Aku sudah menjalankan rutinitas dan begitu juga Rena yang sudah bekerja lagi. Padahal sebelumnya mami melarang Rena bekerja karena sedang hamil muda tidak boleh kecapekan.
"Mau makan apa ? Aku jemput ya" sapaku si sambungan telpon dengan Rena
"Mau sushi" jawabnya sjngkat
Tak lama aku sudah berada dikantornya menjnggu didalam mobil. Karena Rena dulu pernah marah karena aku masuk. Setelah menunggu akhirnya kami pergi ke salah satu mall untuk makan sushi.
Saat sedang makan tiba tiba Rena diam dan matanya menajam ke arah seseorang. Aku pun mengikuti arah mata itu. Tertuju pada seorang laki laki. Yaaa laki laki yang dulu berkelahi diclub dan memukul kepalaku.
Lelaki itu kemudian sengaja datang mendekati meja kami.
"Waaahh Rena lama ga ketemu makin cantik dan sexy hahaha" ucap lelaki itu
"Pergi km dari sini" usir Rena
"Oh iya ini suami yang ga kamu harapkan itu kan hahaha, kasian sekali" ucap lelaki itu
"Aku bilang pergi km dan jangan gaggu aku lagi" kata Rena marah
Aku melihat kejadian ini dan memdengar semuanya menjadi tersulut emosi. Lalu aku berdiri dan tidak segan mengusir lelaki itu.
"Hahaha santai aja lagipula aku udah ga minat lagi tuh" kata lelaki itu
"Jangan ganggu Rena lagi karena dia itu istriku" aku pun sangat emosi
"Udah Van jangan diladenin, kita pergi aja" kata Rena sambil menarik tanganku
"Anak dirahim istrimu adalah benihku" lelaki itu berbisik ditelingaku sontak membuat emosiku semakin tersulut dan rasa sakit hati menyeruak merobek hatiku
Membuatku emosi dan langsung melayangankan pukulan tepat diwajahnya. Akhirnya kami berkelahi dan semua menjadi tidak terkendali. Aku babakbelur dan dia juga. Sampai pukulannya terkena bagian kepalaku yang dulu. Aku terjatuh dan melihat Rena panik memanggil namaku berulang kali. Sampai aku tidak tau kejadian apa.setelahnya.
Samar aku mendengar beberapa orang sedang berbicara, ingkin ku buka mata tetapi rasa sakit dikepalaku membuat susah bergerak.
"Van... revano.."
"Van bangun nak mami papi disini"
"Hei bangun Van"
"Reeeevv...." aku kenal suara ini ya suara Rena memanggilku dan aku mencoba bangun dan membuka mataku dengan perlahan
"Syukurlah sudah sadar anak mami.." mami menghampiri dan menyentuh tanganku
"Mami papi.. " aku memanggi
Lalu aku mencari sosok wanita yang sangat aku cintai.
"Ree Rena.." aku memangil namanya
"Iya aku disini Rev..." balasnya
"Ma.... maaf"
"Bukan km yang salah, km sembuh dulu ya"
Satu minggu aku dirawat dirumah sakit karena ada pendarahan dikepala. Untungnya tidak sampai membuatku berada diruang operasi. Orangtuaku dan orangtua Rena juga ada menemani. Tentunya juga ada Rena istri yang aku cintai.
Setelah dinyatakan sembuh akhirnya dokter mengijinkan untuk pulang.
Sesampainya dirumah hanya ada Rena karena semua orangtua kami sudah kembali pulang.
Aku bersikap biasa dan begitupun Rena yang sudah terbiasa. Kembali kerutinitas semula kami bekerja.
"Kenapa km ga mau waktu itu?" Tanyaku
"Aku ga suka km bahas ini" kata Rena
"Kalo ga dibahas ga akan beres"
"Dia itu cuma manfaatin aku, cuma pelampiasan ga akan tanggung jawab"
"Kalo gitu km jaga anak itu ya nanti dia lahir jadi anak aku juga"
"Tapi ini bukan anak km Rev.. "
"Sekarang kalo km kasih aku kesempatan aku mau jadi ayahnya dan kamu tetap menjadi ibunya"
"Kenapa km mau? Apa tujuan km?"
"Aku... aku... cinta kamu Ren, aku ga mau terjadi apa-apa sama kamu..."
"Aku ga percaya lagi apa itu cinta semuanya sama aja Rev..."
"Buka hatimu sedikit saja untukku Renata.. " nadaku memelas
Renata lalu melangkah pergi meninggalkanku, tanpa jawaban.
Renata POV
Hari ini adalah hari yang tidak pernah aku harapkan karena aku bertemu dengan Indra. Ya ayah dari anak ini.
Aku sangat panik melihat Revan tak sadarkan diri sedangkan Indra berlalu pergi dengan kepuasannya.
Akupun baru tau kalau selama ini Indra hanya menjadikanku sebagai alat untuk menjatuhkan Revan.
Aku selalu menemaninya dirumah sakit. Bukan karena ada orangtua kami tetapi aku memang merasa bersalah, mungkin dengan begini ada sedikit mengurangi rasa bersalahku.
Detik demi detik aku menunggunya sadar berharap semuanya baik baik saja.
Dan saat yang aku tunggu akhirnya Revan bangun, hatiku sangat lega mengetahui semuanya baik baik saja.
Kembali kerumah Revan membahas masalah yang aku sedang tidak ingin bahas. Aku kembali marah besar padanya.
Hingga Revan menyatakan isi hatinya bahwa dia mencintaiku. Sebenarnya tidak hanya sekali Revan menyatakan isi hatinya. Entah aku merasa sangat tidak menerima cintanya.
Aku kaget dan kemudian melangkah pergi karena aku tidak mau membahasnya. Aku perlu menata lagi hatiku.
Dikamar aku diam dan tanpa aku sadari buliran air mataku jatuh, menangis dalam diam. Tidak tau apa yang harus aku katakan dan aku lakukan, semuanya terasa berat.