5

431 27 0
                                    

Entah apa yang dilakunannya sekarang, semua terasa mimpi bagiku. Semua ini terasa sangat bertubi tubi menusuk dadaku. Apalagi yang dipikirkannya apakah ini nyata. Tapi ya memang ini adalah kenyataan yang harus aku terima dan yang harus Rena hadapi.

"Kamu mau makan apa?" Tanyaku saat melihat Rena duduk dihalaman belakang

Sejak kemarin dia hanya diam dan termenung entah apa yang sedang dia rencanakan.

"Kita cerai aja" dengan mudahnya kalimat itu lolos menembus telingaku

Kalimat itu keluar dari bibirnya, aku kaget dan hanya diam tak bergerak mencoba mencerna arti kalimatnya tadi. Semudah itukah mengatakan kata cerai. Aku yang selama ini berjuang mendapatkan hatinya. Apakah harus menyerah sekarang karna Rena hamil anak lelaki lain. Sunggu aku tidak habis pikir.

Aku beranjak pergi masuk ke kamarku dan membuka.laptop menyibukkan diri. Semalaman aku berpikir keras tentang apa yang harus aku lakukan. Sungguh aku tidak mau kehilangan Rena ya Tuhan.

"Hari ini kamu ambil cuti ya, aku mau ajak kau pergi" ajakku kepada Rena

"Pergi ke pengadilan?" Tanya Rena

"Nanti aku kasih tau, sekarang ayok berangkat" ajakku lagi

Kami berdua bersama dalam diam selama diperjalanan. Aku mengajaknya ke tempat yang lebih tenang dan nyaman, agar bisa berpikir dengan jernih dan tenang.

"Ayo turun istirahat dulu, kalo lapar minta sama bibi aja" kataku ketika sudah sampai di villa milik keluarga

"Ngapain jauh kesini, kamu mau ngomong apa langsung aja" katanya sinis

"Aku mau kamu tenang dulu jangan berpikir macam macam"

"Aku bukan anak kecil Van....."

"Sudah masuk ke kamar dulu aja kamu pasti capek" aku membantunya membawa tas

Malamnya aku mengajaknya makan karena sedari kami sampai di villa Rena belum makan apapun.

"Makan yah biar kamu ada tenaga dan kamu kan lagi hamil, jadi perlu nutrisi" kataku

"Mau kamu apa? Ga usah mengasihani aku"

"Aku begini karna aku memang mau dan aku tulus Renata"

"Kita pisah aja, CERAI !!!!!!!" Rena mulai emosi

"Kita ga akan pernah pisah jadi jangan keluar lagi kata itu, sampai kapanpun itu." Kataku menegaskan

"Buat apa begini terus? Ini bukan anak kamu, aku juga ga mau anak ini!!"

"Itu anak kamu yang artinya anak aku juga, jangan berpikiran jelek. Aku mau nerima anak itu" ya semalaman aku tidak bisa tidur karena memikirkan ini

"Kamu kenapa begini? Aku udah ga anggap km selama ini" katanya sambil menangis

"Karenaa... aku .... aku.... cinta kamu Renata" kataku

Setelah mendengar perkataanku Renata pergi meninggalkanku semdiri dimeja makan. Bahkan makannya pun belum disentuhnya. Aku mengejarnya sampai pintu kamar.

"Kamu mau kemana makan dulu nanti kamu sakit Ren"

"Aku mau keluar sebentar kamu diam aja"

"Aku temani ya, kamu mau kemana? Aku antar aja pakai mobil diluar dingin"

Rena memakai jaket dan menuju keluar lalu masuk kedalam mobil. Aku pun tersenyum melihatmya mau aku antarkan.

"Kemana?"

"Menyetir aja nanti aku kasih tau kalo berhenti"

Sepanjang perjalanan aku perhatikan Rena melihat ke kanan dan ke kiri mencari sesuatu. Sampailah ada tempat makan dia memintaku berhenti.

"Mau makan disini?" Tanyaku

Dan Rena hanya mengangguk lalu turun dari mobil lalu memesan makanan. Tak lama menunggu datanglah pesanannya. Ternyata dia memesan sate. Aku hanya diam melihatnya makan, tidak mengganggunya. Melihatnya makan dengan lahap saja sudah membuatku sangat senang.

"Nih kmu makan" Rena menyodorkan setusuk sate kehadapanku

"Aku...... aku ga terlalu suka sate" aku menolak halus

"Ya udah aku pulang sendiri aja, kamu pergi sana" katanya ngambek

"Ehhh iya iya aku makan ya" terpaksa aku mnuruti dan memakan sate itu sampai habis

Setelah selesai kami pun pulang kembali ke villa.

Renata POV

Aku sungguh tidak menyangka dan tidak tau terbuat dari apa hati pria ini. Disaat aku selalu melukai dan menyakitinya, disaat itu juga Revan semakin menaruh hatinya untukku. Mungkin kalau wanita lain yang perlakukan begini akan luluh, tapi tidak denganku yang semakin membencinya.

Aku sudah meminta berpisah dan lagi dia hanya diam tak berkata.

Sampai dia mengajakku untuk kesalah satu villa miliknya.

Aku sempat marah padanya tetapi karena perhatiannya aku kembali luluh.

Revan bersihkeras agar aku melahirkan anak ini yang bukan darah dagingnya. Aku juga berpikir ada benarnya juga karena anak ini tidak bersalah. Hanya akulah yang ceroboh dan bertindak bodoh.

Malam ini tiba tiba saja ingin sekali makan sate dan aku meminta keluar sendirian tapi Revan melarangku pergi sendirian.

Akhirnya Revan mengikuti kemana mauku dan dia hanya diam saja menuruti kemana arah yang aku tunjukkan.

Sampai tiba ditempat makan aku segera memesan karena akupun sudah lapar.

Saat makan aku melihat Revan hanya diam memperhatikanku makan dengan lahap. Aku memaksanya memakan sate itu juga dan dia menolak.

Ya Revan memang tidak suka makanan kering tapi aku tetap memaksanya, dan lagi dia menuruti kemauanku.

Melihat ekspresinya sebenarnya sangat lucu  karena makan dengan terpaksa.

Sekarang aku yang memperhatikannya makan dan menunggunya karena aku tau Revan belum makan juga sedari tadi kami sampai. Aku tidak menaruh hati padanya, hanya kasihan saja.

Siapa Aku UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang