis yang Seungmin lakukan. Baru saat-saat terakhir, lelaki itu menyuruhnya menelpon polisi dengan ponsel si korban.

"Jangan lupa pakai sapu tangan yang sudah ku berikan," kata Seungmin menyadari Seohwa hampir memegang ponsel milik Jeong Sudae tanpa alas apapun.

"Sidik jarimu bisa saja terdeteksi di sini. Jangan sekali-kali menyentuh seenaknya."

"Tapi kau--"

"Aku robot. Kita tidak sama, aku tidak punya sidik jari seperti manusia," potong Seungmin seraya mengeluarkan kamera putih dari dalam tubuhnya. Sontak Seohwa berteriak melihat isi tubuh lelaki itu yang tersusun dari kabel dan logam hitam, "Jangan terkejut, kau akan melihat semua yang ada pada diriku mulai sekarang."

'Bagaimana ada manusia yang menciptakan makhluk seperti itu. Sangat... luar biasa tapi kejam.'

Seohwa menghela napasnya setelah selesai menelpon polisi. Seungmin juga sudah puas memotret korban layaknya objek pemandangan yang begitu bagus diabadikan.

"Taruh ponselnya di dekat kepala, kita pulang sekarang," ujar Seungmin seraya menarik tangan Seohwa keluar melewati jendela.

"Kita akan melompat?" Tanya Seohwa saat melihat ke bawah, mereka berdua tengah berada di lantai tiga saat ini, tidak mungkin kabur dengan melompat begitu saja.

"Ya," balas Seungmin singkat, seraya merengkuh tubuh gadis di hadapannya, "Aku akan mendarat di bawahmu, tenang saja."

"Kau mungkin akan baik-baik saja, tapi aku manusia."

"Lalu? Mau menunggu di sini sampai polisi datang?"

Seohwa menggeleng, dan memilih mengikuti arahan dari Seungmin.

Bruk. Pendaratan yang sempurna. Keduanya jatuh di atas tumpukan dedaunan gugur, "Bagaimana? Kau masih hidup kan?" Tanya Seungmin meledek.

"Tapi tanganku sakit."

"Hanya tergores, sudahlah... Kita pergi sekarang saja. Sebentar lagi polisi akan datang."

"Tunggu, tapi orang tadi masih hidup. Kenapa kau tidak membuatnya mati sekalian? Kasihan dia."

"Tidak sekarang saatnya menjelaskan. Lebih baik aku mengantarmu pulang terlebih dulu. Besok, datang ke rumahku dan bertemu tuan kita."

Target Terminated

Target Terminated [] SeungminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang