19

911 23 1
                                    

Selesai berbelanja kebutuhan Rena dan bekal lahiran nanti kami langsung pulang dan meminta bibi untuk merapikan belanjaan kedalam kamar.

"Kenapa beli cuma sedikit sih kan aku tadi mau beli yang lainnya sayang"

"Ya ampun sayang itu udah banyak loh, kamu mau beli tokonya sekalian?"

"Huuummm gini deh kalau belanja sama nyonya"

"Sayang kan nanti juga bisa beli lagi kalau ada yang kurang, ya ampun Revan kamu ini kaya anak kecil kalau ada maunya"

"Aku mau berenang ahh sama Maura, yukk ikut daddy kita basah basahan" aku menggendong Maura dan membawanya ke kolam renang dibelakang

Rena itu bukan pelit tapi mungkin lebih suka berhemat tapi entah sejak kapan. Berdebat dengan Rena juga percuma karena aku memang harus mengalah.

Aku asik berenang dengan Maura, mungkin lebih tepatnya kami berdua bermain air.

"Udahan yuk nanti masuk angin" panggil Rena yang sudah dengan posisi duduk

"Siapp mommy" jawabku dan segera naik menghampiri Rena

"Cepat mandi dulu, Maura aku aja yang urus" perintah Rena

Setelah selesai mandi aku kembali kebawah dan mendapati ada ayah dan ibu. Lalu aku mendekat dan memberi salam kepada keduanya.

Setelah mengobrol dan makan malam bersama ayah dan ibu pamit pulang karena tadi datang hanya ingin melihat cucunya dan juga keadaan Rena.

"Sejak tadi nangis terus mana badannya demam, pasti karna tadi kelamaan berenang ya" ucapku menggendong Maura

"Anak kecil memang begitu sayang sudah jangan sedih yah, kamu tidur aja biar sama aku aja Mauranya"

Aku memindahkan gendongan ke Rena dan Rena kembali menepuk-nepuk halus punggung Maura agar mau berhenti menangis. Baru saja aku rebahan dikasur Rena melengkuh sakit.

"Astaga sayang kamu kenapa?" Ucapku dan mengambil lagi Maura

"Huffff huuffff udah mulai sakit" ucapnya dan berpegangan pada box Maura

"Ke RS aja ya sekarang"

"Nanti aja kasihan Maura" ucapnya sambil mengelus perutnya

Pagi harinya aku melihat Rena semakin kesakitan dan aku langsung membopongnya masuk mobil dan membawanya ke RS. Maura sudah aku titipkan pada bibi yang mengurus rumah, mami dan mama juga aku beritahu kalau kami sekrang perjalanan menuju RS.

Jalanan pagi ini ternyata sangat ramai aku mendengus kesala dan mengacak rambut. Aku menelpon untuk segera mendapat pengawalan polisi, ini darurat kan aku tidak mau sampai terjadi sesuatu pada Rena dan anakku.

Setelah beriringan dengan mobil polisi aku sampai di RS dan Rena segera dimasukkan ke ruang pemeriksaan. Tak lama kedua orangtuaku dan kedua orang tua Rena sampai dan bertanya keadaan Rena. Bertepat dengan itu dokter keluar dan memintaku untuk lebih tenang karena Rena memang sudah saatnya melahirkan, dan ini memang lebih cepat dari perkiraan usia kandungannya.

"Sayang jangan khawatir aku gapapa kok" ucapnya saat melihatku

"Aku panik takut terjadi sesuatu sama kamu" ucapku

Mami menyuruhku pulang kerumah dan menjemput Maura karena bibi menelpon, sedari tadi Maura menangis dan tidak mau tidur. Akhirnya aku kembali pulang dengan berat hati meminggalkan Rena sebentar. Setelah menjemput Maura aku langsung masuk ke kamar rawat Rena dengan menggendong Maura yang tertidur dipundakku.

"Sini Mauranya tidur dikasur aku" pinta Rena

"Tapi kamu juga perlu kasur sayang, biar kuat nanti" kataku lagi

"Tiduran terus juga tetap aja sakit sayang"

Aku menemani Rena berdiri dan sedikit berjalan hanya memutari kamar rawat, terhenti ketika sakit kontraksinya terasa dan Rena mengakungkan tangannya dileherku. Aku mengecup keningnya memberinya kenyamanan, hanya itu yang bisa aku lakukan. Dan membantunya memijat punggungnya karena semakin sakit katanya.

Tibalah saat Rena melahirkan anak kedua kami. Memang Rena terlihat lebih tenang dariku dan memberi senyuman, menyuruhku untuk tenang juga.

Satu lebih Rena berusaha melahirkan anak kami secara normal, akhirnya suara tangisan bayi menggema.

Aku sangat lega melihatnya dan keadaan Rena juga baik-baik saja.

"Duuhh gantengnya cucu oma, mirip Rena banget ya pi" kata mami menggendong senang cucunya

"Kamu ga kebagian apa-apa nih Van kayanya harus usaha lagi" ledek papi

"Engga pi udah dua aja kasian Rena, aku ga tega lihatnya" jawabku

"Siapa namanya cucu nenek yang ganteng ini?" Tanya ibu

"Moreno Alexander Stavisco" ya nama yang diberikan oleh Rena

Kami semua larut dalam kebahagiaan, sudah tidak ada jarak diantara kami. Inilah kebagiaan yang memang aku impikan sejak awal menikah. Perlahan cinta itu tumbuh diantara aku dan Rena, kehadiran Mauren dan sekarang Moreno adalah anugrah terbesar yang aku syukuri.

Mencintai itu memang berat, tetapi lebih berat mempertahankan apa yang dicintai adalah perasaan cinta yang sebenarnya. Jangan pernah menyerah untuk tetap setia pada cinta, karena rasa cinta itu tau dimana dia akan berlabuh.

Siapa Aku UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang