12. Pulang

509 90 21
                                    

"Yaampun, itu cewek bikin gue kepikiran aja!" Gumam Jeffrey. Emosi sendiri karena lelah dengan pikirannya, "Mau sakit berapa lama sih emang, lo?"

Sejak tadi siang Jeffrey hanya bermalas-malasan, dia nggak melakukan apapun selain merebahkan dirinya diatas tempat tidur. Berguling ke kanan, lalu ke kiri, tengkulup hingga akhirnya terlentang, memandangi langit-langit kamarnya. Bener-bener semacam manusia yang nggak berguna.

"Kok bisa ya mereka berdua nggak pacaran?" Jeffrey masih tetap bergumam. Bertanya kepada dirinya sendiri, "jaman sekarang tuh lagi musim komitmen tanpa pacaran atau gimana sih?"

"Lah, mana bisa komitmen tapi nggak pacaran? Eh tapi bisa juga ya, yang penting komitmennya ada." Jeffrey masih belum berhenti, "TERUS STATUSNYA APAAN WOY?!"

"Pusing pala gue, nyut... nyut... nyut... rasanya." Ucapnya sambil memijat kedua pelipisnya.

Rambut hitamnya diacak-acak sampai berantakan, "Yang putus dia, kenapa gue juga ikutan stress?!"

"Minta digorok emang si Markotob!" Jeffrey emosi, ingin rasanya menghampiri temannya itu, lalu melakukan interogasi sampai semua rasa penasarannya sekaligus rasa kesalnya hilang. Mewakili Yeri untuk memberikan satu pukulan untuk Mark, tapi nggak mungkin juga dilakukan. Memangnya siapa sih dirinya? Cuma Jeffrey temannya Yeri.

Sedetik kemudian, ia buru-buru menarik nafas dan menghembuskan kembali, "nggak, gue nggak boleh ikut campur. Privasi Jeff, privasi. Lo musti ngerti, nggak boleh ikut campur... oke, cukup disini aja, cukup."

Memang Jeffrey benar-benar dibuat kesal karena ulah Mark yang menurutnya seenaknya sendiri. Jeffrey juga merasa kesempatannya yang pernah dia miliki dulu terbuang begitu saja, sia-sia. Memikirkan kemungkinan adanya kesempatan yang telah berlalu itu semakin membuat dirinya semakin kesal, apalagi ditambah dengan urusan skripsi yang akhir-akhir ini bisa bikin dia darah tinggi pula. Dari segi materinya, maupun dosen pembimbingnya, dua-duanya nggak bisa dimengerti.

Jeffrey jadi frustasi, "Tau ah!"

Sebenarnya hari ini Jeffrey nggak hanya berdiam diri didalam kamar apartment miliknya. Tadi pagi, dia dan Rose pergi lari pagi bersama di sekeliling GOR kampus. Setelah olahraga paginya usai, Jeffrey menolak ajakan Rose untuk pergi lunch berdua di tempat makan favorit pacarnya itu, dengan alasan banyak tugas. Alasan yang lainnya lagi adalah mengerjakan skripsi.

Walaupun Rose kecewa, tapi ia mulai bisa memahami permintaan Jeffrey untuk berfikir, kalau masing-masing memiliki kesibukannya sendiri. Iya, Jeffrey sering berkata demikian kepada Rose.

Jeffrey sebenarnya sedikit merasa bersalah, karena dia berbohong. Sejujurnya dia hari ini nggak berminat mengerjakan tugas sama sekali, apalagi mengerjakan skripsi, nggak mungkin sanggup otaknya. Tadi sih cuma alasan. Kalau nggak gitu, Rose pasti ngotot harus lunch bareng. Karena hari ini, Jeffrey hanya ingin bermalas-malasan diatas kasur, sambil mendengarkan musik atau nonton beberapa series sampai tamat.

"Jeff, pinjem mobil dong." Tyong tiba-tiba saja masuk, tanpa mengetuk pintu. Bunyi pintu terbuka dan suara milik Tyong itu membuat Jeffrey jadi terkejut.

Jeffrey mendengus kesal, acara melamun bebasnya jadi terganggu, "Hhh... Mobil lu kenape?"

"Dibawa Johnny tadi."

"Ngapain Johnny pake mobil lu?"

"Mobilnya lagi dibenerin apanya gitu, nggak tau juga gue."

"Oh..." Jeffrey mengangguk paham.

Tyong yang awalnya berdiri di dekat pintu kamar Jeffrey, melangkahkan kakinya masuk. Kemudian dia duduk di kursi belajarnya Jeffrey, "Jangan ah-oh doang, gimane dibolehin kaga?"

SEMESTER AKHIR; Jung Jaehyun [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang