Happy Reading 📚
Jangan lupa penuhi vote dan kolom komen 🤗
----------------------------------------------------"Mama mohon sama kamu. Tolong, maafkan Papa. Papa hanya butuh kamu memaafkannya, Baga, ya?”
Baga menutup matanya seraya menghela napas kasar, ucapan Mama pagi tadi terus berdengung di telinga Baga padahal ia sudah berusaha mengenyahkannya dengan berlari dari rumah hingga ke sekolah hanya dengan berbekal sebotol air mineral yang baru saja habis dalam sekali teguk.
Keringat sudah membanjiri tubuh Baga, napasnya masih terengah dan ia tidak peduli jika ia harus berlari lagi jikalau hal itu dapat menghilangkan kalimat permintaan Mama dari ingatannya. Baga ingin... waktunya sendiri.
Jika Papa memang hanya butuh maaf darinya, Baga akan memberikannya asalkan Papa yang mengatakan permohonan maaf itu langsung kepadanya, bukan Mama. Karena orang yang membuat Baga menarik diri dari sosial adalah Papa, bukan teman-teman yang merundungnya. Karena orang yang membuat Baga jauh dari Mama tanpa pernah tahu kabarnya adalah Papa.
Papa adalah satu-satunya orang yang harus meminta maaf, kepada Mama juga Baga.
“Artea!”
Baga langsung menegakkan badan ketika telinganya mendengar nama Artea diserukan. Mata Baga dengan tepat menemukan Artea baru saja memasuki ruangan lapangan serbaguna namun terhenti karena Mera memanggilnya.
Mereka tampak membicarakan suatu hal yang mungkin menarik sebab Baga kini melihat Artea tersenyum hingga tertawa, lalu Baga merasa nyaman. Sehingga saat pandangan mereka bertemu untuk pertama kali dihari Sabtu pagi menjelang siang ini, Baga berdiri sambil melambaikan kedua tangannya kemudian memberi semangat tanpa suara kepada Artea.
.
.
.
.Arkan berjalan bersama Salsa dibelakang Pak Herman, didepan Artea dan Tera yang tengah fokus pada ponselnya. Jadi, Artea merasa sendiri disini walaupun mereka adalah tim.
Pandangan Artea masih lurus pada dua orang beda jenis itu. Seakan tidak rela, tetapi ia senang melihat senyum Arkan setiap kali Salsa melempar lelucon atau setiap kali adik-adik kelas menyapanya dengan sedikit centil.
Artea menyukai senyum itu walaupun hatinya kecewa.
Tubuh Artea melesu, bahunya sedikit merosot dan langkahnya mulai melamban ketika hampir memasuki lapangan. Sembari memandang tubuh Salsa dari belakang Artea menilai tubuhnya sendiri.
Artea memang tidak memiliki lemak perut bergelambir, tetapi massa tubuhnya tetap besar, seakan tubuh Artea hanya terbentuk dari daging tanpa tulang. Ah, menyebalkan!
“Artea!”
Suara Mera menghentikan langkah Artea diambang pintu. Gadis itu sedikit berlari agar lebih cepat menjangkau Artea membuat Artea tertawa kecil karenanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LO(W) FAT {COMPLETE}
Teen FictionJika rasa parno orang-orang akan bersangkut paut akan hal horor dan mengerikan, maka gadis itu terkecuali. Jika kelemahan orang-orang bersangkut paut dengan rasa tidak suka terhadap sesuatu yang ia angggap kelemahan, maka gadis itu tidak termasuk...