17. Diskusi

425 83 43
                                    

Tyong berdiri didepan para undangan, untuk memberikan sambutan, serta memperkenalkan seluruh anggota kelompoknya. Sedangkan Johnny berdiri mengambil beberapa video acara pembukaan ini. Giselle berjalan kesana kemari, sibuk dengan kamera miliknya, membantu mendokumentasikan kegiatan kelompok 20 dalam bentuk foto. Sedangkan yang lainnya berdiri berdekatan dengan Tyong dan memperkenalkan diri mereka masing-masing.

Semua anggota kelompok 20, mengadakan pembukaan untuk berbagai kegiatan mereka didesa. Undangannya hanya diperuntukkan bagi beberapa perangkat desa dan beberapa orang-orang yang berpengaruh di desa. Tujuannya untuk menggali informasi yang sekiranya perlu diketahui dari orang-orang tersebut.

Setelah hampir dua jam, acaranya akhirnya ditutup. Beberapa anggota kelompok yang lain memiliki keperluan dengan kepala desa dan beberapa perangkat desa yang lainnya, sibuk mencatat dan berlarian kesana-kemari. 

Terisisa dua mahasiswa pengangguran yang lagi leha-leha, duduk manis berdampingan. Siapa lagi kalau bukan si Yeri yang suka males-malesan dan Jeffrey yang kerjaannya tebar pesona sampai kerubutin mama-mama muda.

Jeffrey duduk disamping Yeri, ia mengusap keringat yang mengalir di keningnya menggunakan tissue, soalnya tadi diajakin foto terus sama ibu-ibu, dipepet sana-sini sampai dia kepanasan. Lalu dia membenarkan jas alamaternya yang terlihat agak miring.

Susah bener hidup gue jadi cowok ganteng.

Setelah sibuk sendiri, ia memperhatikan Yeri yang berada disampingnya. Sejak sarapan tadi, nggak ada satu kata pun yang keluar dari bibirnya, "Yer, masih marah sama gue?"

"..."

"Jangan gitulah, gimana bisa jalan nih kelompok kalau lo marah?"

"Ya tinggal jalanin aja." Jawab Yeri dengan ketus.

"Gimana mau jalan, kalau lo aja nggak mau diajakin jalan bareng." Sahutnya yang terdengar agak frustasi. Lalu memberikan sebotol air mineral miliknya, "minum dulu nih, masukin ke perut marahnya, besok pagi kalau masih nggak bisa ditahan, keluarin lagi di WC."

"Gila!" Sahut Yeri tanpa menatap lawan bicaranya, dia malah memainkan handphone miliknya.

"Please lah, mau sampai kapan lo marah?" Tanya Jeffrey sambil menatap Yeri, tapi nggak ada respon apapun. Lalu kembali bertanya, "Gue harus apa biar lo nggak marah lagi? Gue minta maaf ya, hm?"

Mendengarkan nada suara Jeffrey yang lembut dan penuh harap, membuat jantung Yeri berdetak sedikit lebih kencang. Aneh, biasanya Yeri nggak begini.

Wah, ada yang nggak bener nih. Kata Yeri dalam hatinya.

"Nggak usah ham-hem gitu!" Yeri kesal. Padahal sih sebenarnya dia lagi salting.

"Iya deh iya, nggak lagi." Katanya, "tapi maafin ya?"

Yeri menghadap kesamping, menatap Jeffrey dengan sangat tajam, "Lo tuh minta maaf cuma buat formalitas dan demi kelancaran kelompok kan?!"

"Ya enggaklah, gue minta maaf ya emang mau minta maaf sama lo." Jawab Jeffrey. Walaupun sebenarnya agak gengsi juga kalau minta maaf ke Yeri. Tapi kalau nggak minta maaf nanti malah jadi semakin runyam.

"Udah ah, males gue sama lo!"

"Dih malah gitu, gue ini niatnya baik-baik ya. Kalau lo tetep nggak mau maafin yaudah, lo sendiri yang dosa!"

"Lo tuh tau nggak sih, Jeff? Perih banget mata gue tadi, terus lo malah nambah-nambahin—ya jadi makin perih lah!" Katanya, "Udah hati perih, masa mata gue harus perih juga?!"

Jeffrey tau niat baiknya tadi memang agak salah, "Gue kan manusia Yer, tempatnya lupa dan salah. Tadi gue kan lupa nggak cuci tangan dulu. Coba kalau gue bukan manusia, malaikat misalnya, nggak pernah lupa, nggak pernah salah juga, mana ganteng begini lagi. Apa nggak pusing lo deketan sama gue?"

SEMESTER AKHIR; Jung Jaehyun [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang