Saat sedang berada didalam ruang kerja disebelah ruang keluarga aku mendengar suara mobil. Dan aku sangat yakin itu adalah mobil milik Rena yang baru saja sampai dirumah.
Rena bekerja di salah satu perusahaan besar dan mendapat posisi jabatan yang sudah bagus. Mungkin karena pernikahan kami karena terpaksa menjadikannya semakin membenciku bahkan tidak mau melihatku.
Kulihat Rena pulang dan langsung menuju kamarnya dilantai atas. Kami tinggal disatu rumah tetapi dikamar terpisah. Ada satu kamar khusus untuk kami berdua jika ada orangtua atau saudara yang datang berkunjung. Jadi ketika ada saudara atau orangtua datang kami akan berakting layaknya pasangan dan keluarga yang harmonis.
Aku beranjak menuju dapur untuk membuatkan segelas coklat hangat karena yang sebelumnya sudah terlalu dingin. Lalu aku letakkan dimeja dekat pintu kamarnya. Ya memang beginilah aku selalu memperhatikan dan peduli pada wanita yang statusnya adalah istriku. Walaupun semuanya tidak pernah dianggap olehnya.
"Sudah aku buatkan coklat hangat, jangan lupa diminum....." kataku sambil mengetok pintu kamarnya
Ya selalu tidak aja jawaban tapi yang aku tau dia pasti meminumnya. Karena setiap pagi aku melihat gelas itu kosong, aku tau dia meminumnya. Pernah aku memberinya yang lain dan sampai pagi masih tetap berada diatas nakas, tidak dimakan dan tidak pula dibungnya. Begitu saja sudah membuatku senang, setidaknya dengan segelas coklat hangat untuknya bisa menghangatkan perasaanku juga.
Aku lalu masuk kamar dan melihat dari balkon karena dari balkon terlihat kamarnya. Kamar kami letaknya bersebelahan dilantai atas tujuannya agar aku bisa dekat dan bisa tau apa saja yang dikerjakannya.
Paginya aku bekerja seperti biasanya dan sama Rena juga mempunyai kegiatannya sendiri.
"Aku pergi kerja dulu ya..." kataku menyapa saat diparkiran mobil
"......." Rena tidak menjawab melainkan melirikku saja
"Eeee nanti jangan pulang kemalaman ya hati-hati dijalan" kataku lagi
Tidak ada jawaban dan Rena langsung masuk mobilnya dan pergi meninggalkanku tanpa sepatah katapun bahkan melihat kearahku saja tidak.
Saat makan siang kebetulan aku makan diluar bersama kolega disebuah retoran. Dan ternyata ada Rena disana sedang makan siang juga tetapi hanya berdua dengan teman lelakinya yang kemarin terlihat. Sebenarnya aku tau siapa lelaki itu tapi aku tidak berhak melarangnya, bukan karena aku tidak peduli tapi Rena pernah marah besar dan tidak ada kabar beberapa hari. Semenjak itu aku tidak pernah berkomentar apapun tentang kehidupannya diluar.
Rena tampak biasa saja melihatku bahkan memalingkan muka. Akupun janjut lagi mengobrol dengan kolega membahas bisnis.
Berselang lama setelah kejadian direstoran hubunganku semakin menjauh dan Rena jarang pulang ke rumah. Tidak pernah membalas pesan ataupun menjawab teleponku. Aku menjadi khawatir akan keadaanya, karena beberapa hari lalu dia pulang dalam keadaan mabuk berat.
Ada niatan untuk melarangnya tapi pasti semua sia-sia saja. Hingga suatu hari terjadi.
"Kamu kenapa kok jarang pulang?" Tanyaku karena hari ini Rena berada dirumah lebih awal dariku
".........." lagi lagi dia hanya diam
"Aku tanya kenapa ga dijawab?"
"..........." diam lagi
"Ada yang salah sama aku, seengaknya kamu jawab aja aku tanya apa" kataku
"Aku ga suka" Rena membuka suara
"Ga harus mabuk mabukan juga kan, itu kan ga baik buat kesehatan kamu"
"Kamu ga usah urusin aku bisa ga sih" Rena bernada tinggi
"Aku suami kamu jadi wajar dong kasih tau kamu, merhatiin kamu Renata..." kataku
"Siapa yang mau sih, lagian kamu kenapa ga nolak aja 2tahun lalu...."
"Ya ga bisa nolak itu kemauan orang tua aku , orang tua kamu juga kan"
"Jangan salahin aku kalo ga anggep kamu sekarang"
"Gimana kamu aja aku udah berusaha selama ini, aku ga akan lepasin kamu. Kamu ingat itu Ren..." kataku tinggi dan mulai emosi
"Dasar cowok gila kamu ya Revano!!!!!" Katanya marah
"Gila karena kamu Renata!!!!" Akupun tak kalah meninggi
"Urus aja surat cerainya biar aku bebas dan kamu bebas cari cewek yang mau sama kamu.."
"Gak akan pernah dan kamu ga usah pusingin aku, aku tau apa yang harus lakukan"
"Percuma aja semua sia sia karna aku ga cinta sama kamu Revano Alexander!!" Katanya menegaskan
"Biar aku saja sudah cukup..." kataku dan melangkah pergi
Setelah berdebat aku pun menjauh dan kembali masuk kedalam kamar untuk menenangkan diri karena hampir saja aku lepas kendali. Aku sangat menjaga perasaannya selama ini hanya berharap agar dia tidak pergi saja.
Aku berangkat kerja dan melakukan aktifitas seperti biasanya hanya saja hari ini aku tidak bisa komsentrasi, isi kepalaku hanya ada Rena istri yang mengacuhkan dan tidak menginginkanku disisinya.
Beberapa meeting aku rubah jadwal karena aku tidak ingin mengacaukan perusahaan. Saat mengingat perkataannya tentang bercerai aku mendadak emosi dan kulempar apapun yang ada didekatku. Ruanganku sudah hancur berantakan semua berserakan dimana-mana.