_18 You're Be Worth In My Day

306 83 2
                                    

"Huaaa! Yoon Jiseol!"

Jiseol yang masih berada di ambang pintu, tergesa masuk ketika melihat Seohwa duduk di atas brankar sambil merentangkan tangannya seolah meminta pelukan, "Kau baik-baik saja kan? Seohwa... aku khawatir, huhu," kata Jiseol seraya memeluk erat teman sebangkunya tersebut.

"Aku baik, hanya saja beberapa bagan tubuhku masih sakit."

"Itu namanya tidak baik!" ucap Jiseol disertai ayunan tangan yang tanpa sengaja mengenai pipi Seohwa yang dibalut kasa.

"Aduh sakit!" teriak Seohwa. Anak-anak lain yang datang hanya bisa melihat keduanya dengan tatapan datar.

Jiseol tak lama kemudian mengusapi pipi Seohwa yang baru terkena tamparannya. Ia mendapati mata gadis itu mengarah ke sekitar, yang mana tatapannya mengedar ke setiap penjuru ruangan yang diisi penuh oleh anak-anak satu kelas, "Kau mencari siapa?" bisiknya didekat telinga Seohwa.

Seohwa gelagapan sambil menggaruk kepalanya, "Tidak, hehe."

"Hei kau! benar-benar mengkhawatirkan! Bagaimana mungkin kau pulang sendirian sampai larut! masih pakai seragam pula!" si biang keributan, alias Han Jisung ikut menyambar dengan berbagai pertanyaan. Bahkan dia berbicara dengan mulut masih penuh apel-- yang seharusnya diberikan pada Seohwa untuk buah tangan.

Seohwa tidak menjawab, hanya tersenyum kecil. Kalau mengingat-ingat kejadian itu, kepalanya terasa seperti di hantam bom atom yang lebih keras dari ledakan yang pernah terjadi di Hirosima dan Nagasaki. Diksi yang terlalu berlebihan.

Ia juga tidak ambil pusing tentang bagaimana cara Seungmin menyelamatkannya. Yang terpenting mereka berdua baik-baik saja.

Salah satu guru yang merupakan wali kelas, muncul dari pintu masuk bersama ayah Seohwa. Guru itu mulai menanyai keadaanya disusul serbuan pertanyaan lain dari teman-temannya.

Sampai tidak sadar kalau Seungmin sedari tadi memperhatikannya. Lelaki itu baru saja mendatangi salah satu kamar tak jauh dari kamar inap Seohwa.

---

Hampir satu jam anak-anak satu kelas menjenguk Seohwa. Mereka akhirnya pamit, membuat Seohwa bersyukur dalam hatu. Bukannya tak senang dijenguk, tapi rasanya panas dan pengap karena banyaknya orang yang masuk ke ruangannya dirawat.

Ayahnya pun juga harus segera kembali ke kantor, untuk menyelesaikan beberapa kasus-kasus ringan. Jadi bisa segera kembali ke rumah sakit untuk menemani putrinya.

Tapi rupanya ada satu orang yang belum pulang. Orang itu berjalan menuju brankar, tempat Seohwa duduk.

Tidak tau kenapa, tapi Seohwa tersenyum lebar, seolah memang mengharapkan kehadirannya.

"Ku rasa kau sudah lebih baik," ujarnya seraya mengambil buah jeruk di atas meja. Ia mengupasnya.

Seohwa mengangguk, senyum di bibirnya masih belum luntur. Bahkan sampai orang itu menyodorkan jeruk yang telah di kupas. Seohwa pikir, jeruk itu akan dia makan sendiri, ternyata untuknya. Tentu dengan senang hati Seohwa menerima.

"Bahkan sepertinya kau tidak mengalami trauma atau apalah. Semalam kau malah mengirimiku pesan. Dasar manusia aneh!"

"Hah! sebenarnya aku takut kalau terus memikirkannya. Untuk itu aku coba melupakan semuanya. Ahh astaga! potongan memorinya kalau terus dipikirkan, akan membuatku gila!"

Seungmin balas tersenyum tipis, "Tapi kau orang yang hebat. Biasanya, seseorang yang sudah mengalami kekerasan atau pelecehan akan mengalami trauma berat dan mengganggu kesehatan psikis. Mereka sulit melupakan kejadian-kejadian mengerikan itu, malah terkadang ada yang sampai bunuh diri karena tertekan."

"Mungkin karena aku pelupa. Jadinya mudah saja melupakan berbagai kejadian."

Raut Seungmin berubah khawatir, ekspresi yang tidak biasa itu tidak terlalu Seohwa perhatikan, "Kau pelupa karena apa? Penyakit?"

"Ahh.. tidak, aku memang pelupa. Sudah keturunan, mungkin?"

"Oh jadi begitu. Unik juga, padahal nilai-nilaimu di sekolah selalu bagus," ledeknya.

"Kalau masalah itu, pada dasarnya aku memang jenius."

Seungmin lagi-lagi tertawa kecil, "Iya, aku tau. Tapi kau membuang segala ingatan yang menurutmu tidak penting, dan hanya menyimpan yang paling penting saja. Cukup menuntungkan."

"Iya, menguntungkan bagiku tapi tidak dengan orang lain."

"Haha, dasar tidak bisa di percaya!" kata Seungmin, lelaki itu mengulurkan tangannya untuk mengusak surai si gadis.

Melihat tangan Seungmin mendekat, dengan sigap Seohwa menghindar. Mereka tertawa  canggung pada akhirnya.

Sampai beberapa menit, kesunyian terjadi. Tak ada yang berani membuka suara, entah memang tak berani atau tak berniat. Seohwa sibuk mengambil serat-serat berwarna putih yang ada pada jeruk sambil sesekali terbatuk pelan, dan Seungmin juga hanya duduk diam di tempat, namun pandangannya sesekali melirik gadis yang ada di sampingnya.

"Kau tidak pulang?" tanya Seohwa tanpa mau melihat ke arah Seungmin.

Alis Seungmin terangkat sebelah, "Kau mengusirku?"

Seohwa menepuk dahinya, dan berusaha menatap Seungmin, "Maaf, tapi aku tidak bermaksud bicara begitu."

Seungmin tersenyum, dan seulas garis itu ditangkap penglihatan Seohwa, "Perkataanmu itu terkadang terlalu jujur."

"Maaf Seungmin, aku benar-benar tidak bermaksud mengusirmu. Hanya bertanya..." Suaranya mengecil di akhir kalimat.

"Iya, iya. Ada baiknya kau berkata dengan jujur, tapi jangan terlalu frontal, kau bisa sedikit bercanda. Seperti misalkan tadi kau bilang padaku 'kau tidak pulang?' itu harusnya jadi 'pulanglah, istirahat sana! nanti pacarmu ini bisa salah tingkah kalau kau terus di sini' begitu, supaya tidak salah paham bagi si pendengarnya."

Seohwa hanya diam. Perkataan Seungmin bisa menyimpulkan arti tersendiri..

Melihat Seohwa hanya diam tak berkutik, Seungmin mengayunkan tangan di depan wajahnya, "Itu tadi hanya perumpamaan ya, jangan dianggap serius," ujarnya sambil tertawa karas.

Seohwa menepis tangan Seungmin, lantas malah ikut tertawa sambil menunjuk wajah Seungmin, "Astaga! Aku tidak sadar kalau kau banyak tertawa ya. Ah, bahkan sejak di pasar malam waktu itu kau juga banyak berekspresi!"

Sorot wajah Seungmin kembali datar, seolah tak terjadi apapun, "Kau bilang kau pelupa, sekarang kenapa bisa ingat hal sepele seperti itu?" tanya Seungmin yang membuat Seohwa diam, "Apa tandanya aku sudah jadi bagian yang penting bagimu?"

Target Terminated

Btw, Stay!! Kita berhasil 100M god's menu!!! Makin penasaran, sama yg mau chan kasih tau

Btw, Stay!! Kita berhasil 100M god's menu!!! Makin penasaran, sama yg mau chan kasih tau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Target Terminated [] SeungminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang