Hari berjalan dengan sangat lambatnya aku masih belum tau apa yang harus dilakukan, sementara perut Rena sudah semakin besar. Ketakutanku pun semakin menjadi ketika tau bahwa ayah dari bayi itu adalah saingan bisnis yang selama ini memang sudah menjadi musuh bebuyutan dan kami sering berebut tender.
"Hei broo nanti malam kita hangout yuk dah lama nih ga kumpul sama anak anak lain" kata Jodi yang masuk keruangan kantorku
"Ga bisa Jod aku harus jagain Rena kan dia lagi hamil" jawabku menolak
"Udah pokoknya ntar lu harus ikut sebentar aja gpp lah, lu juga perlu waktu refreshing broo" paksa Jodi menyuruhku
"Oke deh tapi beneran sebentar aja ga ga sampe malam" akhirnya aku setuju
Dan saat langit sudah gelap aku melangkahkan kakiku keluar dari kantor, memacu mobilku menuju tempat aku dan teman temanku biasa berkumpul.
Sesampainya hanya aku yang paling terlambat karena yang lain sudah datang dan bersendagurau juga tentunya. Semua menyapaku dan menanyakan kabarku seperti biasa.
Aku pun ikut larut dalam obrolan mereka sampai akhirnya lupa waktu dan ternyata sudah tengah malam. Seketika aku melihat jam diponselku lalu berpamitan pada semuanya. Mereka tidak menahanku karena memang Jodi sudah memberi tau mereka. Lalu saat aku hendak beranjak berdiri tiba tiba saja ada yang terlihat sengaja menyenggol.
"Woiii ati ati bro kalo jalan tuh liat pake mata.." ucap Jodi yang beranjak berdiri
"Udah gpp Jod santai aja, aku balik dulu ya semua...." kataku tidak mempermasalahkan
"Hahahaha pengecut seperti kamu ga layak sama Rena...." ucap lelaki itu
Ya benar sekali lelaki yang menabrakku adalah Indra yang tak lain adalah teman kencan atau lebih tepatnya ayah dari bayi yang dikandung Rena. Sontak aku pun tersulut emosi dan berkata kata kasar. Semua teman temanku menahanku agar tidak terpancing. Tapi apalah dayaku hanya manusia biasa yang punya perasaan aku pun meladeni Indra. Kami berkelahi saling pukul dan sampai babakbelur. Tempat ini jadi semakin ramai membuat Indra semakin menjadi dan hilang akal.
"Udah udah Van mendingan lu balik aja udah ga beres nih... " kata Jodi
"Aku mau kasih dia pelajaran Jod..." kataku tak terima dan saat hendak memukulnya
Doooorrrrr..... !!!!!!!! Semua kaget dengan mata terbelalak tidak menyangka hal ini terjadi.
Semua orang berkerumun dan tak lama mobil ambulans pun datang.
Lampu tanda sedang berlangsungnya operasi masih belum padam. Didalam ada anak manusia yang sedang bertaruh nyawa. Isak tangis dari anggota keluarga dan teman temannya pun mengisi kesunyian malam ini.
Sudah hampir dua jam belum ada satupun dokter atau suster yang keluar dari ruang operasi. Sampai ada dua orang suster yang tampak tergesa gesa keluar.
"Susss anak saya bagaimana?"
"Anak bapak kehilangan banyak darah, mohon untuk tetap bersabar dan berdoa ya pak..."
Lantas semuanya menjadi tegang mendengar perkataan suster tadi. Terlihat orangtuaku pun menjadi histeris dan semakin menangis.
"Rena kemana ada kabar belum?" Tanya papi pada Jodi dan Lusi
"Be... beeelum ada om..." jawab Lusi
Ya kalian benar akulah yang sedang bertarung nyawa didalam sana. Aku merasa sangat kesakitan dan hampir menyerah. Sedangakan mami terus menyuruh papi dan teman temanku mencari keberadaan Rena.
Akhirnya operasi selesai tetapi Rena tak kunjung juga datang. Timbul rasa curiga diantara orangtuku dan juga orangtua Rena, karena disaat seperti ini malah istriku tidak ada menemaniku.
"Revaaaann anak mami bangun nak... " ucap mami yang diijinkan masuk ruangan ICU
Mami sangat terpukul melihat anak kesayangannya terbaring lemah tak berdaya seperti ini. Dan saat mami keluar ruang ICU sudah berdiri seorang wanita yang sedari tadi dicari banyak orang. Ya Renata sudah berada dirumah sakit. Lalu papi menuruhnya masuk bergantian.
Saat didalam ruang ICU Rena hanya diam tak berkata apapun dan hanya sesekali terdengar isak tangisnya.
Benarkah Rena menangis??
Renata POV
Sungguh hari ini aku benar tidak percaya dengan apa yang aku dengar. Aku memerima kabar Revan tertembak dan sekarang sedang dirumah sakit.
Pasti semua ini ada hubungannya dengan pria brengsek itu.
Dengan tergesa gesa aku datang ke rumah sakit ingin tau keadaan Revan. Dan benar saja semua sudah berkumpul dan hanya aku yang tidak berada disana. Semua mata memandang kearahku.
"Pi Revan gimana?" Tanyaku pada papi yang terlihat cemas
Lalu papi memelukku dan mengusap punggunggu.
"Operasinya sudah selesai tunggu mami didalam nanti gantian kamu masuk" kata papi
Jantungku berdetak cepat bertanya pada diriku semdiri benarkah perasaan ini apa aku khawatir padanya. Atau hanya sebatas rasa kasihan.
Aku kemudian masuk ke dalam ruangan dimana Revan terbaring lemah lengkap dengan banyaknya alat medis menempel dibadannya.
Seketika itu hatiku terenyuh getir sesak menyeruak didadaku.
Sungguh malang sekali pria ini ya suamiku ini.
Tak terasa aku meneteskan air mata yang lepas begitu saja melihat keadaannya.
Sesakit itukah mencintaiku Rev.