"Tidak ada sidik jari pelaku di manapun, benda ini yang kami temukan didekat korban. Tapi jelasnya, hanya ada sidik jari korban sendiri," ujar salah satu anggota tim penyelidik, seraya menunjukkan ponsel milik korban penganiayaan.
"Ayah!" Jaesuk yang sedang berbicara dengan rekan sepekerjaannya menengok tatkala mendengar suara jeritan yang sama sekali tidak asing di telinga.
"Kenapa kau kemari? sekolah sana. Bisa terlambat nanti," ujar Jaesuk panik melihat putri semata wayangnya--Seohwa, memakai seragam sekolah lengkap tapi malah menyusulnya bekerja.
Gadis itu justru menggantungkan tangan kanan di depan sang ayah, "Aku belum dapat uang saku, ayah juga belum membuatkan sarapan. Sejak subuh ayah sudah berangkat."
"Maaf nak, ada kriminalitas baru. Ayah jadi tidak sempat membuatkan sarapan," Jaesuk merogoh kantung celana dinasnya yang ternyata kosong, lantas beralih ke baju, hanya terdapat beberapa lembar uang kecil, "Ini akan cukup," Ia bergumam seraya memberikan uang tersebut pada sang putri.
Seohwa berbalik, hendak melanjutkan perjalanannya ke sekolah usai mengucap terima kasih pada ayah, tapi langkahnya terhenti ketika menyadari sesuatu.
Ia berbalik ke rumah yang dipenuhi garis polisi itu, dia dan ayahnya mengenal si pemilik rumah, "Ayah! Itu kan rumah paman Jinwoon!"
Jaesuk mengangguk, "Paman Jinwoon yang jadi korban, dia sekarang sedang kritis, beruntung cepat dibawa ke rumah sakit. Nanti setelah kau pulang sekolah, kita jenguk dia ya?"
Seohwa mengangguk, dia kenal betul Jinwoon. Orang baik yang lucu dan ramah, tapi kenapa bisa ada yang mencoba mencelakainya. Dunia begitu kejam.
---
"Kau kenal paman Jinwoon kan?"
"Iya, rekan ayahku. Dulu juga sering menjemputku sekolah. Saat masih bertugas."
Seohwa dan Jiseol mulai membuka bungkus beragam ciki, sambil membicarakan kejadian yang banyak diperbincangkan dunia maya maupun nyata.
Tiba-tiba bungkus yang dipegang Seohwa diserobot oleh orang usil yang tak lain yaitu Han Jisung. Si biang onar paling populer disekolah.
Gadis itu sontak berteriak sambil berdiri, berusaha merebut kembali makanan dari tangannya, tapi karena Jisung lebih tinggi, jadi dengan mudahnya dia berjinjit sambil mengangkat tangannya yang memegangi bungkusan.
Seohwa mulai geram, dia menyerobot minuman botol rasa cokelat milik Jiseol, tanpa pikir panjang langsung menyiramkannya.
Namun, Jisung sigap menghindar, membuat cairan dalam botol mendadak meleset dan mengenai seseorang yang tiba-tiba saja melintas.
"Astaga..." airnya yang berwarna cokelat keruh tumpah, mengenai hampir keseluruhan baju bagian depan Seungmin, Seohwa mendesis, "Kenapa kau tiba-tiba lewat..."
Seungmin berdecak kecil, memandangi seragamnya yang kotor, Jisung menahannya, "Kau harus tanggung jawab, lihatlah! Ini gara-gara kau, baju Seungmin jadi kotor semua! Dia jadi tidak fokus belajar nanti!" Jisung mendorong-dorong Seohwa untuk bertanggung jawab atas kesalahan yang sebenarnya disebabkan dua orang tersebut. Membantu Seungmin membersihkan bajunya.
"Tapi kau yang mulai! Kalau tidak menggangguku, tak akan jadi seperti ini!" Tak ingin disalahkan, Seohwa balas menyahuti perkataan Jisung.
"Tapi kau sendiri yang menumpahkannya, sana! Carikan baju ganti untuknya, Seungmin bisa kedinginan!" Jisung terus mendorong, sampai Seohwa akhirnya mengajak Seungmin keluar kelas. Beruntung sedang jam istirahat, jadi sepi, tidak banyak orang yang berlalu lalang di koridor, mereka bisa berjalan ke loker siswa tanpa ada gangguan dari 'penggemar' Seungmin yang semakin hari semakin bertambah.
Seohwa berjalan menuju loker diikuti Seungmin dibelakang, hanya ada jaket crop top kuning cerah, mustahil lelaki pasif seperti Seungmin mau memakainya.
"Apa kau tidak bisa pakai bajumu yang lain? Tidak mungkin 'kan, tak ada pakaian ganti di lokermu," Tanya Seohwa sinis, mengapa harus merepotkan diri semdiri jika lelaki itu bahkan tidak mengatakan sesuatu atau marah-marah padannya. Yang jelas hanya ada tatapan datarnya seperti biasa.
Seungmin menggeleng, "Aku bisa melepaskan seragamku," ujarnya, sudah siap akan membuka atasan.
"Jangan di sini bodoh!" Gadis itu memutar sekaligus tubuhnya, tepat di depan ruangan bertuliskan unit kesehatan.
"Masuk ke sana! aku akan coba pinjamkan jaket milik anak laki-laki di kelas," ujar Seohwa serya berjalan menuju kelasnya kembali.
Seungmin menutup pintunya tanpa menyalakan lampu atau sekedar membuka tirai, membuat kesan sunyi dan gelap. Lelaki itu lantas membuka seragam atas dan membuatnya bertelanjang dada, terlihat dua lubang pada punggung bawahnya yang merupakan tempat mengisi energi.
Ia duduk di tepi ranjang, memeriksa kondisi tubuh yang baru saja terkena air. Bagian luar tubuh Seungmin memang tidak masalah jika terkena air karena terbuat dari senyawa serupa lilin padat yang lentur layaknya kulit organik manusia. Sementara itu, logam cair untuk lapisan setelahnya, logam tersebut adalah yang paling kuat sehingga disebut pelindung utama untuk tubuhnya, tapi untuk bagian dalam tidak boleh sampai terkena air karena banyak tersimpan nanobot-nanobot yang mengontrol dirinya untuk berperilaku seperti manusia.
Seohwa datang secara tiba-tiba tanpa mengetok pintu. Gadis itu terbelalak ketika melihat punggung lebar terpampang jelas, ia lantas buru-buru kembali keluar sebelum Seungmin menyadari.
Seohwa memegangi jantungnya sendiri yang hampir meledak, bisa-bisanya lupa mengetuk. Ia bersandar pada daun pintu, sambil menetralkan napas yang memburu karena keterkejutannya tadi.
Saat baru saja memejamkan mata, seohwa mengingat sesuatu, matanya tadi sekilas melihat lubang aneh pada punggung Seungmin.
Seperti lubang earphone pada ponsel dengan diameter sedikit lebih besar.
Target Terminated
KAMU SEDANG MEMBACA
Target Terminated [] Seungmin
Gizem / GerilimCOMPLETED Teknologi artificial inteligence serempak dimulainya perlahan dan pertahap tanpa di sadari. Salah satu ciptaan kasar AI, justru sengaja dibuat rusak dan berperilaku buruk. Sosok robot terminator dengan daya ingat manusia murni ditugaskan u...