Lo(w) Fat | Duapulah tujuh

459 59 5
                                    

(Play mulmed biar nge-feel)

Holaaaa!!!

Ada yang tunggu? Yang rindu? Yang haus? 😆 jangan lupa minum ya, hehe...

Monggo dibaca, seperti biasa tinggalkan jejak kalian. Okay ♥
-

---------------------------------------------------

Artea memasuki rumahnya dengan langkah gontai. Tidak ada senyum ceria yang tercetak sedikitpun dibibirnya. Wajahnya tertekuk murung.

Matanya mengedar kesegala arah untuk mencari sosok ibunya, tapi nihil wanita paruh baya itu tidak ada. Tidak ingin ambil pusing, Artea menaikki anak tangga menuju kamarnya. Ia tidak peduli jika tasnya bisa saja sobek karena terseret anak-anak tangga itu. Artea sangat tidak bergairah walau hanya sebatas mengeluarkan tenaganya untuk mengangkat tasnya.

Saat kakinya berhasil memijak pada anak tangga teratas hal pertama kali yang ia lihat adalah berkas-berkas penting milik keluarganya yang tercecer diatas meja tanpa ada si pelaku kekacauan itu disana.

Lagi, tidak ingin peduli, ia melangkahkan kakinya lagi. Tapi tunggu, yang tersampir disofa itu...tas bang Medi, kan? Mengapa ada disana? Bukankah lelaki itu sedang di Bandung?

Artea mulai sedikit tertarik, ia menghampiri pintu kamar bang Medi dengan tergesa. Hendak mengetuk tapi sebagian hatinya enggan melakukan, ia masih merasa tidak enak hati perihal kue pastry dua hari yang lalu.

Keraguan membuat Artea mengurungkan niatnya, ia lebih memilih memastikan sendiri melalui berkas-berkas yang tergeletak diatas meja kaca itu. Tangannya bergerak menelusuri kertas-kertas penting disana, berusaha mencari tau siapa pelaku kekacauan itu.

Tepat dugaan, bang Medi rupanya. Artea tersenyum senang saat menemukan beberapa lembar berkas pribadi yang sudah disusun rapih dengan nama terang bang Medi disana. Artinya lelaki itu betul-betul sudah pulang, Artea tidak perlu galau lagi memikirkan bang Medi untuk meminta maaf. Setelah ini, ia akan berlari menerobos pintu kamar bang Medi lalu memeluknya erat, ia tidak perduli bahwa bang Medi akan marah nantinya.

Ya! Artea harus melakukan itu.

Asik membuka lembaran ditangannya, Artea dibuat terpaku saat manik matanya menangkap sebuah berkas yang terlihat sangat janggal. Rafa Renaldi? Siapa lelaki itu, seingat Artea tidak ada satupun nama keluarganya yang demikian.

Manik Artea mengedar, menjelajah lebih dalam, membaca kata demi kata yang tertera dalam berkas itu dari awal dengan teliti. Detik selanjutnya, ia menutup mulutnya. Matanya hampir terlepas saat menyadari sesuatu.

Akte kelahiran

Muhammad Candra Renaldi

Putra pertama dari Bapak Rafa Renaldi dan Meisa Rahayu

Pikiran Artea seakan hilang begitu saja. Bagaimana bisa?

Rafa? Meisa? Artea tahu betul siapa nama orang tua kandungnya. Mengapa bukan papa dan mamanya yang tertera di akta kelahiran milik bang Medi? Bukankah mereka terlahir sebagai kakak beradik?

Artea membeku. Merasa sesak saat kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dalam kepalanya berputar-putar, matanya ikut berair. Artea menangis, menangisi rahasia mencengangkan milik keluarganya.

"Tea?"

"Baru pulang?"

Artea mengabaikan pertanyaan bang Medi, ia tidak perduli. Dirinya merasa kesal, tidak dihargai juga dibohongi. Parahnya, keluarganya sendiri yang membohongi.

LO(W) FAT {COMPLETE}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang