6

364 23 0
                                    

Hari ketiga kami menginap divilla dan Rena masih saja cuek hanya bicara kalau aku bertanya.

Dan kejutan datang.







"Mamiiiiiiii????" Kataku terkejut karena ada orangtuaku datang

"Mana menantu mami? Kok kamu ga bilang sih kalo kalian liburan?" Tanya mami yang langsung masuk saja kedalam villa

"Ituuuu di didalam mi hehe...."

"Papi apakabar juga hehe" sapaku kikuk karena kedatangan mereka yang mendadak dan aku yang tanpa persiapan

Lalu kami semua masuk dan aku memanggil Rena didalam kamar. Aku juga membereskan barang barangku yg ada dikamar sebelah agar tidak ketahuan orangtuaku.

"Haiii menantu mami kok kurus sih?" Sapa mami ke Rena dan memeluknya

"Enggak kok mi ini biasa aja....." jawab Rena

"Kamu ga kasih makan ya? Lihat nih menantu mami kurus Van..." komplain mami pdaku dan memegang lengan Rena

"Rena makan kok mi tapi emang lagi ga selera aja sekarang.." jawab rena

"Ya udah mami papi istirahat dulu ya, kalian baik baik aja kan?" Tanya papi yang mencurigakan melihat gelagatku sedari tadi

Aku dan Rena masuk ke kamar kami juga. Aku duduk disofa pinggir jendela sedangkan Rena berbaring dikasur. Memang sudah perjanjian kami hanya sekamar tapi tidur terpisah, akulah yang mengalah.

Aku bingung harus bagaimana sekarang, apalagi kalau sampai orangtua tau keadaan Rena.

"Kamu gpp kan ada mami papi disini? Kalo ga nyaman kita pulang aja" tanyaku kepada Rena

"Gpp kok mereka orangtua aku juga kan, lagi pula selama ini mereka baik padaku, kenapa harus menghindar" jawab Rena

"Ya sudah aku keluar dulu ya"

"Kamu berniat apa?" Tanya Rena

"Maksud km apa? Aku ga tau kalo mereka akan datang" jawabku

Kami berdua sempat bersitegang karena kedatangan orangtuaku. Bahkan aku sendiri tidak tau mereka akan datang. Dan setelah bertanya ternyata bibi yang memberitahu mami kalau kami sedang di villa.

Aku dan papi sedang ngobrol masalah bisnisku dan hal lain tentang hobby papi. Sedangkan Rena dan mami sedang didapur menyiapkan makan malam. Mereka terlihat sangat akrab dan sesekali terlihat tertawa. Sungguh indah pemandangan ini, seandainya Rena bisa bersikap seperti juga padaku.

Sampai makan malam kami semua berkumpul dimeja makan dan saling berbicara dan bercanda. Aku melihat Rena bisa tertawa bahagia. Lalu tiba tiba saja Rena mual dan beranjak ke toilet. Kami semua kaget lalu aku menyusulnya.

"Kamu kenapa? Apanya yang sakit? Perlu kedokter kah?" Tanyaku bertubi

Rena hanya menggelengkan kepala dan sedikit tersenyum padaku. Pertanda apakah ini pikirku.

"Ren masuk angin?" Tanya mami

"Eng.. engga mi.." jawab Rena gugup

"Atau jangan jangan kamu hamil ya sampai mual mual begitu?" Tanya mami

Rena lalu kemudian mengangguk, karena mami pasti tau kebiasaan wanita hamil. Mami dan papi sangat senang dengan jawaban Rena. Lalu aku disuruh harus lebih ekstra menjaga Rena dan juga kandungannya. Aku hanya mengangguk pelan dan melihat kearah Rena yang merasa bersalah.

"Hei km kenapa cemberut lagi? Apa aku salah" tanyaku saat ini kami didalam kamar

"Maaf" hanya itu kata yg terucap dari bibir Rena

"Maaf untuk apa? Km ga salah kok. Sudah jangan banyak pikiran ya sekarang km tidur sudah larut malam" aku pun menarik selimut dan membenarkan posisiku

Keesokan paginya saat terbangun aku terjatuh dari sofa dan kepalaku terbentur lantai. Rena mendengar lalu bangun juga melihatku. Aku memegangi kepalaku yang sakit dan belum bisa berdiri.

"Sakit?" Tanya rena

"Iya sakit sedikit kayanya bekas jahitannya" jawabku agar terlihat baik-baik saja padahal ini beneran sakit

"Kedokter aja"

"Ahh ga perlu cuma sedikit nanti juga sembuh kok"

Aku sempat berpikir kenapa Rena jadi berubah apakah mami dan papi ada bivara sesuatu padanya.

Renata POV

Aku terkejut saat tau orangtua Revan datang ke villa dan sempat marah padanya.

Tapi kedua orangtua Revan sangat baik dan perhatian sekali padaku jadi aku pun baik padaku.

Dan saat santap malam perutku tiba tiba mual dan membuat semua panik termasuk Revan.

Akhirnya aku mengakui kalau aku sedang hamil karena lama kelamaan pasti ketahuan juga dengan perut yang semakin membesar.

Malamnya aku dikamar dan Revan menuruhku tidur. Kami berdua tidur terpisah aku dikasur dan Revan tidur disofa.

Saat dia tertidur aku sempat memperhatikannya. Sungguh pria sebaik ini yang sudah aku sia siakan.

Tak tega rasanya tapi semua sudah terlanjur terjadi.

Paginya Revan terjatuh dan membentur lantai, aku tau pasti dia kesakitan. Karena bekas luka dikepalanya.

Ya bekas luka yang disebabkan karenaku, karena membelaku waktu itu. Tetapi malah tetap pergi bersama ayah bayi diperutku ini.

Aku hanya tau perkembangannya dari meminta kabar teman teman Revan. Bahkan aku tidak sekalipun menjenguknya dirumah sakit. Semua karena egoku.

Siapa Aku UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang