Holaaa!!!
Masih melek gak nih?
Maaf atas keterlambatan update, ada banyal hal yang terjadi disini. Mengharuskan saya tidak pergi ke dunia oren sabtu kemarin. Tapi ku ganti hari ini gak apa kan? Menjelang pagi pula 😌
Happy reading deh pokoknya, jangan lupa antusiasnya ya..
Oh iya, terima kasih sudah membaca cerita absurd ini hingga tembus—
1k reads ♥
Dilapak Lo(w) fat ini 🤗🤗
*walaupun vote sama commentnya gak sinkron.Positive mind aja, mungkin 1 orang bacanya 3x balik makanya jadi gitu :)
------------------------------------------------------Artea tidak pernah berfikir bahwa malam setelah Baga datang kerumahnya akan menjadi awal kedekatannya dengan Baga.
Bukan, bukan dekat dalam hal lain. Mereka hanya—akur. Amarah Artea sedikit terkendali, tidak seperti dulu yang selalu menggebu kala Baga selalu membuntutinya. Ia mulai sedikit menerima kehadiran lelaki itu disisinya.
Artea tidak tau mengapa malam itu ia tidak marah saat Baga merengkuh tubuhnya atau saat lelaki itu menyamakan dirinya dengan energen. Ia ingin marah, tapi bibirnya justru tersenyum. Hatinya malah bergetar kala Baga mengucap kata itu.
Sepertinya Baga sudah berhasil merusak sebagian fungsi otaknya. Bayangan Baga malam itu tidak bisa pergi begitu saja dari pikiran Artea. Bahkan belakangan ini bibirnya ikut berkedut saat Baga mengiriminya pesan singkat dimalam hari.
Ah iya—Artea juga sampai tidak bisa tidur malam itu. Ia berkali kali mengubah posisi tidurnya, mencari spot terenak untuk sekedar memejamkan matanya sampai pagi. Tapi gagal.
Bibirnya teramat ingin menjerit kala suara kekehan Baga memenuhi gendang telinganya. Bodohnya lagi, Artea malah melingkarkan tangannya ditubuhnya, mengingat kembali apa yang dilakukan Baga padanya.
Sial!
Artea suka Arkan!
Artea suka Arkan!
Kata itu tidak berpengaruh sedikitpun untuk menyingkirkan Baga dari pikiran Artea. Ia sudah seperti seekor singa yang berhasil dijinakkan oleh sang Rabaga.
Asik dengan lamunannya, Artea dikejutkan dengan kehadiran Trio laknat dan Mera yang tiba-tiba.
"Haloo Arteaa!!" seru ketiga perusuh itu bersamaan.
Seperti biasa, yang dilakukan Artea hanya memutar bola matanya malas. Jengah melihat tiga makhluk absurd didepannya itu.
Artea melirik Mera, seolah meminta penjelasan mengapa membawa tiga makhluk itu kesini dan mengacaukan keheningan lapangan indoor.
"Mereka ikut sendiri,kok! Tadi udah gue larang, tapi ya gitu." kata Mera menjelaskan.
Artea meremas handuk kecil ditangannya kuat-kuat melampiaskan rasa kesalnya disana lalu berakhir dengan helaan napas panjangnya.
Lengkap susah pagi ini. Ketiga biang rese yang pasti akan membuat Artea kesal bukan kepalang dan —Mera. Perempuan itu pasti akan tertawa paling kencang saat mahkluk-mahkluk itu mulai menunjukkan bakatnya.
Membuat Artea kesal, lalu marah. Bakat yang mengesankan, bukan?
Tidak ingin menunda pertunjukkannya, Dani berdehem, meminta perhatian dari semua yang ada disana termasuk Arkan dan Salsa yang baru saja tiba. "Kepada yeorobun yang terhormat. Maaf mengganggu waktunya sebentar."
KAMU SEDANG MEMBACA
LO(W) FAT {COMPLETE}
Fiksi RemajaJika rasa parno orang-orang akan bersangkut paut akan hal horor dan mengerikan, maka gadis itu terkecuali. Jika kelemahan orang-orang bersangkut paut dengan rasa tidak suka terhadap sesuatu yang ia angggap kelemahan, maka gadis itu tidak termasuk...