Sudah seminggu lebih aku terbaring tak sadarkan diri rasa yang sangat menyakitkan membuatku semakin tak mau bangun lagi. Mungkin karena rasa sakit hati yang begitu dalam. Tetapi aku juga sangat mencintai istriku.
Samar samar aku mendengar beberapa orang sedang berbicara. Aku sedang berusaha membuka kelopak mataku yang sangat terasa berat ini.
"Mmm ma na Reen aaa......" kata pertama dan orang pertama yang aku cari
Sontak semuanterkejut melihatku yang sudah sadar. Semua mendekat ketempat tidurku. Kuamati semua satu persatu orang yang ada tapi aku tidak menemukan wajah orang yang aku cari. Rena tidak ada disana, aku terdiam. Orangtuaku dan orangtua rena segera memanggilkan dokter karena aku sudah sadar untuk mengecek kondisiku.
Doker berkata semuanya baik baik saja tetapi memang masih perlu pengawasan lebih lanjut karena luka tembak yang cukup serius didada. Dan tetap harus didampingi agar tidak terlalu banyak gerak yang bisa menyebabkan luka terbuka lagi.
"Van anak mami yang kuat ya, lihat semua disini selalu mendukung kamu nak" ucap mami dengan mata berkaca kaca
"Kamu cari Rena ya... tunggu sebentar lagi juga datang" kata ibunya Rena
"Selama kamu belum sadar Rena selalu disini yang jagain kamu siang malam... " kata ibu lagi
"Rena sangat khawatir sama km Van.. " kata papi
"Vano haus mi... " kataku pada mami
Setelah menunggu akhirnya wanita yang aku tunggu datang juga. Terlihat wajahnya, tubuhnya sempurna didepanku. Salah satu kekuatan yang membuatku memutuskan untuk tetap hidup.
Dia mendekat padaku, melihatku dengan begitu dalam entahlah apa artinya. Hanya diam tanpa berkata kata, tetapi kulihat sayup dari matanya yang berkaca kaca.
Melihat kami berdua akhirnya para orangtua kami memutuskan untuk keluar sebentar, sekedar memberi waktu untuk kami berdua.
"Hei Ren.... kamu baik baik aja kan?" Tanyaku memulai percakapan diantara kami dengan berusaha sekuatnya
".........." Rena hanya menganggukan kepalanya dan tetap menatap ke arahku
Aku memintanya untuk mendekat padaku, lalu aku meraih tangannya.
"Kalo ada apa apa kamu bilang ya, aku pasti ada buat kamu...." kataku sambil membelai tngannya
"Bodoh...." kata Rena
"Loh kenapa kamu marah ya? Maafin aku ya nyusahin kamu selama aku sakit.." ucapku menyesal
"Jangan bertingkah bodoh lagi, aku ga mau disalahkan kalo sesuatu terjadi sama kamu" katanya ketus
Aku terkekeh kecil mendengarnya sudah banyak bicara dan ini memang Renaku. Tidak aku hiraukan rasa sakit yang ada dipundakku.
Beberapa hari kemudian aku di ijinkan pulang dan hanya rawat jalan saja dan harus chekup rutin sampai dinyatakan benar sembuh. Rena membantuku selama ini, sungguh aku sangat senang melihatnya. Apa aku harus sakit setiap hari agar bisa dekat dengan istriku.
Sesampainya dirumah semua barangku diletakkan dikamrnya, aku heran dan bertanya kenapa tidak dikamarku saja kan selama ini kita hidup masing masing. Dan aku ingat karena masih ada kedua orangtua kami jadi kami harus berakting lagi. Tapi hanya beberapa hari rumah ini menjadi sepi karena orangtua kmi sudh kembali pulang.
Tinggalah aku dan Rena dirumah ini. Suasana menjadi sunyi sepi dan juga dingin. Aku merasa jenuh dan bosan hanya diam terus dirumah, sedangkan Rena tetap bekerja.
Aku meminta beberapa temanku untuk datang saja kerumah. Dan akhirnya mereka semua setuju dan datang dengan membawa banyak sekali maknan juga buah buahan. Sebelumnya aku tentu sudah meminta ijin pada Rena takut kalau dia tidak suka. Dan dia mengijinkan itu.
"Gimana udah sehat lu Van?" Tanya teman teman
"Ya lihat sendiri lah udah mendingan lah seger..." jawabku
"Ehh iya udah tau belum kasus lu lagi rame banget tuh dikantor..." kata Jodi
"Wahh kan aku ga ada lapor kepolisi, trus gimana tuh?" Tanyaku penasaran
"Istrilu yang lapor kepolisi dia nuntut pokoknya harus ketangkep tuh si Indra, heran gw juga kenapa istrilu begitu bukannya anak....." Jodi tidak meneruskan karena ditepuk oleh temanku yang lain
"Nanti aku tanya Rena aja kalo kalian ga mau kasih tau..." kataku
Hampir larut malam akhirnya mereka semua pamit pulang. Aku pun naik kembali ke kamarku dan membuka laptop dimeja kerja untuk mencari informasi. Kudengar Rena baru pulang dan masuk rumah. Aku lalu turun menyapanya.
"Reenn aku buatin coklat lagi ya mau kan?" Tanyaku
"Aku bisa sendiri, kamu ga usah sok perhatian.... kamu juga belum sembuh benar" katanya lalu masuk kamar
Aku hanya berdiri dan membuang nafas kasar karena sikapnya sudah berubah lagi. Entah aku melalukan salah apalagi sampai dia sedikit marah. Tetapi aku tetap membuatkan coklat hangat favoritnya dan aku letakkan dimeja kecil dekat pintu kamarnya.
Renata POV
Berhari hari aku menunggunya bangun dan membuka mata. Tak jengah juga aku berdoa dan meminta keajaiban pada Tuhan untuk mengembalikan pria yang begitu baik ini.
"Ren kamu coba makan dulu biar gimana ada anak diperut kamu" kata mami
"Tapi Rena mau nunggu Revan mi"
"Ada mami disini nanti mami kabarin kamu kalau ada apa apa ya"
Aku pun melangkah pergi dan mencoba untuk makan seadanya saja.
Saat kembali aku melihat Revan sudah sadar dan langsung mendekatinya.
Berapa hari kemudian Revan diijinkan pulang dan meminta ijin untuk mengundang teman temannya datang kerumah untuk mengusir kebosanan dan aku mengijinkan.
Sebenarnya sudah lama aku menunggu didepan rumah tapi aku tidak turun dari mobil. Karna kalau ada aku pasti membuat teman-teman Revan tidak nyaman.
![](https://img.wattpad.com/cover/235021933-288-k186235.jpg)