Lo(w) Fat | Epilog ♥

1.1K 69 1
                                    

Baga menyandarkan tubuhnya dikursi kebesaran miliknya itu, sedikit memijat pelipisnya seraya menghela napas lelah.

Hari ini pekerjaannya amat sangat menumpuk. Pagi-pagi sekali ia sudah tiba dikantor untuk mengadakan rapat pagi bersama karyawannya, setelah itu ia berangkat ke deerah kelapa gading untuk bertemu kliennya—mengadakan meeting penting disana.

Tidak habis juga, sepulang dari sana Baga disugukan dengan setumpuk berkas penting milik perusahaan yang harus ia tanda tangani. Cukup sudah tenaganya dikuras habis. Padahal jam masih menunjukkan pukul dua siang, tapi rasanya tubuh Baga sudah lelah sekali.

Baga menyelam dalam rasa kantuknya yang tiba-tiba menyerang, namun pada menit berikutnya ia terbangun. Sedikit tersentak karena teringat sesuatu yang amat sangat penting untuk Baga. Ya, sangat penting dari apapun. Tolong garis bawahi!

Ia menegakkan tubuhnya, meraih telepon kantor didepannya yang terhubung dengan seseorang. "Keruangan saya sekarang ya, saya tunggu!" katanya pada seseorang disebrang sana.

Tak lama, pintu ruangannya terbuka. Menampilkan sesosok wanita cantik dengan stelan kantor yang melekat ditubuh proposionalnya. "Ada yang bisa dibantu pak?" kata wanita itu sopan.

Baga masih sibuk menyusun berkas-berkas dihadapannya. Ia sedikit melirik arloji ditangannya lalu menyodorkan berkas-berkas itu pada sekertarisnya itu. "Ini sudah selesai ditanda tangani, tolog kembalikan pada masing-masing divisi."

"Baik pak."

Baru saja sekertarisnya itu hendak berbalik, tapi panggilan Baga menghentikannya. "Meta!"

"Iya pak?"

"Apa jadwal saya setelah ini?"

Meta mengangguk kecil, kini ia yang melirik arlojinya. "Pukul tiga nanti, bapak ada pertemuan dengan—"

"Meeting?"

"Tidak pak, pertemuan makan malam."

"Batalkan!"

Meta mengangguk paham."Baik pak." katanya.

Baga menghela napasnya, "Lagi?"

"Terakhir pada pukul tujuh malam, bapak harus pergi memantau cabang baru di Bogor."

Baga nampak berfikir, menumpukan tangannya di atas meja. "Pindahkan yang itu untuk besok pagi. Saya harus pergi sekarang." putusnya.

Meta mengangguk lagi, setelah akhirnya ia pamit undur diri dari ruang kerja atasannya.
Tidak ingin membuang waktu, Baga bergegas memakai jasnya yang sedaritadi tersampir disandaran kursinya. Ia harus cepat-cepat untuk urusan yang satu ini.

Sesampainya dimobil, ia mendial kontak seseorang diponselnya dengan wajah semeringah yang tercetak jelas disana. Menunggu panggilan tersambung, ia menjalankan mobilnya untuk meninggalkan pekarangan kantornya.

"Halo!"

Baga tersenyum lebar mendengar suara wanita disebrang sana. "Halo Miss—"

"Kamu mana sih? Lama banget! Katanya mau jemput, aku naik taksi ajalah!"

Baga terkekeh geli mendengar omelan wanita itu. Selalu saja mengemaskan, pikirnya. "Aku dijalan, jangan naik taksi."

Wanita itu mendengus sebal. "Jangan lama, Ga. Kamu mau aku jadi lumut? Hah?!"

Kekehan bagas semakin kencang, hampir tertawa namun ia menahannya. Tidak ingin wanita itu semakin kesal. "Aku mau kamu jadi rumah." balas Baga.

"Rumah? Kamu bener-bener ya, Ga—"

"Aku mau kamu jadi tempat aku pulang—" Baga menyela ucapan wanita itu, menjedanya beberapa saat hingga hening tercipta. Wanita itu menunggu diam-diam disana.

"Setiap kali aku ingin pulang, ataupun sekedar singgah. Kamu...rumah satu-satunya yang akan aku tempati."

- o0o -

Pesawat Airlines 720 sudah mendarat dengan sempurna sejak 20 menit yang lalu. Para penumpang kini berbondong-bondong untuk menuju pintu exit bandara seraya menunggu barang mereka dari bagasi pesawat.

Seorang wanita memukul-mukul pelan kakinya yang terasa kebas karena terlalu lama terduduk didalam pesawat. Tangannya masih menggenggam paspor atas namanya, tidak sempat ia masukkan dalam tas hanya karena terlalu sibuk ingin cepat-cepat mencari tempat duduk lalu memijat sedikit kakinya seraya menunggu seseorang.

Minggu lalu, ia membuat janji dengan seseorang akan menjemputnya dibandara saat ia tiba di Jakarta. Namun setelahnya ia tidak pernah lagi menelpon orang tersebut begitupun sebaliknya. Keduanya sibuk dengan urusan masing-masing.

Jika saja ia tidak mendapatkan surat permohonan untuk menjadi guru atlet olahraga lari di Indonesia, mungkin wanita itu masih menekuni pendidikan olahraganya dinegeri Paman Sam.

Ia sudah banyak berlatih disana, hampir lima tahun setelah kelulusan SMA nya ia meninggalkan tanah kelahirannya demi mendapatkan gelar Atlet yang kini berhasil ia kantongi.

Ia tumbuh seorang diri dinegeri orang, merubah dirinya, memperbaiki dirinya dan mengejar cita-citanya. Ia bukan lagi sosok yang dulu disegani orang-orang. Tidak akan lagi, ia akan pastikan itu.

Mendapat kesempatan kembali untuk pulang ketanah air merupakan kesempatan yang baik baginya. Apalagi, untuk menjadi guru atlet provinsi tingkat nasional. Ia bahkan sampai menangis haru saat mendapat kabar itu.

Ia memang belajar dinegeri orang, tapi lebih membanggakan jika bisa mengharumkan negeri sendiri, kan? Itu yang selalu ibunya tegasnya bahkan sebelum ia pergi dan mendarat di Amerika.

.

Selesai dengan kegiatan meluruskan urat-urat kakinya, wanita itu berjalan lagi seraya menarik kopernya, masih dengan paspor yang terpegang ditangannya.

Sesekali ia mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru bandara, mencari sesosok manusia yang—

"Aduh!!"

Artea sedikit meringis dengan wajah tertunduk, "Sorry.." cicitnya, lalu membungkuk. Hendak mengambil paspornya yang tergeletak mengenaskan dilantai bandara.

Namun... Tangan lain lebih dulu merampasnya darisana. Membuat wanita itu hendak melontarkan kalimat protesnya sebelum akhirnya tertahan saat melihat sosok didepannya.

Ia terkejut, nampak sekali diwajah. Walau sebenarnya bahagia lebih dominan terlihat saat secarik lengkung senyum tercetak dibibirnya. Ah tidak, sosok itu yang lebih dulu menerbitkan senyum hangat untuknya.

"Hello, miss complicated!"

Suara itu...

Astaga, ia ingin menangis mendengar suara milik lelaki itu!

"Long time no see, right?"

- o0o -
.
.
.

-- THE END ---













Holaaaa!!!

Hutangku sudah lunas ya..
Tidak ada janji-janji atau iming-iming apapun lagi loh yaa..

Sekali lagi, terima kasih sudah menunggu, sudah membaca sudah meninggalkan jejak dan meluangkan waktu untuk berbagi antusias 🙏😊

Lagi..

Kalian amat sangat diperbolehkan mampir ke-lapak aku yang lainnya, memberi jejak dan antusias disana yang banyak-banyak juga boleh, hehe..

Sampai bertemu di lapak lainnya ya..

Love you, yeorobun ♥

Tertanda, van_latte & ca_chio

LO(W) FAT {COMPLETE}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang